Selasa, 05 Juli 2016

DOKUMEN LAPORAN PEMBENTUKAN KELOMPOK TANI

PROGRAM: PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG MANAJEMEN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI KAWASAN EGON

1.      LATAR BELAKANG
Mayoritas penduduk kecamatan Mapitara adalah petani dengan sistem pertanian ladang pindah (gilir-balik). Kondisi tanah di seputaran wilayah Mapitara tergolong subur, karena berada di kawasan vulkanik Egon. Pola pertanian yang diterapkan warga belum menjamin sebuah pengelolaan pertanian berkelanjutan. Tidak heran, bila kualitas hidup yang lebih baik tidak dicapai, namun masifnya kerusakan lingkungan di kawasan tersebut terus terjadi. Sebab, hampir semua situasi keterbatasan disikapi masyarakat dengan melakukan alternatif pekerjaan lain, yaitu dengan merambah hutan, melakukan aktifitas ilegal loging untuk kebutuhan kayu yang mana dijual dalam bentuk kayu bahan bangunan dan kayu bakar.
Program “Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam Mendukung Manajemen Ekosistem berkelanjutan di Kawasan Egon”, menawarkan sebuah model pengelolaan pertanian yang komprehensif dengan mengedepankan pengelolaan lingkungan yang berkeadilan sosial dan ekologis menuju tujuan keselamatan bersama.
Telah dilakukan beberapa langkah strategis program oleh WTM di awal program sebagai upaya memperkuat kapasitas petani baik secara konsep maupun teknis pertanian. Identifikasi dan pembentukan kelompok tani yang diperkuat dengan struktur kepengurusan dari 25 kelompok tani dampingan yang tersebar di desa Natakoli, Hale, Hebing dan Egon Gahar merupakan hal utama yang dilakukan. Diyakini, kelompok tani yang memiliki organisasi dan memiliki sistem manajemen kelompok berdampak postif kepada petani dalam mencapai kemandirian baik kepada keluarga tani ataupun kelompoknya.
Kelompok tani adalah sekelompok orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam mengembangkan usaha taninya. Atau kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara formal atas dasar keserasian, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, dan sumber daya). Itu berarti mereka (petani) memiliki kedekatan dan sehati dalam berjuang bersama.
Beberapa faktor pengikat, diantaranya:
·        Adanya kepentingan bersama anggotanya,
·         Adanya kesamaan kondisi sumber daya alam dalam usaha tani,
·         Adanya kondisi masyarakat dan kehidupan sosial yang sama,
·         Adanya saling percaya-mempercayai antara sesama anggotanya,
   Adanya kepemimpinan kelompok yang mengorganisir kegiatan kelompok dan memimpin manajemen kelompok tani yang disepakati bersama.


Beberapa faktor internal ini, dijamin kerja sama antara individu serta perlu dilakukan pengembangan usaha taninya sesuai dengan daya dukung lingkungannya tentunya akan memberi nilai positif bagi kehidupan petani.
Oleh karenanya, pendampingan terhadap petani melalui pendekatan kelompok dilaksanakan sejalan dengan pendekatan terhadap pengembangan wilayah. Kelompok tani hendaknya dijadikan sebagai media belajar organisasi dan bekerja sama antar petani, dalam upaya produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran.
Petani harus didorong untuk hidup selaras dengan alam melalui pola pertanian terpadu. Sejak awal, petani perlu diperkenalkan tentang sistem pertanian organik, konservasi tanah dan air, pengembangan perkebunan yang ramah terhadap hutan. Lebih dari itu, ada usaha-usaha alternatif yang dikembangkan seperti pengembangan ternak yang akan meningkatkan pendapatan ekonomi petani.
Dalam konteks itu, pelaksanaan program tersebut dibutuhkan pembentukan kelompok tani di desa Natakoli, Egon Gahar, Hebing dan Hale sebagai media dalam mempermudah koordinasi dan konsolidasi.
Pembentukan 25 kelompok tani yang beranggotakan 485 anggota (L, 408) dan (P, 77)  juga mengintegrasikan semangat dan tekad kebersamaan dalam mengejawantakan upaya pencapaian kualitas hidup petani di Mapitara. Selain itu, mendorong rakyat (petani) di wilayah Mapitara agar secara berkelompok melakukan pemulihan lingkungan demi menjadikan alam sebagai pelayan kehidupan. Malah ini dijadikan sebagai spirit dalam proses penyelamatan hutan dan perbaikan sistem atau pola pertanian yang diemban warga Mapitara.

