Kamis, 09 Februari 2017

Breaving Materi Kedaulatan Pangan Bersama Beatriks Rika

Maumere, KN. Beatrix Rika, sosok petani perempuan sederhana yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pertanian, sejak masih muda dengan mengelola lahan sawah dan kebun landang di Lowo Lo'o. Di kebunnya ia menanami tanaman pangan, seperti: padi, jagung serta hortikutura, sambil aktif sebagai kader posyandu.

Sejak tahun 2014, Beatriks sebagai kader tani WTM mendampingi 5 kelompok di desa Bhera, yakni: kelompok santu Yosef, Sinar Tani, Usaha Bersama, Lowo Lo’o, dan Wore Tau Mbombe. Beatrix adalah anggota kelompok tani Lowo Lo’o dan menjadi kader tani yang berperan mendampingi dan memotifasi 5 kelompok tani di wilayahnya dengan jumlah anggota 75 orang (55 perempuan. 25 laki-laki). Di samping beliau bersama fasilitator lapangan WTM memfasilitasi kelompok dampingan, ia juga terlibat dalam penelitian pemulian benih padi lokal kupa dan dan ciherang. “Alasan kami lakukan kawin silang ini karena selama ini kami bergantung pada benih dari luar sementara benih yang ada belum sempurna serta masih tidak mampu bertahan terhadap hama dan iklim setempat,” ungkapnya.

Berkat ketekunannya ia telah berhasil sampai pada tahap F2 untuk jenis padi baru. Hasil benih F2 akan dikawinkan lagi untuk kemudian menghasilkan benih lokal baru yang dinamainya padi 3S (Sega, Sela, Sona).

"Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, apabila berhasil maka kami akan menghasilkan benih baru yang besar bulirnya, tahan hama, dan tahan terhadap iklim lokal yang panas,” ungkap Ibu Beatriks.

Dari kesuksesan itu, Beatriks Rika kemudian diikutsertakan dalam pemilihan/nominasi perempuan pejuang pangan oleh oxfam Indonesia. Dari proses seleksi itu, Beatriks Rika kemudian terpilih dari 9 perempuan pejuang pangan di Indonesia. Sebuah proses telah dilakukan untuk mendorong kedaulatan benih dari petani. Proses penganugerahan itu telah membangkitkan adrenalin para petani untuk terlibat dalam setiap proses yang dilakukan. Bahwa secara metodologis, tentunya penelitian ini harus di-back-up oleh para akademisi tetapi sebuah hal positif bahwa petani membutuhkan pengetahuan praktis dalam melakukan proses pemulian benih.

Untuk itu, secara lembaga (Wahana Tani Mandiri - WTM) berinisiasi menggagas kerja sama dengan Oxfam Indonesia sebagai salah satu bentuk kampanye sekaligus penyebarluasan pengetahuan dengan pola “study farmer to farmer” terutama ke kelompok dampingan WTM dan beberapa lokasi lain yang dipandang perlu.

Mengawali kegiatan ini dengan dilakukan Breavinng materi Kedaulatan pangan oleh Carolus Winfridus Keupung (Direkur WTM), Alexander Bambang (Koord Advokasi Pertanian), Maria Marta Muda (Koordinator Advokasi dan Riset dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), Herry Naif (Koordinator Program CEPF). Kegiatan ini difasilitasi oleh Carolus Win Keupung, yang mana dalam materi itu ia menegaskan bahwa kedaulatan pangan menjadi hal yang urgen. Dan salah satu wujud kegiatan itu adalah Pemulian.

Sedangkan Beatriks Rika, yang ditemui terpisah mengatakan bahwa sangat bangga karena ia diberi kesempatan untuk berbagi bersama petani, study farmer to farmer. Kegiatan ini membuatnya harus banyak belajar dari petani yang lain, selain ia mensharingkan pengalamannya dalam pemulian dan bagaimana petani harus mencapai kedaulatan benih.

Sedangkan Maria Marta Muda (Koordinator advokasi, Riset Pengelolaan Lingkungan) mengatakan bahwa penelitian ini hendaknya menjadi momentum bagi petani untuk belajar satu sama lain. Lebih dari itu, para petani juga lebih melihat pangan secara umum dalam memenuhi kebutuhan akan pangannya. Saya akan coba membantu mendesain model penelitian yang akan diemban, ujarnya.

Tidak ada komentar:

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...