Rabu, 22 Februari 2017

WTM dan Para Pihak Hijaukann 8 Sumber Mata Air di kawasan Mapitara

Maumere - KN. Kawasan Egon Ilimedo, yang kian hari menurun kualitas layanan alam akibat berbagai aktivitas yang berdampak negatif, seperti: destructive logging, perambahan hutan, pembukaan lahan dalam kawasan dan pengembangan pola pertanian ladang bergulir. Untuk itu, dalam rangka penyelamatan kawasan tersebut, Wahana Tani Mandiri (WTM) bekerja sama dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia dalam program “Improving Ecosystem Manajemen and Livehoods arround Mt. Egon-Indonesia

Sebagai salah satu implementasi kongkret program tersebut, WTM kemudian bekerja sama dengan para pihak di Kabupaten Sikka, terutama beberapa instansi pemerintahan yang punya keterkaitan dengan isu penyelamatan sumber daya alam. Instansi yang terlibat dalam kegiatan itu adalah Dinas Lingkungan Hidup Sikka, UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan wilayah kabupaten Sikka, Dinas Sosial dan Kapolsek Bola, Koramil Bola, Pemerintah Kecamatan Mapitara, Puskesmas Mapitara serta empat (4) desa, yakni: Natakoli, Egon Gahar dan Hebing. Kegiatan ini kemudian dinamai “Gerakan Penyalamatan Kawasan Mata Air di Kawasan Egon Ilimedo”

Kegiatan penanaman pohon pada delapan (8) sumber mata air diantaranya: Natakoli (Wair Toke dan Wair Lago), Egon Gahar (Wair Sokon Petut), Hale (Wair Puat dan Habi Narin) dan Hebing (Wair Tena dan Kara Wair), dibuka Drs. Yoseph Ansar Rera (Bupati Sikka) dan dihadiri oleh Ir. Yunida Pollo, Vitalis Nong Veni, SH (Kepala UPT Kesatuan Pengelolaan Kehutanan Sikka), Farid Ladapase (Sekretaris Dinas Sosial), Dra. Theresia Silmeta M. Donata (Camat Mapitara), Yosep Parera (Koramil Bola), Yohanes Balla (Kapolsek Bola), Kepala Desa Egon Gahar, Hebing, dan Natakoli, Rm. Tasman Ware, Pr (Pastor Paroki Renya Rosari Hale Hebing).

Kegiatan Gerakan Penyelamatan ini diawali dengan seremonial pembukaan di pelataran kantor camat Mapitara, dengan penyerahan simbolik bibit tanaman kepada pemerintah desa oleh Bupati Sikka, Kadis Lingkungan Hidup, Kepala UPT Kehutanan dan Direktur WTM, kepada wakil dari empat desa tersebut, pada hari Rabu, 22 Februari 2017.

Carolus Winfrdus Keupung (Direktur WTM), mewakili tim Panitia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi untuk terselenggaranya kegiatan ini. Sebetulnya kegiatan ini hanya dilakukan dengan para petani warga kelompok tani, tetapi kami melihat bahwa kawasan ini merupakan paru-paru kabupaten Sikka yang harus dilihat sebagai tanggung jawab kita semua. Untuk itu, kemudian kami berinsiatif untuk mengundang instansi pemerintah di kabupaten, kecamatan, desa dan bahkan mengajak keterlibatan semua warga di Mapitara.

Theresia Silmeta M. Donata (Camat Mapitara), dalam sambutannya mengungkapkan bahwa air adalah kebutuhan vital. Bahwa sejak bangun pagi hingga tidur, setiap manusia pasti membutuhkan air. Karena itu, tidak salah bila hari ini kita semua perlu melakukan gerakan penyelamatan kawasan. Menurut saya, gerakan ini adalah gerakan nurani, cinta kasih kepada anak-cucu kita. Bahwa kita menanam untuk kebutuhan mereka ke depan. Bahwa di Mapitara sebetulnya banyak mata air, tetapi faktanya banyak pipa yang ada, itu tanpa air. Apakah ini karena kekurangan debit air karena kerusakan di hulu ataukah karena hal lain. Saya menegaskan bahwa hari ini kita menanam tetapi ada sekelompok orang yang masih berniat untuk menebang, maka saya mengajak kita semua untuk menjaga kawasan ini ujar camat Mapitara.

