Jumat, 18 Maret 2016

PRAKTEK PEMBUATAN KRIPIK PISANG DI DUSUN KORO

Pencampuran Pisang ke dalam air yang sudah diberi kapur
Kabupaten Sikka menjadi salah daerah yang cukup banyak ditumbuhi pisang. Hampir setiap minggu, berbagai pisang dari wilayah ini dibawa keluar daerah, melalui jalan darat. Tanpa capai menunggu, petani mendapatkan uang. Kondisi membuat petani Sikka sering secara langsung menjual pisang yang diambil dari kebunnya.

Melihat fakta ini, Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam membuat analisa usaha tani terutama mencoba menganalisis dalam konteks pemasukan yang diterimanya secara langsung dengan mengelola pisang menjadi setengah jadi, hasilnya justru jauh berbeda. Bahwa, bila petani dengan kapasitas yang memadai dan mengelola pisang dalam berbagai produk tentunya akan mendatangkan pendapatan yang lebih besar.

Berasas pada analisa sederhana WTM bersama para petani dampingan, WTM dalam program Peningkatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi, kerja sama dengan Miserior - Jerman mendorong petani agar menjadikan pisang sebagai salah satu pendapatan alternatif petani.

Untuk itu, beberapa petani di Koro yang tergabung dalam kelompok Seate, menjadikan pisang sebagai salah potensi yang bisa dikelola. Ernesta Dua Sina (staf WTM) yang memiliki kapasitas dalam pengelolaan pisang terutama dalam membuat kripik memfasilitasi para ibu-ibu kelompok tani seate untuk melakukan praktek pembuatan kripik pisang. Kegiatan ini disaksikan oleh Bernard Kelan (kepala Desa Rero Roja) dan Frans Toki (anggota BPD Rero Roja) serta Herry Naif (Koordinator Advokasi, Riset Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil WTM), pada Jumat, 18 Maret 2016.

Di sela-sela praktek itu, Kepala Desa Rero Roja  menyatakan bahwa sebagai pemimpin di wilayah ini sangat mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan seperti ini. Kami dari pemerintah desa siap membantu petani untuk mengembangkannya, yang penting bahwa kegiatan ini tidak sekedar terjadi hari ini. Bahwa kegiatan seperti ini harus terus berlanjut dan kami pemerintah desa akan mengikutinya dan bila serius dilakukan kami siap mendukung petani, ujarnya.

Sedangkan, Ernesta Dua Sina menyatakan bahwa masih banyak ketrampilan yang bisa dipraktekan. Hari ini kami coba fokus mengembangkan ini sebagai langka awal dalam mendorong pisang sebagai salah potensi masyarakat desa Rero Roja terutama di dusun Koro, kata ibu tiga anak ini.

Lebih lanjut, Ernest menekankan bahwa praktek seperti ini akan kita dorong sampai pada pengemasan. Malah ia, mengajak mereka untuk memberi nama pada kripik pisang yang akan dihasilkan di koro. Dari diskusi disepakati Kripkor (Kripik Pisang Koro).

Sedangkan Herry Naif, menyatakan bahwa WTM sedang menjadi turis lokal yang mana selain mendorong usaha tani terpadu juga bertanggung jawab dalam mengelola hasil kebun. Kita bukan hanya penjaga kebunnya orang, tetapi hasil yang ada harus diproduksi menjadi produk yang dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi. Kalau pisang dijual langsung dengan harga yang murah, artinya tidak sadar kita sedang menjadi penjaga kebunnya orang. Sederhana saja kawan memilhat, orang yang tidak punya pohon pisang, tetapi dia membeli dan membuat pisang molen, kue pisang atau kripik dan lain-lain, kehidupan mereka jauh lebih baik dari kita yang bangga punya banyak rumpun pisang, ujarnya.

Saatnya, petani perlu menyadari ini sebagai sebuah kesadaran baru yang perlu melahirkan inisiatif-inisiatif lokal dalam upaya memperbaiki kualitas hidup. Selain itu, ajaknya untuk memulihkan lingkungan di koro yang mungkin sedang dalam kondisi kritis, mumpung sedang hujan. Mari kita menanam pohon-pohon yang mendatangkan air seperti sule, gaja, lele, bambu dan pohon-pohon lain yang dapat menghasilkan air, ajaknya. 

