Selasa, 13 Juni 2017

STUDY FARMER TO FARMER IN SIKKA

LATAR BELAKANG
Beatriks Rika, Sedang melakukan praktek dan share pengetahuan
Pemenuhan Pangan adalah salah satu hak dasar yang merupakan tanggung jawab negara. Untuk mewujud-kongkretkan pemenuhan atau kedaulatan atas pangan sesungguhnya tak hanya pekerjaan pemerintah semata, tetapi seluruh komponen bangsa dituntut berperan aktif.
Krisis pangan terus membelit rakyat hingga hari ini. Berbagai kampanye akan kedaulatan pangan yang digalakkan berbagai komponen sebagai upaya memenuhi hak atas pangan yang  berkualitas seakan tidak menjawabi permasalahan tersebut. Malah yang terjadi adalah keterbatasan pangan dan hampir sebagian benih lokal (pangan) punah. Benih dari luar wilayah, yang merupakan hasil rekayasa genetik menjadi pilihan untuk dikembangkan di NTT. Tentunya, tidak cocok dengan kondisi alam dan iklim.
Wahana Tani Mandiri dalam kerja samanya dengan Misserior – Jerman  dalam program “Peningkatan Kapasitas Petani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi”. Hakekatnya, program bertujuan membangun kedaulatan pangan mulai dari komunitas-komunitas kecil, dengan menanam kembali berbagai varietas pangan lokal yang pernah dikembangkan masyarakat setempat. Salah satu kegiatan yang sedang dijalankan adalah pemulian benih variaetas padi lokal.
Dari aktifitas ini, kemudian melahirkan Beatriks Rika, figur perempuan yang sukses melakukan pemulian benih. Keberhasilan ini kemudian mendapatkan apreseasi sebagai salah satu Famale Food Hero, versi Oxfam tahun 2015.
Beatriks fasilitasi Study farmet to Faremer di Kel. Rembulan
Sebagai tindak lanjut kegiatan penghargaan ini, kemudian dilanjutkan dengan kerja sama WTM dengan Oxfam Indonesia dalam program Study Farmer to Farmer in Sikka”  sejak Februari – Juni 2017 telah dilakukan pembenahan penelitian, rumah penelitian, rak penelitian dan plang penelitian.
Sedangkan diskusi kedaulatan pangan yang difasilitasi oleh Beatriks Rika dan WTM itu sebanyak  14 Kelompok Tani, di 13 Desa, 6 Kecamatan, yang mana 3 wilayah program dan 3 wilayah luar program WTM di Kabupaten Sikka. Total peserta kegiatan diskusi kedaulatan pangan 297, L: 152 dan P: 145. (Lihat Tabel 1. Pelaksanaan Diskusi Kedaulatan Pangan).

Tabel 1. Diskusi Kedaulatan Pangan
NO
LOKASI KEGIATAN
KELOMPOK TANI
WAKTU
PESERTA KEGIATAN
KECAMATAN
DESA
L
P
TOTAL
1
Mego
Dobonuapu
Bugusupu
17 Januari
29
2
31


Bhera
Lowo Lo’o
5 April
9
6
15


Dobo
Kasih Ibu
8 April
5
9
14


Korobhera
Rembulan
12 April
8
15
23
2
Tanawawo
Bu Selatan
Nue Heu Pega
3 April
4
12
16


Poma
Pama Mbale 1
11 April
20
18
38


Renggarasi
Watu Teke
4 April
9
6
15
3
Magepanda
Done
·   Bogo Sama 2
·   Tedo Tembu
21 Maret
10
7
17
4
Mapitara
Hale
Suka Tani
24 Maret
12
3
15


Natakoli
Popo Wolot
25 Maret
8
14
32
5
Kangae
Teka Iku
Mawar
23 Maret
3
22
25


Langir
Wawua
22 Maret
6
23
29
6
Talibura
Bangkoor
Kojablo
20 Maret
15
4
19

TOTAL



145
152
297

TUJUAN
·         Pembelajaran akan pemulian padi lokal sebagai solusi atas keterbatasan benih;
·         Kampanye kedaulatan pangan di kelompok tani;
·         Mendorong keterlibatan Negara/Pemerintah melalui sebuah kebijakan yang mendukung pengembangan pola pertanian yang organik dan mengembangkan kapasitas inovatif bagi petani.