Bupati Sikka, Yoseph Ansar Rera dalam membuka acara “Gerakan Penyalamatan Kawasan Mata Air di Kawasan Egon Ilimedo”, mengapreseasi kegiatan yang diinisasi oleh WTM, karena kawasan ini adalah jantung kabupaten Sikka. Malah Maumere dikenal sebagai “the heart of Flores” maka kawasan ini penting untuk dilestarikan. Saya mengajak semua pihak agar gerakan seperti ini terus dilakukan dalam upaya melestarikan lingkungan.

Kegiatan gerakan ini dilakukan semarak karena hampir seluruh warga Mapitara terlibat, yang mana setiap desa berada di titik-titik mata air yang mau dihijaukan sedangkan hanya warga desa Hebing yang kemudian bersama Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) menanam di dua kawasan Mata air di Wair tena dan Kara Wair.

Sesuai kegiatan seremonial pembukaan di Kantor Camat Mapitara, Bupati dan rombongan menuju Kara Wair untuk menanam pohon. Setiap instansi telah disiapkan areal penanamannya.

WTM, Warga Mapitara dan Pemkab Sikka Selamatkan Kawasan Egon Ilimedo

Oleh: Herry Naif

(Koordinator Program WTM-CEPF)

Akselerasi pembangunan berintensi meningkatkan kesejahteraan seolah menjadi kabar-hibur bagi manusia yang tidak terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam. Eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan daya tampung dan daya dukung (carrying capacity) lingkungan berakibat pada kian merosotnya kualitas lingkungan.

Beberapa faktor penyebab kemerosotan kualitas lingkungan di Indonesia, seperti adanya destructive logging, ekspansi industri pertambangan, reklamasi pantai, konversi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan. Ke-semua-nya diidentifikasi sebagai aktivitas yang terberi dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak pada nilai-nilai eco-humanis.

Berbeda dengan Kawasan lindung Egon Ilimedo merupakan salah satu kawasan hutan di Kabupaten Sikka yang memiliki luas 19.456,80 ha atau 78,6% dari total luas kawasan hutan Kabupaten Sikka 24,738,43 ha, karena mencakupi tiga kecamatan yakni, Waigete, Mapitara dan Doreng yang telah menjadikan kawasan hutan Egon Ili Medo sebagai susu dan madu bagi hidupnya. Atau bagi masyarakat Sikka kawasan ini adalah paru-paru kabupaten Sikka. Pemberian alam seutuhnya dijadikan sebagai hakikat dasar dalam pengelolaan sumber daya alam. Mereka menjadikan alam sebagai pusat hidup mereka (kosmosentris).

Tidak heran bila warga pada empat (4) desa, yakni: Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing berusaha mempertahankan hidup dan eksistensinya (struggle for life and struggle for existence) di tengah perdebatan akan tapal batas yang berdampak pada ruang kelola mereka. Hutan menjadi sebuah ruang penting bagi kehidupan manusia yang mana memberi nilai keseimbangan ekologi.

Fungsi dan peran kawasan Egon seharusnya memberikan layanan yang baik dan nyaman mulai terganggu. Hal ini disebabkan berbagai aktifitas, seperti: perambahan hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan kawasan Egon. Pada kawasan ini sering terjadi erosi, banjir dan menurunnya debit air di beberapa sumber mata air. Selain itu, Iklim mikro di wilayah ini pun terganggu. Padahal iklim mikro dibutuhkan untuk memberi kenyamanan pada manusia dan perkembangan tanaman yang lebih baik pada wilayah yang terbatas, khususnya kawasan Egon Ilimedo maupun kabupaten Sikka.

Permasalahan utama di kawasan Egon adalah terjadinya perambahan hutan atau pembukaan lahan kebun dalam kawasan hutan dan penebangan pohon (destructive logging).