2.      TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembentukan kelompok tani  di wilayah Mapitara yang dilengkapi dengan struktur kepengurusan,  adalah :
·         Mengorganisir dan Mengkonsolidasi para petani di Mapitara dalam wadah/organisasi kelompok tani  yang telah dibentuk;
·         Mendata kembali  dan memastikan kelompok HKm beserta keanggotaanya  di wilayah Mapitara
·         Memetakan permasalahan organisasi

3.      PROSES DAN HASIL
Berasas pada ketiga tujuan program tersebut, ada beberapa aktifitas telah dirancang untuk memenuhinya. Karena itu, mengawali program tersebut, WTM mendiskusikannya secara kelembagaan dan kemudian ditugaskan tim melakukan tugas pembentukan kelompok tani dan struktur organisasi yang telah dibentuk dan sedang berjalan agar dipastikan pelaksanaan program.
Beberapa aktifitas yang disepakati adalah tatap muka dengan pemerintah desa, sosialisasi dan pembentukan kelompok tani di daerah yang belum ada.

3.1.            PROSES KEGIATAN
Tatap Muka/Sosialisasi Program dengan Pemerintah Desa
Pertemuan dengan pemerintahan desa di Mapitara diantaranya: Pemerintah Desa Hebing, Pemerintah Desa Nata Koli, Hale dan Egon Gahar sebagai wujud sosialisasi porgram. Selain itu, maksud sosialisasi ini juga secara tidak langsung meminta dukugan pemerintah lokal/desa untuk memberikan dukungan baik berupa kebijakan atau alokasi budget yang berpihak pada pengembangan petani.
Lebih dari itu, pemerintah desa juga perlu menjadikan upaya penyelamatan lingkungan melalui usaha tani dan berbagai kebijakan lain yang berpihak pada lingkungan terutama dalam memulihkan lingkungan.

Sosialisasi Program  dan Pendataan Kelompok Tani
Sosialiasi program kepada kelompok sasar yang akan menjadi penerima project (partisipan) juga dilakukan konsolidasi dan reorganisasi kelompok tani yang telah macet atau tidak berjalan
Dari hasil konsolidasi di awal program terjadi perbedaan data jumlah kelompok tani yang mana pada proposal itu, 545 sedangkan setelah dipetakan oleh Tim WTM terdapat 485. Karena itu, terjadi perbedaan jumlah dengan sebelum pendataan riil program, yakni 60 orang.
Sedangkan kelompok tani pada proposal ada 25 kelompok, tetapi setelah dilakukan konsolidasi jumlah kelompok tani menjadi 28 karena ada pemekaran di kelompok napun kontas yang awalnya 1 kelompok menjadi 3 kelompok.

3.2 PEMBENTUKAN KELOMPOK TANI DAN STRUKTUR PENGURUS
Pembentukan kelompok tani di daerah yang belum pernah ada kelompok tani dan penguatan struktur kepengurusan di tingkat kelompok tani menjadi hal urgen yang perlu dilakukan. Malah, WTM melihat bahwa tanpa kelompok tani, program ini akan tidak efektif dalam pelaksanaan. Pembentukan kelompok tani menjadi tuntutan yang harus dibuat agar mempermuda proses pendampingan dan komunikasi tim WTM dengan para petani.
Lebih dari itu, kelompok tani yang dilengkapi dengan struktur organisasi menjadi wadah petani dalam menyeringkan pengalaman dan pengetahuan mereka akan usaha tani. Malah dengan kelompok tani juga para petani saling membantu dalam usaha tani.

3.2.1 DESA EGON GAHAR
Egon Gahar adalah sebuah desa yang sangat dekat dengan gunung api Egon. Desa ini memiliki 3 dusun yakni Baokrenget, Welinwatu dan Lere. Jarak perkampungan dengan gunung api hanya 7-8 km. Itu berarti bahwa secara kebencanaan, perkampungan ini menjadi kawasan rentan yang harus selalu sigap.
Dari sisi kehutanan, desa ini menjadi salah satu desa enclave di kawasan lindung Egon Ilimedo.
Wahana Tani Mandiri dalam programnya bersama CEPF melakukan advokasi teknis kebijakan selain advokasi teknis pertanian. Perkembangannya, masyarakat desa ini telah mendapatkan Ijin Usaha Pengelolaan Hutan dalam program Hutan Kemasyarakatan (IUP-HKM). Hanya saja, bahwa masyarakat belum memiliki rencana kerja HKM. Karena itu penerapan dari HKM hingga hari ini masih terkatung-katung.
Dari dua bulan ini, WTM telah membangun 1 kelompok tani Lero Bekor 1 yang tidak tergabung dalam kelompok HKM. Kelompok ini beranggotakan 20 orang, diantaranya 18 laki-laki dan 2 perempuan.  Sedangkan pendampingan petani yang tergabung dalam kelompk HKM desa Egon Gahar itu memiliki pengurus inti, Ketua Firminus Piru, Sekretaris Bernadus Gete dan Alines Tana sebagai Bendahara.
Dari hasil konsolidasi lapangan, 3 sub kelompok HKM telah memiliki kepengurusan dan keanggotan yang jelas, yakni HKM 1 beranggotakan (20), HKM 3 dan HKM 4 masing-masing  beranggotakan (25). Sedangkan kelompok HKM 2 beranggotakan (20), belum memiliki kepengurusan lengkap tetapi sementara dipilih bapak Bernadus Buhe sebagai Koordinator sambil menunggu pembentukan struktur kepengurusan.
Untuk itu, total pemeganggan IUP HKM desa Egon Gahar (HKM MAPI DETU TARA GAHAR) adalah 90 orang dan kelompok tani Lero Bekor 1 yang beranggotakan 20 orang.

