Jumat, 06 Mei 2016

BEATRIKS RIKA, PETANI PEREMPUAN YANG SUKSES KAWINKAN PADI


Maumere - KN, Menindaklanjuti kegiatan Pelatihan Kawin silang yang diselenggarakan WTM dengan fasilitatornya Mathias Pagang (Petani Peneliti) dari Manggarai Barat pada bulan November lalu dan pelatihan bersama Masipag bulan Maret lalu, para kader tani dan staf WTM mencoba melakukan penelitian tersebut. Kelima petani peneliti yang melakukan uji coba kawin silang itu, mencatat bahwa ada begitu banyak pengalaman yang dialami petani peneliti terutama dalam mengikuti perkembangan pertumbuhan padi tersebut. Setiap perkembangan padi yang diteliti itu, dicatat sebagai pengalaman yang berwujud pada pengetahuan mereka akan padi. 

Add caption
Dari Kelima petani peneliti itu yang dinilai sukses adalah Beatriks Rika, Petani Peneliti dari kelompok tani Lowo Lo'o, Lekebai, desa Bhera, kecamatan Mego. Beatriks adalah kader tani dampingan WTM, yang selama ini mengkoordinasi tiga (3) kelompok tani, yakni Kelompok tani Sinar Tani, Usaha Baru, dan kelompok St. Yosef.
Menanggapi penelitian ini, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usahan Tani Berbasis Konservasi, bekerjasama dengan Miserior Jerman salah satu aktivitas adalah Penelitian Kawin Silang Padi (Pemulian Padi).
Penelitian bagi Wahana Tani Mandiri (WTM) dan petani dampingannya sesungguhnya bukanlah hal yang baru. Pertama karena dari sejarahnya, advokasi pertanian organik ini didasarkan sebuah landasan penelitian kaji banding antara pupuk kimia dan pupuk organik yang dilakukan WTM dan Petani dampingannya. Padahal awalnya, WTM menjadi agen dan distributor pupuk kimia bagi petani, kenangnya.
Namun, berasas pada hasil penelitian yang dilakukan WTM dan Petani itu kemudian secara kelembagaan mengambil sikap untuk mengadvokasi pertanian organik yang dikenal sistem pertanian terpadu. Kedua, WTM juga secara kelembagaan melakuan kajian pertanian untuk mengetahui secara pasti tentang sebuah tanaman. Dari pengalaman ini, kami menyimpulkan bahwa penelitian itu bukanlah hal baru, ujar mantan Direktur WALHI NTT
Hanya saja, bertepatan dengan penelitian kawin silang yang sedang dilakukan petani pada saat ini memang selain faktor individu juga faktor alam yang mana ketidakpastian musim penghujan dan curah hujan yang sangat rendah, lanjut Win Keupung.

Sedangkan Herry Naif (Koordinator Advokasi, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil - WTM) mengatakan bahwa penelitian kawin silang demi pemulian benih sepintas dinilai gampang. Benar. Tetapi ada banyak faktor yang bisa mendukung dan mengambat penelitian mulai dari petani peneliti sendiri maupun faktor-faktor eksternal, ujarnya.

Dari kelima peneliti yang terus dipantau WTM dan dirinya, menilai bahwa kemauan petani peneliti untuk melakukan penelitian itu ada. Mulai dari persiapan benih, penanaman dan perawatan hingga pada perkawinan. Secara faktual ditemukan bahwa dari kelima peneliti, Beatriks Rika (Lekebai), Sipri (Bu Selatan) Herzon dan Agus Tiga (Renggarasi) dan Kanis Garu (Done), ulas putra TTU.
Kelimanya melakukan penelitian sesuai dengan tahapan yang diperoleh dari pelatihan yang dilakukan. Namun, dari semua petani peneliti Beatriks Rika yang adalah petani perempuan peneliti satu-satunya yang sukses pula sampai pada mendapatkan benih hasil kawin silang padi Chiherang dan Kupa. Ini adalah sebuah pengalaman yang membanggakan secara kelembagaan dan secara pribadi bagi mama beatriks, ujar Herry.
Beatriks Rika sedang Memperhatikan Panen yang ada di Persawahannya

Berbasis pada pengalaman yang diterima pada saat pelatihan tersebut, Beatriks Rika mencoba mengawinkan pare Kupa dan Chiherang. 
Menurut Beatriks, ini sebagai uji coba pribadi yang saya buat agar bila sukses, saya akan kemudian menularkannya kepada kelompok tani dampingan WTM yang dikoordinasinya (Kelompok Tani Sinar Tani, St. Yosep, Moretau Mbombe, Usaha Bersama). Ternyata dari perkawinan padi yang ia lakukan telah menghasilkan 8 bulir padi hasil perkawinan yang siap ditanam atau disemaikan agar kemudian mendapatkan benih padi (F1).

Dari padi (F1) ini akan ditanam dan kemudian akan diikuti terus agar melihat apa sifat dan ciri padi ini seperti yang diinginkannya atau tidak? ujarnya saat ditemui di kediamannya. Tambahnya, saya punya catatan yang lengkap soal perkembangan penelitian kawin silang ini. Akan saya serahkan kepada WTM untuk dibuat buku saku atau apalah, ulas Beatriks.

Beatriks Rika yang lahir di Lekebai, 29 April 1968 secara garis besar menjelaskan bahwa, diidentifkasi beberapa pohon padi yang siap kawin dipindahkan dari persawahan ke polibag agar memudahkan pemantauan. Ada beberapa polibag yang ditanam padi itu kemudian digunting malai jantannya, dan dibungkus. Setelah sehari, dilakukan pengchekan apakan hasil peguntingan tersebut berhasil. dari beberapa tangkai yang digunting itu semuanya siap kawin.

Bulir padi hasil kawin silang
Dari hasil pemantauan tersebut semua malai yang digunting itu siap kawin maka dikawinkan dengan sel jantan yang sudah disiapkan. Perkawinan silang ini menyita banyak perhatian, yang mana pagi dan sore harus dipantau perkembangannya, ujar Beatriks.

Bekat jeri payah dan ketekunannya, uji coba perkawinan silang padi chiherang dan Kupa ternyata sukses, yang mana ada 8 bulir padi yang diperoleh dari satu tangkai (hasil pantau, 12 April).

Kedelapan bulir ini dijemur dengan beralaskan kertas minyak kemudia setelah kering dibungkus dengan kain basah selama 2-3 hari. Pada pada tanggal 3 Mei 2016, saya membungkusnya dan tanggal 5, saya chek ternyata sudah muncul kecambah maka saya pindahkan ke polibag untuk disemaikan. Sementara saya dalam perawatan agar benih hasil kawin ini dikembangkan, ulas Ketua Seksi Pemberdayaan Perempuan Paroki st. Maria Imaculata Lekebai.

Saya akan terus mengikuti perkembangannya, sampai pada adanya sebuah varietas baru yang akan saya beri nama pare 3S (Sega, Sela Sona). Nama ini saya beri sesuai dengan nama leluhur kami di Lekebai, demikian harapan perempuan peneliti yang terlibat dalam banyak kegiatan di desa baik dari institusi agama dan LSM lain.


Tidak ada komentar:

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...