Rabu, 09 November 2016

CPEF dan Burung Indonesia Monitoring Program WTM

Maumere, KN. Kerja sama Wahana Tani Mandiri (WTM) dengan Critycal Ecosystem Parthnersip Fund (CEPF) dalam program “Improving Ecosystm Manajemen and Livehoods around Mountion Egon In Floses – Indonesia” yang telah berlangsung enam (6) bulan. Kegiatan ini dihadiri oleh Skylar (CEPF), Adi Widiyanto, Tiburtius Hani (Burung Indonesia), Winfridus Keupung (Direktur WTM) dan semua Fasilitator Lapangan dan Kantor, Jln Wairklau Maumere (8/11/16).

Kegiatan ini difasilitasi dalam bahasa Inggris oleh Herry Naif (Koordinator Program) itu mengutarakan soal pelaksanaan program entah itu tentang kesuksesan yang dicapai sesuai target program dan tantangan atau kendala yang dialami dalam program. Dalam presentasi itu, Herry menyinggung bahwa program yang dilaksakan di Wilayah Mapitara ini mengalami dinamika pelaksanaan yang luar biasa. Bahwa ada sebuah pola pertanian yang ditawarkan WTM dimana sistem pertanian terpadu (selaras alam).

Model pertanian menjadi pilihan alternatif ketika banyak petani mengembangkan pertanian kimiawi. WTM secara serius mendorong pertanian yang bernuansa konservasi. Berbabagai aktifitas yang telah dilakukan adalah pembentukan kelompok tani, rekruitman dan seleksi kader, Diskusi perencanaan dan permasalahan pengelolaan pertanian, kunjungan sumber mata air, pembuatan kandang, vaksin ayam, pembibitan tanaman umur panjang (Kakao, Pala dan Cengkeh), pembibitan tanaman sumber mata air, kunjungan kebun dan berbagai aktifitas lain, ujar Herry.

Dalam presentasi itu, Skylar (CEPF) mempertanyakan tentang perbedaan data base jumlah sumber mata air yang ada dalam penulisan awal dengan yang sekarang, dan kondisinya juga berbeda. Menjawabinya, Winfridus Keupung mengatakan bahwa perbedaan itu terjadi setelah dilakukann indentifikasi dan penelusuran kondisi mata air yang ada. Benar bahwa yang ditulis itu 8 sumber mata air tetapi setelah ditelusuri secara faktual, padahal di Wilayah kecamatan Mapitara ada 36 sumber mata air, dengan kondisi stabil dan kurang. Sampai hari ini belum ada yang kering. Tetapi kondisi ini tidak berarti bahwa kita membiarkannya tetapi proses konservasi harus dilakukan.

Sedangkan Mengenai perkembangan pelaksanaan Hutan Kemasyarakatan (HKM) Mapi Detun Tara Gahar sudah diperoleh sejak bulan Oktober 2013 tetapi hingga hari ini belum dilakukan karena, pertama. Miskomunikasi yang terjadi antara pemegang Ijin Usaha Pengelolaan (IUP) HKM dengan Dinas Kehutanan Propinsi. Bahwa IUP sudah ada, tetapi belum ada RKHKMnya. Kedua, perubahan kewenangan yang sebelumnya menjadi kewenangan pemerintah kota/kabupaten, saat ini menjadi diambil alih oleh pemerintah provinsi, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah. Kondisi ini mestinya mendorong para pihak agar mempercepat proses pelaksaan IUP HKM tersebut, sambil menunggu IUP HKM untuk Desa Hale dan Hebing, demikian ungkap Win Keupung.

Setelah pertemuan di kampung dengan melihat beberapa data administratif dilakukan kunjungan lapangan ke Desa Egon Gahar oleh Tim CEPF, Burung Indonesia dan WTM. Disana pula dibahas tentang kondisi perkembangan HKM yang belum dijalankan. Menurut Yulianus, kami pemdes akan siap membantu untuk mempercepat pelaksaan HKM di sini. Kami berharap bahwa keterlibatan WTM dalam advokasi ini akan mendorong percepatan pelaksanaan HKM Mapi Detun Tara Gahar, ungkapnya.

Tidak ada komentar:

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...