3.2.2 DESA HALE
Desa Hale adalah sebuah desa sebagian besar berada di pesisir dan satu dusun berada dalam kawasan hutan lindung (dusun Glak). Kendati demikian, sebagian warga Hale memiliki lahan kebun di dalam kawasan lindung yang sedang diproses IUP HKM-nya.
Hingga hari ini, IUP HKM Hale secara resmi belum ada. Untuk itu, selain melakukan proses advokasi untuk legalitas IUP HKM Hale, tetapi secara faktual WTM dan CEPF perlu melakukan kerja-kerja teknis pertanian agar diterapkan sebuah pola pertanian yang berkelanjutan. Pertanian selaras alam harus menjadi spirit petani agar kerusakan alam di kawasan Egon Ilimedo dari waktu ke waktu diminimalisir.
Pendampingan di desa Hale, ada kelompok 7 kelompok HKM dan 1 kelompok tani (Natar Maget) yang berada di luar kawasan, yakni kelompok Natar Mage. Dari hasil kerja sosialisasi dan pembentkan kelompok tani, telah dibentuk 7 kelompok HKM yang berjumlah 115 Orang dengan struktur pengurus dan 1 kelompok tani Natar Maget yang beranggotakan 14 orang.

3.2.3 DESA HEBING
     Desa Hebing terletak diantara desa Natakoli dan desa Hale. Jumlah penduduk desa Hebing 425 KK atau 1990 jiwa, (L: 964 dan P: 1026), (lih. Statistik BPS Sikka, 2015). Mayoritas penduduk desa Hebing adalah petani, kendati mereka berada di pinggiran pantai yang mana 322 m dari permukaan laut.
        Dalam kaitan dengan pelaksanaan progam ini, kelompok tani yang didampingi itu rata-rata berada di luar kawasan.
    Kelompok-kelompok tani yang didampingi WTM di desa Hebing telah dibentuk 7 Kelompok Tani dengan struktur kepengurusan. Total jumlah partisipan projek di desa Hebing itu sebanyak 118 jiwa, 90 Laki-laki dan 28 Perempuan
  Setelah dibentuknya 7 kelompok tani tersebut, dilakukan pencatatan dan pengidenfitikasian keanggotaan dari kelompok-kelompok tani desa Hebing agar mempermudah komunikasi dan secara pasti mengetahui berapa banyak partisipan.
           
3.2.4 DESA NATAKOLI
         Desa Natakoli menjadi desa perbatasan antara kecamatan Mapitara dengan kecamatan Doreng. Desa Natakoli memiliki 3 dusun yakni; Umatawu, Wolomotong dan Natakoli. Natakoli merupakan desa terluas di kecamatan Mapitara, 25,37 Km².
         Dalam menyikapi konflik tenurial hutan dengan negara (Dinas kehutanan), warga tidak menerima kalau kawasan kelolanya diklaim menjadi kawasan lindung. Sebab menurut mereka, sebagian besar lahan mereka dicaplok menjadi kawasan lindung dalam versi pal batas 1984 yang sebelumnya areal kelola rakyat.
      Pengimplementasian program di desa Natakoli diperlakukan berbeda dari ketiga desa program lainnya. WTM lebih memilih mengkoordinasi kelompok tani terutama dalam advokasi teknis pertanian. Sedangkan urusan Hutan Kemasyarakatan (HKM), desa Natakoli menolaknya.
Di desa Natakoli telah dibentuk 6 Kelompok Tani dengan struktur kepengurusan. Total jumlah partisipan projek di desa Hebing itu sebanyak 126 jiwa, 99 Laki-laki dan 27 Perempuan

4. PENUTUP
Laporan ini, kami sampaikan sebagai potret awal dari perkembangan dalam pengimplementasian program. Bahwa ada beberapa perbedaan data kelompok tani dari proposal dengan pelaksanaan program. Ini dimaknai sebagai dinamika organisasi dan pelaksanaan program.
Untuk itu, kami telah menyampaikan beberapa temuan awal sebagai dasar dalam mengimplementasikan program “Penigkatan Pendapatan Masyarakat dalam Mendukung Manajemen Ekosistem Berkelanjutan di Kawasan Egon” merupakan sebuah program kerja sama antara Wahana Tani Mandiri dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF).

Tidak ada komentar:

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...