Dari catatan Dinas Kehutanan Sikka, aktifitas perambahan ini dilakukan hampir setiap saat dan berdampak luas pada rusaknya 280 ha hutan di Kecamatan Mapitara wilayah Egon Ilimedo desa Hale (130 Ha), Egon Gahar 100 Ha, Natakoli (50 Ha) yang menimbulkan debit 8 mata air menurun yaitu mata air, Wair Oridar, Napun Urut (Natakoli), Napun Ewa, rejo gajot (Egon Gahar) Napun Dagar (Hebing), Wair Heni, Wari Boto (Hale). Pada Wilayah desa Hale, Hebing dan Egon Gahar, perambahan sudah mendekati puncak Gunung Egon.

Beberapa gagasan dan permasalahan yang diungkap di atas, Wahana Tani (WTM) dalam kerja samanya dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) melalui Program “Improving Ecosystem Manajemen and Livehoods arround Mt. Egon” yang berkelanjutan di kawasan Egon Ilimedo dan bersama beberapa stakholder di Kabupaen Sikka akan dilakukan Gerakan Penyelamatan Sumber Mata Air. Untuk itu, diselenggarakan Penghijauan di empat (4) titik mata air di Kecamatan Mapitara.

Gerakan penyelamatan Sumber Mata Air dari para pihak (Stakeholder), seperti: (UPT Kesatuan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, Tagana, Koramil Bola, Pemerintah Kecamatan Mapitara, empat (4) Pemerintah Desa (Hale, Natakoli, Egon Gahar dan Hebing), OMK Paroki Hebing). Gerakan ini hendaknya mampu menularkan gerakan cinta lingkungan kepada masyarakat Mapitara dan menjadikan konservasi sumber mata air dan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan mereka.

Sebetulnya kegiatan ini dirayakan pada hari Valentine’s Day pada 14 Februari lalu sesuai dengan tradisi Gerejani yang mana diperingati sebagai hari kasih-sayang antar remaja atau dalam keluarga tetapi momentum tahun ini, WTM bersama para stakeholder dan warga Mapitara menamainya “Green Valentine’s Day”. Kasih sayang warga dan Pemkab Sikka dicurahkan pada kawasan Egon Ilimedo.

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut diantaranya: (1) Memotivasi masyarakat Mapitara untuk melihat akan pentingnya konservasi tanah dan air bagi kehidupan masyarakat Mapitara; (2) Membangun kesadaran ekologis akan penyelamatan ekologi kawasan Egon Ilimedo menjadi bagian hidup warga; (3) Meningkatnya partisipasi para pihak dalam upaya penyelamatan ekologi di kawasan Egon Ili Medo; (4) Menjadikan momentum ini sebagai Green Valentine’s Day;

Diharapkan bahwa kegiatan ini memiliki dampak riil bagi warga dan pemerintahan lokal diantaranya: (1) Terbangunnya kesadaran ekologis untuk melestarikan lingkungan hidup; (2) Terkonsolidasinya para pihak yang berkaitan dengan isu penyelamatan lingkungan hidup; (3) Terbangunnya paradigma penyelamatan ekologi kepada para pengambil kebijakan lokal di kecamatan Mapitara; (4) Perubahan paradigma terhadap proses pengurusan lingkungan hidup di tingkat pemerintah desa.

Setelah kegiatan ini akan dilakukan workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) dan Penyusunan Peraturan Desa (PERDES) pada 4 desa (Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing). Peraturan ini dimaksud mengatur tentang proses dan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan potensi dan analisa resiko yang akan ditimbulkan.

Bupati Sikka Menanam Pohon di Kawasan Mata Air Karawair, Hebing, Kec. Ma...


Setelah seremonial pembukaan di Pelataran Kantor Camat Mapitara, Bupati Sikka bersama rombongan dari kota Maumere, seperti: Dinas Lingkungan Hidup Sikka, UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Sikka dan para staf Humas dan Protokoler Pemkab Sikka, Dinsos. Selain itu, kegiatan itu juga dihadiri warga dari Desa Hebing, yang mana Kara Wair adalah salah satu kawasan mata air di Wilayah desa Hebing.

