Sabtu, 16 Juli 2016

WTM LAKUKAN PELATIHAN BUDIDAYA TERNAK

Maumere, KN. Pelatihan Budidaya Ternak diselenggrakan Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja sama dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dalam program “Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam Mendukung Menejemen Ekositem Berkelanjutan di Kawasan Egon Ili Medo”.  Kegiatan pelatihan itu dihadiri 15 peserta, utusan dari Desa Natakoli, Hale, Hebing dan Egon Gahar difasilitasi Maria Marta Muda, Kristoforus Gregorius dan Carolus Winfridus Keupung di Puskolap Jiro – Jaro, Tana Li, desa Bhera, Kec. Mego (14 – 16) Juli 2016
Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM), Carolus Winfridus Keupung mengatakan bahwa selama ini kita sudah terlibat dalam kegiatan pembudidayaan tanaman umur panjang berupa komoditi dan penghijauan di sumber mata air,  namun ada hal-hal teknis tertentu yang belum kita lakukan secara baik dan benar. Sekarang kita mencoba untuk membenahi teknis yang ada.
Teman teman kader diharapkan bisa memotifasi teman-teman  petani di lapangan. Kadang-kadang kita tidak dipercayai di lapangan, karena dianggap kita tidak punya kemampuan yang memadai, karena itu WTM secara kelembagaan bertanggung jawab untuk selalu mendalami pengetahuan. Hal-hal teknis yang diberikan WTM selama ini juga kami gali dari teman teman petani. Mungkin, selama ini kita menggantungkan pendapatan kita pada Kakao. Kenapa kita tidak berpikir untuk menggantungkan hidup dari ayam atau kambing dan ternak lain? Sebenarnya sangat bisa karena peluang usaha sangat banyak. Tinggal bagaimana kita kembangkan itu, demikian ulas Win Keupung.
Sedangkan, Herry Naif (Koordinator Program) secara terpisah mengatakan bahwa selama seminggu, kita akan bersama-sama berefleksi bersama tentang apa yang kita telah jalani selama ini. Teman-teman fasilitator akan mengarahkan teman-teman kader untuk melakukan motifasi hal-hal teknis. Hal-hal ini yang kita tekankan sehingga selama dua tahun ke depan ini kita bisa membantu memfasilitasi teman-teman petani di wilayah kita masing-masing. Teman-teman bisa menyebarkan atau mensosialisasikan hal-hal teknis pertanian ke petani lain di wilayah kita masing-masing. Selama satu tahun delapan bulan ke depan, kita akan selalu bertemu untuk saling membenahi.
Kami akan berusaha sedapat mungkin membawa teman-teman keluar untuk memotret desa atau wilayah kita dari luar untuk memberdayakan petani. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan dengan nilai rasa yang berbeda dan keyakinan yang berbeda. Kadang-kadang orang merasa biasa saja tetapi ketika kita keluar rasa percaya diri itu otomatis  memberi keyakinan bagi kawan-kawan kader tani. WTM melihat bahwa selalu kalah dalam akses ekonomi dan menggantungkan diri pada orang lain. Padahal begitu banyak peluang bisa dimanfaatkan petani sebagai potensi untuk dikembangkan. Misalnya, ternak ayam. Hampir semua kita punya ayam tetapi ayam dipelihara tidak melalui sebuah analisa usaha tani sehingga bisa memprediksi berapa besar pendapatan setahun, demikian kata putra kefa yang sedang berkipra bersama WTM.
Mengawali pelatihan ini, Win Keupung membawakan materi pertanian berkelanjutan. Berkelanjutan yang dimaksud adalah secara ekologi harus diciptakan agar petani berdaulat secara ekologis seperti proses pemupukan itu tidak tergantung pada pupuk kimia tetapi bagaimana dibuat agar dalam kebun itu sendiri ada proses pemenuhan kesuburan tanah dari tanaman-tanaman yang bisa dijadikan pupuk hijau.
Bahwa dulu petani memakai sistem berpindah. Situasi hari ini tidak bisa dipertahankan. Untuk itu, secara teknis harus sudah memulai dengan pertanian yang menciptkan unsur hara dalam kebunnya. Maka sudah harus mencoba dengan kebun menetap. Kita harus ciptakan supaya kebun itu dikerjakan sepanjang waktu dan hasilnya stabil. Petani  harus menyiapkan usaha tani yang menjaga kondisi ekologi baik, ujar mantan Direktur Walhi NTT.
Lebih lanjut Kristoforus Gregorius memfasilitasi tentang analisa usaha tani, dengan membuat perencanaan yang didasarkan pada analisa. Karena analisa ini akan memastikan berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam usaha tani. Pertama; dibuat analisa biaya, pengeluaran setahun dalam keluarga.
Ajak Kristo, mari kita berhintung. Berapa besar pengeluaran keluarga setahun? Mulai dari biaya rumah tangga, seperti: pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan, komunikasi, penerangan, listrik, air, transportasi, adat, dll. Dari hasil perhitungan ternyata diperkirakan setahun, pengeluaran setahun bisa mencapai 50-an juta.
Setelah diperhitungkan pengeluaran, peserta diajak untuk membuat analisa pendapatan dari potensi yang dimiliki petani. Misalnya dari sebidang tanah, apa yang mau dibuat dalam sebidang tanah, mau usaha apa dengan membaca peluang pasar. Agar kemudian petani mampu memenuhi segala kebutuhannya. Mulai dari penanaman pangan, komoditi, ternak, dll. Bila semua dilakukan dalam perencanaan tentunya petani sudah bisa memprediksi berapa pendapatan setahun, demikian ulasan Kristo.
Sedangkan, Kristina Krist (kader tani) dari Natakoli terheran-heran setelah dihitung pengeluaran dan pemasukan. Ia mengatakan bahwa kami petani sebetulnya tidak miskin. Hanya saja selama ini kami sekedar menjadi petani tanpa pernah melakukan perhintugan pengeluaran dan kemudian membuat analisa pendapatan dari segala aktifitas yang dilakukan di kebun seperti yang digambarkan dalam kebun impian kami petani.
Ini menjadi bekal saya dalam memotifasi petani di kampung Natakoli agar kami mulai dengan sebuah usaha tani yangn diasaskan pada analisa usaha tani.  Lebih dari itu, semoga bisa dalam materi ternak babi, kambing dan ayam memberi nilai tambah agar dapat mampu membudidayakan ternak secara secara baik.








Tidak ada komentar:

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...