 OUTPUT
·         Adanya benih padi lokal yang unggul dan adaptif terhadap perubahan iklim ditemukan melalui praktek pemulian benih padi;
·         Adanya motivasi bagi petani lain agar melihat pemulian sebagai solusi petani dalam menghadapi keterbatasan benih dan terutama adaptif perubahan iklim;
·         Mendorong Pemerintah agar menjadikan pemulian benih sebagai sebuah solusi inovatif dalam bidang pengelolaan pertanian;

 PELAKSANAAN KEGIATAN

PERSIAPAN TIM BERSAMA BEATRIKS RIKA
Secara lembaga, Wahana Tani Mandiri - WTM) berinisiasi menggagas kerja sama dengan Oxfam Indonesia sebagai salah satu bentuk kampanye sekaligus penyebarluasan pengetahuan dengan pola “Study Farmer to Farmer” terutama ke kelompok dampingan WTM dan beberapa lokasi lain yang dipandang perlu.
Mengawali kegiatan ini,  dilakukan Breaving materi Kedaulatan pangan oleh Carolus Winfridus Keupung (Direkur WTM), Dedy Alexander  (Koord Advokasi Pertanian), Maria Marta Muda (Koordinator Advokasi dan Riset dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), Herry Naif (Koordinator Program CEPF) .
Kegiatan ini difasilitasi oleh Carolus Win Keupung, yang mana dalam materi itu ia menegaskan bahwa kedaulatan pangan menjadi hal yang urgen. Dan salah satu wujud kegiatan itu adalah Pemuliaan.

PENGEMBANGAN PENELITIAN/PEMBUATAN RUMAH PEMBIBITAN
Sebagai bentuk pembenahan penilitian baik secara manajemen maupun fisik penelitiannya, maka dilakukan pembuatan rumah pembibitan untuk melindungi tanaman padi yang sedang mendapat perhatian khusus sebagai sampel penelitian.
Karena itu, dibangun rumah pembibitan dan para-para (rak) untuk tempat disimpannya polibag yang terisi dengan tanaman padi penelitian. Ditambah dengan dibuatkan papan penelitian sebagai bentuk kampanye Beatriks di wilayah penelitiannya.

 DISKUSI PENELITIAN DAN SHARE INFORMASI DENGAN KELOMPOK TANI
Dalam pengembangan program “Study Farmer to Farmer” di beberapa wilayah itu dengan beberapa metode, yakni: diskusi, tanya jawab, dan presentasi dari Beatriks, sebagai bentuk sosialisasi dan shering pengalaman terkait kegiatan pemuliaan kawin silang padi lokal yang sudah dilakukan.  
Diskusi kedaulatan pangan yang difasilitasi oleh Beatriks Rika dan WTM itu sebanyak  14 Kelompok Tani, di 13 Desa, 6 Kecamatan, yang mana 3 wilayah program dan 3 wilayah luar program WTM di Kabupaten Sikka. Total peserta kegiatan diskusi kedaulatan pangan sebanyak 297, L: 152 dan P: 145. (Lihat Tabel Pelaksanaan Diskusi Kedaulatan Pangan.

KECAMATAN MEGO
·           Kelompok Bugusupu, desa Dobo Nuapuu, Kecamatan
Kegiatan dilaksanakan di aula kantor desa Dobo Nuapuu dengan jumlah peserta 31 orang, L: 29, P: 2.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan Direktur WTM terkait pengembangan pangan lokal yang dikembangkan masyarakat. Pengembangan pola pertanian berkelanjutan yang diterapkan dengan pola usaha tani terpadu diharapkan dapat dilaksanakan sebaik mungkin melalui pendampingan WTM di kelompok tani.
Setelah itu, Beatrik Rika melakukan sosialisasi tentang kedaulatan pangan yang dilanjutkan dengan sharing pengalaman terkait penelitian pemuliaan/kawin silang padi yang dia lakukan. Ada kesepakatan  terkait identifikasi jenis padi lokal yang pernah ditanam di kelompok, sehingga di musim tanam setiap anggota kelompok mengembangkan padi lokal sebagai varietas utama.

·           Kelompok Rembulan, desa Korobhera, Kecamatan Mego
Kegiatan dilaksanakan di kelompok tani Rembulan, pada tanggal 12 April 2017 dengan jumlah peserta 23 orang, L: 8, P: 15.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan Koordinator Pertanian terkait pengembangan pangan lokal yang dikembangkan masyarakat. Hadir juga kader tani, Said Naja yang sekaligu ketua kelompok tani Rembulan.
Pengembangan pola pertanian berkelanjutan yang diterapkan dengan pola usaha tani terpadu diharapkan dapat dilaksanakan sebaik mungkin melalui pendampingan WTM di kelompok tani.
Setelah itu, Beatrik Rika melakukan sosialisasi tentang kedaulatan pangan yang dilanjutkan dengan sharing pengalaman terkait penelitian pemuliaan/kawin silang padi yang dia lakukan.
Kesepakatan yang dibangun saat itu terkait identifikasi jenis padi lokal yang pernah ditanam di kelompok, sehingga di musim tanam setiap anggota kelompok mengembangkan padi lokal sebagai varietas utama.