Bersamaan dengan momentum yang sama para pegawai bersama warga Hebing berbaur dan melakukan penanaman pohon.

Yoseph Ansar Rera (Bupati Sikka) melakukan penanaman pohon Sule (bahasa Lio), Huler (Bahasa Sikka). Pohon ini menjadi pilihan karena seturut pengalaman dan fakta di lapangan, pohon teridentifikasi sebagai pohon yang akan mendatangkan air.

Kamis, 16 Februari 2017

Pembentukan Panitia Gerakan Penyelamatan Kawasan Mata Air di Mapitara- Egon Ilimedo

Galit, KN. Dalam rangka penyelamatan kawasan Egon Ilimedo, telah dibentuk Panitia Lokal bersama Pemerintah Kecamatan Mapitara, Pemerintah Desa Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing, Koramil Bola, Tokoh Adat, Tokoh Agama. Kegiatan pembentukan panitia lokal ini dipimpin Theresia Silmeta M. Donata (Camat Mapitara) di Aula Kantor Camat Mapitara (16/02).

Pada pembukaan acara tersebut, dalam sambutannya Ibu Theresia mengungkapkan bahwa kawasan Egon ini seharusnya dianggap penting karena menjadi kawasan lindung. Bahwa, tidak tabu bila rakyat Mapitara mengakses tetapi harus mengedepankan aspek perimbangan ekologi agar tidak terjadi seperti hari ini. Jangan kita punya program menanam tetapi ada yang terus melakukan penebangan. Lebih lanjut, Theresia mengapreseasi WTM yang melakukan penyelamatan ini sebagai gerakan bersama yang bukan hanya untuk kita hari ini tetapi kepentingannya untuk anak-cucu kita, ujarnya.

Setelah itu, dilanjutkan dengan presentasi dari Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF) tentang apa yang menjadi dasar Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerjasamanya dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Yayasan Burung Indonesia agar melakukan gerakan penyelamatan kawasan mata air di kawasan Egon Ilimedo. Beberapa permasalahan yang diidentifikasi, yakni: Konflik Tapal Batas Kawasan 1932 dan 1984, menurunnya debit Air, Sumber Mata Air Kering, Debit Mata Air Menurun, Perambahan Hutan, Kebun rakyat di Areal Mata Air. Deretan kasus-kasus ini kemudian berdampak pada pendapatan warga sekitar kawasan masih rendah, ujarnya.

Lebih lanjut, disampaikan tentang tujuan kegiatan, yakni: Memotivasi masyarakat Mapitara agar melihat pentingnya konservasi tanah dan air bagi kehidupan masyarakat Mapitara; membangun kesadaran penyelamatan ekologi kawasan Egon Ilimedo menjadi bagian hidup warga, meningkatnya partisipasi para pihak dalam upaya penyelamatan ekologi di kawasan Egon Ili Medo;menjadikan momentum ini sebagai Green Valentine’s Day, ujar Herry.

Setelah itu, dilanjutkan dengan pembentukan panitia. Penentuan pimpinan panitia dilakukan secara aklamasi, yang mana dipercayakan sebagai ketua pelaksana Camat Mapitara, Seksi Keamanan (Koramil Bola) Seksi Perlengkapan (Kepala Desa Egon Gahar) dan teknis perlengkapan di lapangan akan difasilitasi oleh pemerintah desa, fasilitator desa, dan babinsa. (Tim KN)

Kamis, 09 Februari 2017

Breaving Materi Kedaulatan Pangan Bersama Beatriks Rika

Maumere, KN. Beatrix Rika, sosok petani perempuan sederhana yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pertanian, sejak masih muda dengan mengelola lahan sawah dan kebun landang di Lowo Lo'o. Di kebunnya ia menanami tanaman pangan, seperti: padi, jagung serta hortikutura, sambil aktif sebagai kader posyandu.

