Jumat, 22 Juli 2016

BUDIDAYA TANAMAN KAKAO

Maumere-KN;  Kelompok Tuke Laka ditunjuk oleh Pemerintah desa Korbhera sebagai side contoh pemeliharaan dan pengembangbiakan kambing di desa Korobhera, kecamatan Mego, Kabupaten Sikka. Untuk itu, kegiatan breaving budidaya ternak yang sekalian dipandang sebagai upaya penyeragaman persepsi dan model perawatan kambing.

Kegiatan Breaving ternak kambing dilakukan oleh Wahana Tani Mandiri (WTM) Magetake, Kamis, 4 Agustus  2016. Kegiatan ini difasilitasi oleh Alexander Bambang (Fasilitator Lapaganan Kec. Tanawawo). Dalam acara itu, aleks menguraikan pentingnya kandang, pakan ternak, kesehatan, dan pengembangbiakan.

Sebelum kegiatan ini para anggotan kelompok Tuke Laka yang beranggotakan 13 orang itu sudah melakukan pembuatan kandang kabing secara sederhana. Pembuatan nandang dianggap penting, sebab kambing akan terlindung dari panas dan hujan dan mudah dalam perawatan. Kandung dianjurkan berbentuk panggung, dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat garam, tukas Alex.

Selain itu, dengan adanya kandang kambing akan mempermuda proses penjagaan kebersihan lingkungan dan kotoran kandang bisa mensuplai proses pertanian terutama dalam pemenuhan pupuk kandang.

Menurut Alex, bahwa pakan ternak yang perlu disiapkan perlu seimbang antara daun legum dengan daun-daunan yang berserat, supaya perkembangan kambing akan lebih sehat dan cepat. Apabila petani tidak memiliki pakan ternak dan hanya berharap dari hasil koleksi maka akan menyulitkan sebuah proses budidaya ternak kambing.

Dalam kesempatan itu, disepakati oleh para anggota kelompok Tuke laka di setiap kebun anggota harus menanam pakan ternak, misalnya gamal, kaliandra, turi dan berbagai tanaman legum lainnya.
Sedangkan dari sisi kesehatan kambing ditekankan, agar adanya pencegahan dini terhadap penyakit melalui kearifan-kearifan lokal yang selama ini dipraktekan petani seperti: kambing mencerat biasanya diberi larutan gula-garam, atau dikasih minum air laut. Bila kambing mengalami ganguan perut (perut kembung) sebaiknya rumput dan daun legum yang diberikan sebaiknya dilayukan sebelumnya, dan tidak memberikan daun muda pada kambing tersebut. Lebih dari itu juga kambing juga tidak digembalakan jangan terlalu pagi karena masih ada embun/basah rumputnya.  Pengobatan alternatif lainnya seperti: kambing diberi minum secangkir minyak kelapa.

Bila kambing menderita penyakit cacingan, kambing tersebut bisa diberi buah pinang yang ditumbuk halus dan dicampur dengan dengan nasi  hangat yang kepal.

Dari sisi perkembangbiakan kambing yang perlu diperhatikan adalah pemelihan bibit jantan dan betina  yang sehat dan yang sudah berumur kurang lebih 8-12 bulan. Dengan demikian kambing akan dalam waktu singkat dapat berproduksi. Sebab biasanya kambing dapat berproduksi dalam 8 bulan sekali, itu berarti induk bisa melahirkan setiap 8 bulan, yang mana dalam waktu 2 tahun kambing tersebut bisa 3 kali berproduksi, ujar aleks.


Diakhir acara, semua peserta kelihatan berbangga karena anggota kelompok sekali mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengembangbiakan kambing. 