KECAMATAN MAGEPANDA
·           Kelompok Bogosama 2, desa Done, Kecamatan Magepanda
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017. Peserta yang hadir berjumlah 18 orang (L: 10 dan P: 8).
Kunjungan kali ini merupakan kunjungn yang dilakukan di kelompok dampingan selama 3 tahun yang tentunya sudah sekit lebih paham program pendampingan yang dilakukan WTM melalui staf lapangan.
Terkait penelitian, di kelompok ini ada salah satu petani peneliti sekaligus kader tani yang melakukan penelitian padi lokal. Tetapi tidak berhasil pada saat proses kawin silang. Oleh karena itu, melalui diskusi kali ini Bapa Kanisius garu semakin termotivasi untuk mengulang kembali penelitiannya secara sabar dan tekun.

 KECAMATAN TALIBURA
·           Kelompok Kojablo, desa Bangkoor, kecamatan Talibura
Kegiatan kunjungan dilaksanakan  pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017. Peserta yang hadir sebanyak  19 orang (L: 15, P:4) ditambah dengan dua (2) orang perwakilan dari BPK Talibura.
Diskusi pangan kali ini merupakan kunjungan pertama di kelompok yang berada di luar wilayah dampingan WTM.Wtm memaparkan program pendampingan yang dilakukan di 3 wilayah kecamatan terkait konsep kedaulatan pangan di tengah petani.
Kelompok Kojablo sangat berterima kasih atas kunjungan kali ini, dimana terjadi shering pengalaman terkait pemuliaan benih. Kelompok ini sudah menjadi penangkar benih padi dan jagung selama 3 tahun akan tetapi benih yang mereka gunakan adalah benih Ciheran.
Oleh karena itu ada kesepakatan di kelompok untuk mengidentifikasi benih lokal yang ada di wilayah Talibura. Setelah itu, kelompok bersedia membuat denplot penelitian padi. Untuk itu kelompok meminta pihak WTM bersama mama Beatriks untuk melatih mereka sebagai kesepakatan dan keberlanjutan dari diskusi ini.

  KECAMATAN KANGAE
·           Gapoktan Wa Wua, desa Langir, Kecamatan Kangae
Kegiatan dilaksanakan di Aula kantor desa Langir pada hari Rabu tanggal 22 Maret 2017 dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 29 orang (L: 5, P:24).
Kegiatan dibuka oleh kepala desa Langir dan dihadiri oleh PPL desa langir dan Kepala BPK kecamatan Kangae.
Dari hasil diskusi bersama anggota kelompok dan PPL, kelompok telah mengembangkan pangan lokal dan pupuk organik. Tanaman jagung merupakan komoditi utama desa Langir.
Selain itu, advokasi dana desa sudah mulai dilakukan dan terbukti bahwa kepala desa Langir melaui program pemberdayaan sudah mengalokasikan anggaran dana tahun 2017 untuk penyediaan bahan dan alat pembuatan pupuk cair.
Di samping itu masih banyak hal menyangkut pemberdayaan pertanian di desa Langir sudah diakomodir dalam RPJM - Des. Kepala desa menghimbau bahwa kunjungan dan kerja sama dengan WTM harus berlanjut sehingga komunikasi dan koordinasi sangat penting untuk memaduka program desa, dinas dan WTM dapt berjalan dengan baik.
·           Kelompok Tani Mawar, Desa Teka Iku, kecamatan Kangae
Kegiatan dilaksanakan di aula kantor desa Teka Iku pada hari Kamis tanggal 23 Maret 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 15 orang (L: 12, P:3).
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Untuk itu, para petani sebaiknya mengidentifikasi pangan lokal yang ada dan kemudian dikembangkan. Saya dengan beberapa teman belajar untuk bagiamana melakukan perkawinan silang padi lokal (pemulian). Mengapa? Karena selama ini kita sangat bergantung pada benih dari luar. Semestinya kita sebagai petani kaya dengan varietas benih lokal.

KECAMATAN MAPITARA
·           Kelompok Suka tani, desa Hale Kecamatan Mapitara
Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 23 orang (L: 9, P: 14).
Kegiatan diskusi pangan difasilitasi oleh Staf lapangan bersama kader tani desa Hale. Dalam proses diskusi membandingkn kondisi wilayah Lio dan wilayah Timur terkait jenis tanaman pangan yang diusahakan kelompok.
Berkaitan dengan kedaulatan pangan tentunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena jenis tanaman pangan lokal yang ditanam sangat sedikit. Oleh karena itu melalui dikusi dan perencanaan di kelompok untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman pangan lokal.Disamping itu ada kesepakatan untuk mengidentifikasi berbagai jenis padi lokal yang pernah ditanam di wilayah desa Hale, sehingga di waktu musim tanam memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengembangkan padi lokal.
·           Kelompok Popowolot, desa Natakoli, Kecamatan Mapitara
Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Maret 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 31 orang (L: 29, P: 2).
Kegiatan diskusi pangan difasilitasi oleh Staf lapangan bersama kader tani desa Natakoli. Dalam proses diskusi membandingkn kondisi wilayah Lio dan wilayah timur terkait jenis tanaman pangan yang diusahakan kelompok.
Berkaitan dengan kedaulatan pangan tentunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena jenis tanaman pangan lokal yang ditanam sangat sedikit. Oleh karena itu melalui dikusi dan perencanaan di kelompok untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman pangan lokal.
Di samping itu, ada kesepakatan untuk mengidentifikasi berbagai jenis padi lokal yang pernah ditanam di wilayah desa Hale, sehingga di waktu musim tanam memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengembangkan padi lokal.