Sejak tahun 2014, Beatriks sebagai kader tani WTM mendampingi 5 kelompok di desa Bhera, yakni: kelompok santu Yosef, Sinar Tani, Usaha Bersama, Lowo Lo’o, dan Wore Tau Mbombe. Beatrix adalah anggota kelompok tani Lowo Lo’o dan menjadi kader tani yang berperan mendampingi dan memotifasi 5 kelompok tani di wilayahnya dengan jumlah anggota 75 orang (55 perempuan. 25 laki-laki). Di samping beliau bersama fasilitator lapangan WTM memfasilitasi kelompok dampingan, ia juga terlibat dalam penelitian pemulian benih padi lokal kupa dan dan ciherang. “Alasan kami lakukan kawin silang ini karena selama ini kami bergantung pada benih dari luar sementara benih yang ada belum sempurna serta masih tidak mampu bertahan terhadap hama dan iklim setempat,” ungkapnya.

Berkat ketekunannya ia telah berhasil sampai pada tahap F2 untuk jenis padi baru. Hasil benih F2 akan dikawinkan lagi untuk kemudian menghasilkan benih lokal baru yang dinamainya padi 3S (Sega, Sela, Sona).

"Berdasarkan penelitian yang kami lakukan, apabila berhasil maka kami akan menghasilkan benih baru yang besar bulirnya, tahan hama, dan tahan terhadap iklim lokal yang panas,” ungkap Ibu Beatriks.

Dari kesuksesan itu, Beatriks Rika kemudian diikutsertakan dalam pemilihan/nominasi perempuan pejuang pangan oleh oxfam Indonesia. Dari proses seleksi itu, Beatriks Rika kemudian terpilih dari 9 perempuan pejuang pangan di Indonesia. Sebuah proses telah dilakukan untuk mendorong kedaulatan benih dari petani. Proses penganugerahan itu telah membangkitkan adrenalin para petani untuk terlibat dalam setiap proses yang dilakukan. Bahwa secara metodologis, tentunya penelitian ini harus di-back-up oleh para akademisi tetapi sebuah hal positif bahwa petani membutuhkan pengetahuan praktis dalam melakukan proses pemulian benih.

Untuk itu, secara lembaga (Wahana Tani Mandiri - WTM) berinisiasi menggagas kerja sama dengan Oxfam Indonesia sebagai salah satu bentuk kampanye sekaligus penyebarluasan pengetahuan dengan pola “study farmer to farmer” terutama ke kelompok dampingan WTM dan beberapa lokasi lain yang dipandang perlu.

Mengawali kegiatan ini dengan dilakukan Breavinng materi Kedaulatan pangan oleh Carolus Winfridus Keupung (Direkur WTM), Alexander Bambang (Koord Advokasi Pertanian), Maria Marta Muda (Koordinator Advokasi dan Riset dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), Herry Naif (Koordinator Program CEPF). Kegiatan ini difasilitasi oleh Carolus Win Keupung, yang mana dalam materi itu ia menegaskan bahwa kedaulatan pangan menjadi hal yang urgen. Dan salah satu wujud kegiatan itu adalah Pemulian.

Sedangkan Beatriks Rika, yang ditemui terpisah mengatakan bahwa sangat bangga karena ia diberi kesempatan untuk berbagi bersama petani, study farmer to farmer. Kegiatan ini membuatnya harus banyak belajar dari petani yang lain, selain ia mensharingkan pengalamannya dalam pemulian dan bagaimana petani harus mencapai kedaulatan benih.

Sedangkan Maria Marta Muda (Koordinator advokasi, Riset Pengelolaan Lingkungan) mengatakan bahwa penelitian ini hendaknya menjadi momentum bagi petani untuk belajar satu sama lain. Lebih dari itu, para petani juga lebih melihat pangan secara umum dalam memenuhi kebutuhan akan pangannya. Saya akan coba membantu mendesain model penelitian yang akan diemban, ujarnya.