Sabtu, 16 Juli 2016

WTM LAKUKAN PELATIHAN BUDIDAYA TERNAK

Maumere, KN. Pelatihan Budidaya Ternak diselenggrakan Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja sama dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dalam program “Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam Mendukung Menejemen Ekositem Berkelanjutan di Kawasan Egon Ili Medo”.  Kegiatan pelatihan itu dihadiri 15 peserta, utusan dari Desa Natakoli, Hale, Hebing dan Egon Gahar difasilitasi Maria Marta Muda, Kristoforus Gregorius dan Carolus Winfridus Keupung di Puskolap Jiro – Jaro, Tana Li, desa Bhera, Kec. Mego (14 – 16) Juli 2016
Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM), Carolus Winfridus Keupung mengatakan bahwa selama ini kita sudah terlibat dalam kegiatan pembudidayaan tanaman umur panjang berupa komoditi dan penghijauan di sumber mata air,  namun ada hal-hal teknis tertentu yang belum kita lakukan secara baik dan benar. Sekarang kita mencoba untuk membenahi teknis yang ada.
Teman teman kader diharapkan bisa memotifasi teman-teman  petani di lapangan. Kadang-kadang kita tidak dipercayai di lapangan, karena dianggap kita tidak punya kemampuan yang memadai, karena itu WTM secara kelembagaan bertanggung jawab untuk selalu mendalami pengetahuan. Hal-hal teknis yang diberikan WTM selama ini juga kami gali dari teman teman petani. Mungkin, selama ini kita menggantungkan pendapatan kita pada Kakao. Kenapa kita tidak berpikir untuk menggantungkan hidup dari ayam atau kambing dan ternak lain? Sebenarnya sangat bisa karena peluang usaha sangat banyak. Tinggal bagaimana kita kembangkan itu, demikian ulas Win Keupung.
Sedangkan, Herry Naif (Koordinator Program) secara terpisah mengatakan bahwa selama seminggu, kita akan bersama-sama berefleksi bersama tentang apa yang kita telah jalani selama ini. Teman-teman fasilitator akan mengarahkan teman-teman kader untuk melakukan motifasi hal-hal teknis. Hal-hal ini yang kita tekankan sehingga selama dua tahun ke depan ini kita bisa membantu memfasilitasi teman-teman petani di wilayah kita masing-masing. Teman-teman bisa menyebarkan atau mensosialisasikan hal-hal teknis pertanian ke petani lain di wilayah kita masing-masing. Selama satu tahun delapan bulan ke depan, kita akan selalu bertemu untuk saling membenahi.
Kami akan berusaha sedapat mungkin membawa teman-teman keluar untuk memotret desa atau wilayah kita dari luar untuk memberdayakan petani. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan dengan nilai rasa yang berbeda dan keyakinan yang berbeda. Kadang-kadang orang merasa biasa saja tetapi ketika kita keluar rasa percaya diri itu otomatis  memberi keyakinan bagi kawan-kawan kader tani. WTM melihat bahwa selalu kalah dalam akses ekonomi dan menggantungkan diri pada orang lain. Padahal begitu banyak peluang bisa dimanfaatkan petani sebagai potensi untuk dikembangkan. Misalnya, ternak ayam. Hampir semua kita punya ayam tetapi ayam dipelihara tidak melalui sebuah analisa usaha tani sehingga bisa memprediksi berapa besar pendapatan setahun, demikian kata putra kefa yang sedang berkipra bersama WTM.
Mengawali pelatihan ini, Win Keupung membawakan materi pertanian berkelanjutan. Berkelanjutan yang dimaksud adalah secara ekologi harus diciptakan agar petani berdaulat secara ekologis seperti proses pemupukan itu tidak tergantung pada pupuk kimia tetapi bagaimana dibuat agar dalam kebun itu sendiri ada proses pemenuhan kesuburan tanah dari tanaman-tanaman yang bisa dijadikan pupuk hijau.
Bahwa dulu petani memakai sistem berpindah. Situasi hari ini tidak bisa dipertahankan. Untuk itu, secara teknis harus sudah memulai dengan pertanian yang menciptkan unsur hara dalam kebunnya. Maka sudah harus mencoba dengan kebun menetap. Kita harus ciptakan supaya kebun itu dikerjakan sepanjang waktu dan hasilnya stabil. Petani  harus menyiapkan usaha tani yang menjaga kondisi ekologi baik, ujar mantan Direktur Walhi NTT.
Lebih lanjut Kristoforus Gregorius memfasilitasi tentang analisa usaha tani, dengan membuat perencanaan yang didasarkan pada analisa. Karena analisa ini akan memastikan berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam usaha tani. Pertama; dibuat analisa biaya, pengeluaran setahun dalam keluarga.
Ajak Kristo, mari kita berhintung. Berapa besar pengeluaran keluarga setahun? Mulai dari biaya rumah tangga, seperti: pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan, komunikasi, penerangan, listrik, air, transportasi, adat, dll. Dari hasil perhitungan ternyata diperkirakan setahun, pengeluaran setahun bisa mencapai 50-an juta.
Setelah diperhitungkan pengeluaran, peserta diajak untuk membuat analisa pendapatan dari potensi yang dimiliki petani. Misalnya dari sebidang tanah, apa yang mau dibuat dalam sebidang tanah, mau usaha apa dengan membaca peluang pasar. Agar kemudian petani mampu memenuhi segala kebutuhannya. Mulai dari penanaman pangan, komoditi, ternak, dll. Bila semua dilakukan dalam perencanaan tentunya petani sudah bisa memprediksi berapa pendapatan setahun, demikian ulasan Kristo.
Sedangkan, Kristina Krist (kader tani) dari Natakoli terheran-heran setelah dihitung pengeluaran dan pemasukan. Ia mengatakan bahwa kami petani sebetulnya tidak miskin. Hanya saja selama ini kami sekedar menjadi petani tanpa pernah melakukan perhintugan pengeluaran dan kemudian membuat analisa pendapatan dari segala aktifitas yang dilakukan di kebun seperti yang digambarkan dalam kebun impian kami petani.
Ini menjadi bekal saya dalam memotifasi petani di kampung Natakoli agar kami mulai dengan sebuah usaha tani yangn diasaskan pada analisa usaha tani.  Lebih dari itu, semoga bisa dalam materi ternak babi, kambing dan ayam memberi nilai tambah agar dapat mampu membudidayakan ternak secara secara baik.