Seusai praktek dan diskusi bersama, Afriana (ketua) mengucapkan terima kasih kepada para semua pihak yang selalu mendorong kelompoknya untuk terus maju. Menurutnya, kami mendengar dan menerima motifasi dari semua pihak agar kami lebih bersemangat dalam berorganisasi dan mengembangkan apa yang kami punya.








Kamis, 17 Maret 2016

KADER TANI WTM BERSAMA MASIPAG FILIPINA LAKUKAN PENELITIAN KAWIN SILANG

Dalam program: "Peningkatan kapasitas Masyarakt Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi" kerja sama Wahana Tani Mandiri (WTM) dengan Miserior Jerman, memiliki salah satu aktifitas yang dilakukan adalah Pemulian Benih. Pemulian Benih dimaksudkan untuk kembali mengidentifikasi benih-benih padi lokal yang hampir punah setelah masuknya varietas-varietas baru yang dibawa oleh korporasi dan dinas pertanian.

Untuk itu, Wahana Tani Mandiri (WTM) bersama Masipag Filipina melakukan kegiatan Perkawinan Silang benih padi di Puskolap Jiro-Jaro, Tanali, desa Bhera, Kecamatan Mego (14-16/01/2016).

Kegiatan yang berlangsung tiga hari ini difasilitasi oleh Yuni (Petani Masipag - Filipina,  Elisabet (Konsultan People Led Development Miserior Jerman), Kristof (Satu Nama) didampingi Herry Naif (Koordinator Advokasi, Riset, Lingkungan dan Pengelolaan Hasil).

Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dalam sambutan pembukaannya mengucapkan terima kasih kepada Miserior sebagai penyokong dana kepada WTM, dan kepada para fasilitator. Bahwa, kegiatan ini penting untuk dilakukan oleh petani, yang mana petani bisa melakukannya (mempraktekan) di kebun masing-masing. Diharapkan, beberapa tahun ke depan para petani dampingan WTM di tiga kecamatan (Magepanda, Mego dan Tanawawo) pastinya memberi sebuah nilai baru dalam proses pemulian benih lokal.

Lanjut Win, kegiatan ini juga merupakan kesempatan untuk menaikan barganing potition petani yang selama ini hanya menjadi penanam tetapi tidak menjadi peneliti. WTM bersama petani melakukan Kaji Banding dan Uji terap yang pelakunya juga adalah para kader tani. Kami melihat bahwa saatnya petani harus didorong untuk merebut kembali kedaulatan benih yang lama hilang, Ujarnya.

Sedangkan Herry, secara terpisah mengatakan bahwa kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua metode yakni in class untuk mengetahui apa dan tujuan penelitian ini dilakukan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan dan out class adalah untuk mempraktekan teori-teori yang disampaikan. Dengan dua metode ini akan mempermuda proses pemahaman petani dalam melakukan praktek kawin silang benih, ujarnya.

Kegiatan praktek kawin silang ini diawali dengan penjelasan soal persiapan kawin silang setelah itu para peserta bersama fasilitator menuju lokasi persahawan Lowolo, Bhera untuk pengambilan sampel padi yang siap kawin. Jenis padi yang dijadikan sampel perkawinan adalah pare Kupang dan pare Chiherang. setelah pengambilan Benih dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaiman melakukan kawin silang. Dari penjelasan itu, para peserta kemudian melakukan praktek pemotongan malai benih yang siap kawin.

Hampir semua peserta, serius mengikuti  praktek tersebut, kendati harus dilakukan dalam beberapa tahapan penerjemahan dari bahasa tagalog, Inggris, dan Indonesia. Atau sebaliknya bila dari peserta maka harus diterjemahkan dari bahasa Indonesia, Ingris dan Tagalog.

Setelah melakukan praktek pemotongongan malai betina yang siap kawin, ditutup dengan kertas minyak dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana melakukan perkawinan. Tetapi perkawinan ini akan dilakukan dengan harus memperhatikan waktu (jam) birahi dari padi jantan. Menurut fasilitator waktu kawin padi adalah jam (9 - 11). Maka pada (16/01/2016) dilakukan perkawinan silang padi yang telah disiapkan.