WTM KONSOLIDASI PARA PIHAK UNTUK PENYELAMATAN MATA AIR DI MAPITARA

Maumere, KN. Dalam rangka penyelamatan mata air di kecamatan Mapitara yang merupakan salah satu aktifitas dari program "Improving Manajemen Ecosystem Mt. Egon Ilimedo, Wahana Tani Mandiri dalam kerja samanya dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Yayasan Burung Indonesia mengkonsolidasi para pihak sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam menyelamatkan kawasan lindung yang sedang menjadi paru-paru kabupaten Sikka. Beberapa aktor yang dikonsolidasi diantaranya: UPT Kesatuan Pengelolaan Kehutanan wilayah Sikka, Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Sikka, Dinas Sosial Kabupaten Sikka, Pemerintah Kecamatan Mapitara, Pemerintah Desa Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing dan kelompok tani dampingan, Paroki Reinha Rosari Hale-Hebing.

Sebagai persiapan, konsolidasi tim kabupaten diselenggarakan WTM di Kantornya, Jalan Wairklau Maumere (9/02). Kegiatan diskusi ini dipandu oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM - CEPF). Yang hadir dalam pertemuan tersebut, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM), Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Prog. CEPF), Aleks Bambang (Koordinator Advokasi Pertanian), Marta Muda (Koordinator Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan Program Misereor) dan 2 Staf Fasilitator Lapangan.

Dalam pembukaan, Herry menyapa para peserta pertemuan Dinas Sosial, UPT Kehutanan Sikka dan Badan Lingkungan Hidup serta para staf WTM. Bahwa dahulu kita seringkali bertemu untuk kegiatan forum multi pihak kehutanan yang berjalan cukup bagus. Saat ini kita bertemu kembali untuk merajut relasi itu dengan melakukan kegiatan penghijauan bersama sebagai wujud penyelamatan kawasan mata air di Egon Ilimedo secara bersama-sama. Oleh karena itu kita bertemu lagi dalam rangka memperingati hari kasih sayang (14 February), sebagai "Green Valentines Day". Untuk pelaksanaan kegiatan ini, Kami coba buat satu kerangka sederhana untuk menjadi panduan kita bersama.

Bahwa, dalam proses Studi Pengelolaan Sumber daya Alam (PSDA) teridentifikasi beberapa permasalahan yang ditemui di kecamatan Mapitara, seperti Konflik tapal batas 84 dan 32, debit mata air menurun bahkan kering. Kemudian kita juga menemukan di sekitar kawasan mata air ada wilayah kelola rakyat (kebun milik warga). Selain itu, WTM juga melihat beberapa persoalan seperti pendapatan warga di sekitar kawasan sangat rendah, Ujar Herry.

Selain permasalahan, juga ditemukan potensi di sana seperti, Kawasan Hutan Lindung, Masyarakat Adat, Ada Kawasan Sumber Mata Air, Program Perhutanan Sosial, Ada warga di sekitar kawasan. Kami juga coba mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam mengelolah kawasan seperti UPT Kehutanan Sikka, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Gereja, Puskesmas, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Sekolah, PPL, BPD dan Babinsa.

Menanggapi permasalahan tersebut, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa "Awalnya kami juga bingung karena kami harus memfasilitasi teman-teman petani yang sebenarnya adalah pelaku. Kami kemudian mendata di setiap desa ada berapa pohon yang ditebang dan siapa pelakunya. Kami melakukan hal ini bukan untuk melaporkan mereka tetapi sebagai proses penyadaran. Dan saat ini kami melihat perkembangannya cukup baik karena hampir semua elemen di sana mulai terlihat perubahan pola pikir yang sadar lingkungan, baik itu warga, Pemdes hingga Sekolah-sekolah. Untuk kami ini adalah sebuah perubahan yang cukup baik, ujarnya.