Jumat, 08 Juli 2016

POTRET KONDISI HUTAN DI EGON ILI MEDO


PROGRAM   PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM
MENDUKUNG MANAJEMEN EKOSISTEM BERKELANJUTAN
DI KAWASAN EGON

1.        LATAR BELAKANG
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi sumber daya alam hayati yang didominanasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, dimana satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan didominasi pepohonan yang berukuran besar dan tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun bahkan beratus tahun.
Secara biofisik, hutan dikenal sebagai wilayah yang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lainnya dengan kerapatan tertentu, sehingga terbentuk iklim setempat yang berbeda dengan sekitarnya. Hutan dapat ditemukan di daerah tropis, sub tropis maupun daerah beriklim dingin, serta dataran rendah maupun di pegunungan. Hutan terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia, namun sekarang terus berkurang secara drastis. Padahal hutan memiliki fungsi vital sebagai penyedia oksigen, penyimpan karbon dioksida (carbondioxide sink), habitat hewan, menjaga sistem hidrologi (penyimpanan air), konservasi tanah, dan fungsi-fungsi lainnya yang menentukan keberlangsungan bumi ini. Hutan dapat menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di celah-celah perakaran, kemudian melepaskannya secara perlahan melalui daerah aliran sungai. Akan tetapi jika hutan mulai rusak maka keseimbangan ekologi akan terganggu.
Penyebab kerusakan hutan biasanya dilatari oleh dua faktor yakni alam dan manusia. Dari kedua faktor tersebut, kerusakan yang lebih besar justru disebabkan oleh ulah manusia dibanding dengan kerusakan yang disebabkan bencana alam. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan, seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan yang berdampak pada banjir dan kekeringan. Banjir terjadi di akibat hutan yang dirusak manusia. Selain itu, bahaya kekeringan hingga kebakaran terjadi dimana-mana ketika musim kemarau datang, termasuk kabupaten Sikka.