KECAMATAN TANAWAWO
·           Kelompok Nua Heu Pega, desa Bu Selatan
Kegiatan diskusi pangan dalam program study farmer to farmer, kerja sama WTM dengan Oxfam, dilakukan di Kelompok Tani Nua Heu Pega, desa Bu Selatan (03/4). Kegiatan ini difasilitasi oleh Sipri Rehing (kader tani dan peneliti). Peserta yang hadir 16 orang, L: 4, P: 12.
Dalam pembukaan, Sipri juga menyinggung tentang pengalamanya akan penelitian tetapi gagal. Dari kami semua yang sukses adalah Beatriks Rika yang akan menyeringkan pembelajaran bagi kita semua.
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Untuk itu, para petani sebaiknya mengidentifikasi pangan lokal yang ada dan kemudian dikembangkan. Saya dengan beberapa teman belajar untuk bagiamana melakukan perkawinan silang padi lokal (pemulian). Mengapa? Karena selama ini kita sangat bergantung pada benih dari luar. Sipri juga adalah salah satu peneliti yang diharapkan akan sukes ke depan sehingga kita memperbanyak benih lokal yang unggul dan adaptif dengan kondisi iklim kita di sini.
·           Kelompok Pama Mbale 1, Desa Poma
Kegiatan diskusi pangan yang dilakukan di Kelompok Tani Pama Mbale 1, desa Poma (11/4). Kegiatan ini difasilitasi Alexander Saragi (Koodinator Pertanian WTM). Peserta kegiatan 38 orang, L: 20, P: 18.
Dalam pembukaan, Aleks mengungkapkan tentang pentingnya usaha pertanian yang mendorong kemandirian petani dan kelestarian lingkungan. Prinsipnya pola pertanian terpadu yang ditawarkan WTM ini memiliki dua nuansa tersebut, bila kita konsisten menjalankannya.
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Sebagai petani sekiranya kita memilliki benih lokal yang selama ini kita tanam dan kembangkan di kebun kita. Bila kemudian kita bergantung pada pihak luar, maka sampai kapan pun kita sedang menggantungkan diri. Kita akan terus jadi petani yang tidak berdaulat dalam diri kita.
Setelah itu dibangun kesepakatan bersama agar pengembangan pangan lokal menjadi tanggung jawab bersama.

·           Kelompok Watu Teke, Desa Renggarasi
Kegiatan diskusi pangan yang dilakukan di Kelompok Tani Watu Teke, desa Renggarasi (04/4). Kegiatan ini difasilitasi Yohanes Dawa (Fasilitator Lapangan WTM). Peserta kegiatan 15 orang, L: 6, P: 9.
Dalam pembukaan, Yan mengungkapkan tentang pentingnya usaha pertanian yang mendorong kemandirian petani dan kelestarian lingkungan. Prinsipnya pola pertanian terpadu yang ditawarkan WTM tentunya bila kita konsisten maka perlahan-lahan kita akan menuju kemandirian yang didukung dengan kelestarian lingkungan. Tanpa itu, kimia yang sedang ramai dibagikan itu menghancurkan pola pertanian yang selama ini kita bangun.
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Sebagai petani sekiranya kita memilliki benih lokal yang selama ini kita tanam dan kembangkan di kebun kita. Bila kemudian kita bergantung pada pihak luar, maka sampai kapan pun kita sedang menggantungkan diri. Kita akan terus jadi petani yang tidak berdaulat dalam diri kita.
Setelah itu dibangun kesepakatan bersama agar pengembangan pangan lokal menjadi tanggung jawab bersama.
  
PENUTUP
Pelaksanaan program “Study Farmer to Farmer” yang rencananya mulai berjalan pada bulan Februari tetapi kemudian mengalami hambatan secara kelembagaan di tingkat internal WTM.

Namun, pada bulan Maret program ini diagendakan WTM bersama Beatriks Rika untuk melakukan Road Show di  beberapa kelompok tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Sikka. 

Tidak ada komentar:

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...