Sedangkan Y. D. Parera (Kabid. Tata Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Sikka) menyampaikan seputar perilaku manusia. Bahwa faktanya, seperti warga kurang mengerti, sedang mengerti dan sudah mengerti. Kemudian mengenai seputar konsep ADIWIYATA itu memang sedang digalakan mulai saat ini mulai dari tingkat TK hingga SMA. Satu hal yang membuat saya sedikit terganggu adalah masalah kekurangan air di PUSKESMAS Mapitara. Sebenarnya itu masalah jaringan perpipaan.
Parera menambahkan, bahwa sehubungan dengan kegiatan ini, saya berpikir bahwa kita semua punya pemikiran yang sama yaitu PEMYELAMATAN LINGKUNGAN. Ini adalah sebuah gerakan yang luar biasa. Namun sayangnya konsep yang luar biasa ini terlambat kita diskusikan setelah pembahasan RENSTRA. Kita akan perjuangkan di tahun 2018 nanti. Kebetulan sekali Mapitara belum mendapat perhatian untuk penyelamatan Lingkungan. Kita saat ini punya anakan nangka 500 anakan dan akan diangkut dengan mobil sampah. Kami berharap 25 staf yang bisa berpartisipasi, ujar mantan camat Waiblama.

Sedangkan Y. Matalim Blikoleng, yang mewakili UPT Kesatuan Pengelolaan Kehutanan Sikka, mengatakan bahwa Apa yang disampaikan tadi itu hampir sama dengan konsep yang dibangun oleh kami di kehutanan. Kami sangat senang karena dilibatkan secara langsung, dan kami juga berharap semoga kegiatan ini membawa dampak dalam pola pikir yang pro lingkungan. Untuk saat ini, kami membantu 50 anakan Beringin dan Ara.

Selain itu, La Ana peserta dari Dinsos mengatakan bahwa Kami dari dinas Sosial tidak memiliki sumbangan anakan, tetapi kami punya personel relawan yang akan ikut terlibat bersama. Kami selalu siap tenaga. Kami juga berharap untuk WTM menyurati Bupati sehingga gerakan ini akan lebih baik.

Setelah presentasi itu, dilanjutkan dengan diskusi bersama yang mana setiap dinas yang hadir menanggapi dan menyatakan kesanggupannya untuk bergabung dalam kegiatan dimaksud. Dari pertemuan itu, dihasilkan beberapa rekomendasi bahwa (1). Kegiatan ini awalnya direncanakan akan dilakukan pada tanggal 14 Februari 2017, sebagai wujud dari Green Valentine days. Hanya saja bahwa Sikka dilanda bencana puting beliung dan angin kencang, kegiatan akan mengalami penundaan hingga 22 Februari 2017. (2). Menyongsong kegiatan penghijauan mata air yang akan dilakukan itu, diidentifikasi persiapan benih yang mana Dinas Lingkungan Hidup Sikka menyiapkan 5oo anakan, WTM (1000 beringin), Petani dampingan 900 anakan beringin, ara, lago, UPT Kehutanan (50 anakan beringin). (3). Pemetaan kondisi lokal terutama tentang sumber mata air yang akan menjadi wilayah sasar penghijaauan karena dinilai urgen dilakukan penghijauan, yang mana mengalami penurunan debit pada saat musim panas. Beberapa mata air yang mau dihijaukan diantaranya: Hebing (Wair Tena dan Kara Wair), Hale (Wair Puad dan Habi Narin), Natakoli (Wair Lagi dan Wair Toke), Egon Gahar (Wair Sokan Petut).

Selasa, 07 Februari 2017

WTM DIAUDIT KEUANGAN PROGRAM MISSEREOR

Maumere, KN. Mengakhiri pelaksaan program “Peningkatan Kapasitas Petani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi” kerja sama WTM dengan Misereor Jerman periode tiga (3) tahun, (2014 - 2016) itu dilakukan Audit Keuangan pada hari Senin, 6-9 Februari 2016. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari audit lapangan yang dilakukan pada bulan November lalu.

Kegiatan audit ini dilakukan Misereor untuk mengetahui transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan program WTM. Untuk itu, Audit ini dilakukan oleh Wijanarko dan Rekan, Publik Accountants Jakarta, yang mana mengutus Hendra dan Dolly, Sebagai auditor. Kegiatan audit ini dihadiri Getrudis Dari (Keuangan Program dan Lembaga), didampingi Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dan Alexander Bambang (Koordinator Lapangan) dan Marta Muda (Koordinator Advokasi dan Pengelolaan Lingkungan Program WTM-Misereor).