2.        POTRET HUTAN EGON ILIN MEDO DAN PEMANFAATANNYA
Saat ini kawasan Egon Ilimedo sedang mengalami ancaman yang sangat besar, yaitu ancaman letusan gunung Egon dan berbagai persoalan lain yang berpengaruh terhadap fungsi dan peran kawasan itu sendiri.
Fungsi dan peran kawasan Egon yang seharusnya memberikan layanan yang baik dan nyaman mulai terganggu. Hal ini disebabkan oleh berbagai aktifitas seperti: perambahan hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan kawasan Egon.
Pada kawasan ini sering terjadi erosi, banjir dan menurunnya debit air di beberapa sumber mata air. Selain itu, Iklim mikro di wilayah ini pun terganggu. Padahal iklim mikro dibutuhkan untuk memberi kenyamanan  pada manusia dan perkembangan tanaman yang lebih baik pada wilayah yang terbatas,  khususnya kawasan Egon Ilimedo maupun kabupaten Sikka.
Permasaalahan utama di kawasan egon adalah: terjadinya perambahan hutan atau pembukaan lahan kebun dalam kawasan hutan dan penebangan pohon.
Dari catatan Dinas Kehutahan Sikka, aktifitas perambahan ini dilakukan hampir setiap saat dan berdampak luas pada rusaknya 280 ha hutan di Kecamatan Mapitara wilayah Egon Ilimedo desa Hale (130 Ha), Egon Gahar 100 Ha, Natakoli (50 Ha) yang menimbulkan debit 8 mata air menurun yaitu mata air, Wair Oridar, Napun Urut (Natakoli), Napun Ewa, rejo gajot (Egon Gahar) Napun Dagar (Hebing), Wair Heni, Wari Boto (Hale). Pada Wilayah desa Hale, Hebing dan Egon Gahar, perambahan sudah mendekati puncak Gunung Egon.
Sedangkan dari pemantauan Wahana Tani Mandiri (WTM) bahwa ada beberapa kerusakan hutan yangn terjadi di kawasan Egon. Untuk mengetahui secara pasti, Tim WTM melakukan pengambilan data secara formal melalui pemerintahan desa. Tetapi lewat langkah ini, WTM kemudian tidak mendapatkan data.
Merespon kondisi tersebut, WTM kemudian secara kelembagaan memilih metode investigatif di desa-desa agar bisa merekam semua kerusakan yang terjadi di sana. Tujuan pengambilan data adalah untuk menganalisa sejauhmana kondisi terakhir potret kerusakan hutan yang ada di empat (4) desa di Kecamatan Mapitara.

2.1 DESA NATAKOLI
Desa Natakoli terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Natakoli, Umatawu dan Wolomotong. Dari ketiga dusun terdapat wilayah dusun yang bersingungan dengan kawasan hutan, yaitu dusun Wolomotong. Selain masyarakat dusun ini yang merambah kawasan hutan, juga terdapat warga dari dusun lainnya yang terlibat dalam perambahan ini. Aktifitas perambahan di kawasan dalam desa ini terbilang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena warga dusun dusun Wolomotong juga berada dalam kawasan hutan.
Dari pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui wawancara dengan warga di desa Natakoli, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 111 pohon yang ditebang dengan menghasilkan 77 kubik kayu. Motif penebangannya beragam, tetapi pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan uang dalam mendukung kehidupan rakyat di Natakoli.
Sedangkan, ada sumber informasi diperoleh pada saat pertemuan kelompok tani Kajo Wair (Umatawu), Namang Hebar (Natakoli) dan Bola Wair(Wolomotong) bahwa:
  •  Penebangan hutan masih saja terjadi terutama di kawasan hutan Area 84. Bagi rakyat Natakoli area ini merupakan area kelola usaha tani yang mana terbukti dengan pembayaran pajak.
  •  Penebangan pohon terjadi karena kebutuhan pembangunan rumah tinggal dan bangunan-bangunan umum di wilayah desa.
  •  Hampir terjadi penebangan setiap tahun dan dalam kurun waktu satu tahun terjadi penebangan mencapai 10 pohon.

2.2  DESA HEBING
Desa Hebing terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Hebing, Galit dan Watubaler. Dusun yang bersingungan dengan kawasan hutan yaitu dusun Watubaler. Selain masyarakat dusun ini yang merambah kawasan hutan, juga terdapat warga dari dusun lainnya yang terlibat dalam perambahan ini. Aktifitas perambahan di kawasan dalam desa ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat setempat terutama warga yang berada di pinggiran kawasan.
Dari pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui wawancara dengan warga di desa Hebing, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 16 pohon yang ditebang dengan menghasilkan 21,5 kubik kayu.
Motif penebangannya beragam, tetapi pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan uang dalam mendukung kehidupan rakyat di Natakoli.


2.3  DESA EGON GAHAR
Desa Egon Gahar terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Baokrenget, Welin Watu dan Ragasoru. Ketiga dusun ini tersebut bersingungan dengan kawasan hutan.  Aktifitas perambahan di kawasan dalam desa ini terbilang cukup tinggi.
Pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui wawancara dengan warga di desa Egon Gahar, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 103 pohon yang ditebang dengan menghasilkan 47 kubik kayu.
Selain itu, ada sumber informasi diperoleh pada saat kunjungan ke HKm 2 , Desa Egon Gahar, Dusun Welin Watut.

  •     Masih terjadi penebangan di Dusun Welin Watut, menurut informasi kelompok tani masih ada 3 unit chein sow milik masyarakat setempat yang digunakan untuk operasi penebangandi area Welin Watut dan sekitarnya.
  •   Adapun kayu olahan tersebut, menurut informasi dipesan oleh seorang untuk pembangunan usaha dagang di Geliting (sehiter pelabuhan Geliting)
  •     Pada bulan Mei kemarin terjadi penangkapan saat mobilisasi tujuan Maumere oleh pihak kepolisian Waigete dan selanjutnya diserahkan ke Polres Sikka.
  •     Info yang diperoleh soal surat izin tebang karena lokasi izin tebang berbeda dari izin yang dikeluarkan. 

2.4. DESA HALE
Desa Natakoli terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Glak, Hale dan Napu Kontas. Dari ketiga dusun ini  terdapat 2 dusun yang bersingungan dengan kawasan hutan yaitu dusun Glak dan Napun Kontas. Malah dusun Glak lagi direkomentasikan Dinas Kehutanan Sikka kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar wilayah ini dijadikan sebagai daerah enclave
  Selain masyarakat dusun ini yang merambah kawasan hutan, juga terdapat warga dari dusun lainnya yang terlibat dalam perambahan ini.
Dari pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui wawancara dengan warga di desa Hale, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 65 pohon yang ditebang dengan menghasilkan 34 kubik kayu.
Motif penebangannya beragam, tetapi pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan uang dalam mendukung kehidupan rakyat di Hebing dan terutama pemenuhan pembangunan rumah rakyat.

3.KESIMPULAN    

Ini adalah data pemantauan yang menjadi titik awal dalam pemantauan kondisi hutan Egon Ili Medo di 4 desa program. Data ini juga menjadi bahan analisis untuk memotret kondisi hutan yang mana dalam penglihatan dan perspektif publik telah terjadi kerusakan hutan. 

EMPAT PETANI DAMPINGAN WTM, BERHASIL KAWIN SILANG PADI



EMPAT PETANI DAMPINGAN WTM, BERHASIL KAWIN SILANG PADI
Rusdy MagaJun 24, 2016EconomicComments Off On EMPAT PETANI DAMPINGAN WTM, BERHASIL KAWIN SILANG PADI
Beatrix Rika, Kanis Garu dan Herjon sedang melakukan pemulian tanaman tanaman padi