Dari proses Audit selama 3 (tiga) hari ini, WTM dinyatakan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Itu berarti bahwa pengelolaan keuangan program WTM dalam kerjasamanya dengan Misereor telah memenuhi standar akuntansi publik.

Getrudis Dari, mengaku sangat puas dengan hasil audit ini karena selama ini saya berjuang keras agar hasil auditnya memuaskan lembaga sebagai kontribusinya. Ia berharap bahwa 3 tahun program ke depan pengelolaannya harus menjadi lebih baik agar selalu mendapat predikat baik dalam pengelolaan keuangan. Dia bangga dan bahagia karena awalnya dia sangat kuatir dalam menghadapi audit. Tetapi hasil Audit ini telah membayar kekuatiran dan kecapaiannya selama setahun, Ujarnya.

Sedangkan, Carolus Winfridus Keupung menanggapi hasil ini dengan tenang bahwa ini sebuah proses yang panjang setelah melalui sebuah perjuangan dan pemembenahan yang dilakukan di berbagai lini. Seringkali audit keuangan menjadi sebuah hal yang menakutkan tetapi dengan hasil ini menjadi sebuah pengalaman positif yang diraih oleh Wahana Tani Mandiri. (HN-Tim KN)

DOBO NUAPU'U-WOLOBOA DILANDA ANGIN KENCANG/PUTING BELIUNG

Dobo Nuapu'u, KN. Hampir seminggu, wilayah kabupaten Sikka mengalami hujan dan angin. Pohon-pohon tumbang, Rumah-rumah ada yang roboh, Tanaman-tanaman di kebun petani entah tanaman pangan dan komoditi banyak yang tumbang.

Bencana ini pun dialami di desa Dobo Nuapu'u, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka. Menurut pengakuan Thomas Didimus (Kader Tani) di Woloboa yang ditemui mengatakan bahwa angin mulai kencang pada hari senin, 7 Februari 2016, pukul 10 pagi. Pada hari selasa, (09/2) pada jam 11, angin malah bertambah kencang (puting beliung). ujarnya.

Akibat angin kencang tersebut banyak tanaman yang rusak seperti padi jagung yang sementara berbunga. Selain itu tanaman kakao, kemiri, mangga dan pohon-pohon banyak yang tumbang baik di kebun, di jalan maupun di sekitar perumahan.Sebagian besar pohon dan cabang-cabang pohon jatuh di atas atap rumah warga sehingga mengakibatkan atap rumah rusak parah.

Yang paling parah akibat angin kencang kemarin,ada 28 rumah rusak parah dimana atap seng dan badan rumah sebelah atas terangkat/dibawa oleh angin. Selain itu puluhan rumah bagian belakang/dapur habis terbawa oleh angin.

Selain itu, jalur jalan desa dari Dobo Nuapu'u menuju desa Nerangkliung (Kecamatan Nita) rusak parah sehingga menggangu transportasi. Badan jalan penuh dengan pepohonan yang tumbang, ranting-ranting kayu, daun-daunan sehingga menutup badan jalan akibatnya tidak ada motor dan mobil yang bisa melintasi jalan tersebut.

Di samping itu beberapa tiang listrik tumbang, kabel-kabel putus sehingga diprediksi untuk beberapa hari ke depan listrik akan padam.

Sergius Solo, Kepala Desa Dobo Nuapuu, saat ditemui mengungkapkan bahwa "angin kali ini terbesar selama beberapa tahun terakhir. Ini merupakan bencana terbesar yang dialami oleh masyarakat Dobo Nuapu'u setelah tigapuluhan tahun. Selain merusak beberapa rumah, jaringan listrik, tanaman-tanaman rusak habis baik itu tanaman semusim (padi,jagung) maupun tanaman perkebunan (pisang, kakao, kemiri,kelapa), ujarnya.

Sebagai respon pemerintah desa, pada hari Rabu (9/2) Sergius langsung turun ke setiap Dusun untuk melihat dan mendata kerusakan yang dialami masyarakat serta menghimbau semua warga untuk tidak keluar dari rumah dan berlindung di tempat yang aman sampai angin reda, ungkap Sergius. (AB)

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...