Zonalinenews-Maumere, Dua pelatihan kawin silang yang diselenggarakan WTM, kerja sama dengan Miserior Jerman dalam program “Program Penguatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi” telah menghasilkan 4 petani peneliti yang sukses. Keempat petani diantaranya, Beatriks Rika (Lekebai), Siprianus Rehing (Bu Selatan), Yohanes Dara dan Sirilus (Parabubu). Keempat petani tersebut, memilih benih lokal sesuai dengan keinginan masing-masing. Beatriks mengawinkan pare kupa dengan ciherang. Sipri menginkan pare gorothuna dengan menge, Yohanes Dara dan Sirilus mengawinan pare laka dan bebonaja.
Menurut  Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) Carolus Winfridus Keupung , WTM dalam kerjasama dengan Miserior Jerman salah satu aktivitas adalah Penelitian Kawin Silang Padi (Pemulian Benih Padi). Bagi Wahana Tani Mandiri dan petani dampingannya, penelitian bukanlah hal yang baru. “ Mengapa WTM mengembangkan pertanian organik sekarang karena ini juga hasil penelitian bersama petani dampingan, pada tahun 2002. Padahal awalnya kami adalah bagian dari kimia, demikian ujar Carolus Winfridus saat ditemui di kantornya,Kamis 23  Juni 2016 pukul  10.00 Wita
Carolus Winfridus menjelaskan, WTM juga secara kelembagaan melakukan kajian pertanian untuk mengetahui secara pasti tentang sebuah tanaman. Dari pengalaman ini, saya menyimpulkan bahwa penelitian itu bukanlah hal baru, ujar mantan direktur WALHI NTT
Terkait dengan penelitian kawin silang yang sedang dilakukan petani, dan keempat petani yang sukses itu, kami berbangga. Bahwa di tengah keterpurukan iklim yang dinilai tidak bersahabat yang mana ketidakpastian musim penghujan dan curah hujan yang sangat rendah, masih ada petani yang sukses melakukan penelitian. Kami berharap pengalaman sukses ini menjadi motivasi bagi petani yang lain agar kemudian juga mencoba melakukan penelitian.
Koordinator Advokasi, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil – WTM, Herry Naif mengatakan penelitian kawin silang demi pemulian benih sepintas dinilai gampang. Benar. Tetapi ada banyak faktor yang bisa mendukung dan menghambat penelitian mulai dari petani peneliti sendiri maupun faktor-faktor eksternal.
Sebenarnya, ada dua puluhan petani yang melakukan penelitian tetapi gagal karena para petani peneliti tidak serius dalam melakukan pemantauan dan perawatan. Tetapi bagi kami ini adalah sebuah dinamika agar membuat petani melakukan pembelajaran.
“Para petani telah mencoba mengikuti langka-langka penelitian sesuai dengan apa yang  diperoleh dalam pelatihan yang fasilitasi oleh Matian Pagang (Lembor – Manggarai Barat) dan Yuni (Masipag Filipina), “ujar Herry.
Beatriks Rika, petani peneliti pertama yang sukses kawinkan padi dan pada hasil kawin (F1)  yang disebutnya padi 3S (Sengga, Sanggo, Sedu) itu sudah ditanam di pematang sawah yang berumur 30 hari. “Awalnya padi itu daunnya kuning. saya begitu kuatir bila padi itu mati. Tetapi ternyata seminggu kemudian setelah perpindahannya ke sawah, mulai menampakan daun hijau dan padi itu sudah 20 cm tingginya. Bentuk daunya melengkung, panjang dan lancip. Jumlah anakan baru 1, ujar beatriks saat ditemui di rumah kediamannya di Lekebai, desa Bhera, Kecamatan Mego.
Lanjut  Beatriks , sampai saat ini dirinya masih mengikuti perkembangannya untuk mengetahui apakah dia mengikuti sifat pada yang mana? Apakah jantan (kupa) atau ciherang (betina). “ Kemudian saya mau tau sifat baru apa saja yang akan muncul dari hasil kawin tersebut, sehingga saya harus serius mengikutinya, ujar kader Tani WTM yang mendampingi 3 kelompok tani di desa Bhera,”ujar Betrriks.(*Angga)
Sumber: http://www.zonalinenews.com/2016/06/empat-petani-dampingan-wtm-berhasil-kawin-silang-padi/

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...