Setelah dilakukan perkawinan silang benih, para peserta kembali ke kelas dan melakukan evaluasi tahapan dan proses serta membuat perencanaan bersama tentang apa yang dilakukan setelah acara praktek tersebut. Kegiatan ini dinilai cocok karena hampir sebagian besar padi ladang dan sawah di wilayah Magepanda, Mego dan Tanawaso belum berbulir. Ini adalah kesempatan bagi kami para peserta, untuk melakukan kawin silang, kata Siprianus Rehing (petani peneliti) asal Bu Selatan.

Setelah semua proses penelitian dilakukan acara penutupan. Menurut Yuni (Masipag-Filipina) dan Ibu Bes (Miserior) sangat bangga karena para petani tampingan WTM sangat serius dalam megikuti kegiatan in. Haranpannya semoga mereka bisa melakukannya di lapangan agar benih-benih lokal yang hampir punah ini diselamatkan melalui pemulian benih.






















APBDes Harus Akomodir Petani

Maumere, PK - Kelompok tani Tuke Laka melakukan pengelolaan hasil minyak kelapa, sebagai salah satu alternatif pendapatan rakyat. 

Kegiatan itu dilakukan oleh anggota dihadiri Aleks Bambang (Fasilitator Lapangan WTM) dan Herry Naif (Koordinator Advokasi, Riset, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil WTM) di Magetake, Desa Korobhera, Kecamatan Mego, Minggu, (13/03/2016)

Dominikus Nira, Ketua Kelompok Tani Tuke Laka kepada wartawan di Magetake menceritakan kalau kelompok taninya didirikan sejak tahun 2005. Sejak berdirinya kelompok ini bergabung dengan WTM karena itu semua pola pertanian yang dilakukan petani adalah pertanian organik.

Ia mengatakan, pada awalnya kelompok ini beranggotakan 16 orang, dalam perjalanan ada 4 orang yang mundur. Karena itu hingga kini anggotanya 12 orang, diantaranya 6 laki-laki dan 6 perempuan.

"Kami tidak membutuhkan jumlah anggota yang besar tetapi keseriusan menjalankan apa yang menjadi komitmen bersama. Sekarang dana kelompok kami sudah 4 jutaan lebih, hasil dari iuran anggota, kata Nira.

Ia menjelaskan, kegiatan pelatihan pengolahan minyak kelapa  yang dilakukan  sungguh bermanfaat bagi anggota kelompok. Pasalnya, banyak kelapa yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonom keluarga. Selain itu, memenuhi kebutuhan minyak dari anggota untuk perlahan meminimalisir penggunaan minyak dari luar daerah dan lebih diutamakan adalah membangun solidaritas bersama dalam kelompok.

Kegiatan ini juga dilakukan sebagai praktek lapangan yang pernah dilakukan oleh WTM dihadiri oleh kader tani dan beberapa petani dari desa itu. Kami mau mempraktekan ilmu yang sudah kami dapat melalui kunjungan silang di Nanghure, kelurahan Wuring yang mengola minyak kelapa murni," ujar Nira.

Herry Naif, mengapreseasi semangat dan solidaritas kelompok yang sedang dikembangkan.

Menurutnya, apa pun aktifitasnya, solidaritas diantara anggota menjadi modal dalam upaya memperbaiki kualitas hidup. Tanpa semangat ini maka semua akan luntur dan terbuai dalam pergeseran semangat individualisme yang kian hari menggeser semangat kolektifitas masyarakat.

Lebih dari itu, WTM secara kelembagaan ingin mendorong petani dampingannya agar memanfaatkan potensi wilayahnya menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Malah kapasitas petani selain bidang pertanian organik, petani harus ditingkatkan kapasitasnya agar lebih maju dalam berbagai hal. Tak terlupakan adalah advokasi kepada pemerintah desa agar kempentingan petani diakomodir dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Sekarang ada peluang yang bisa dimanfaatkan warga di tingkat desa. Ini hanya bisa dilakukan bila petani punya semangat dan tekad yang sama (ris).

Sumber: Pos Kupang, Kamis, 17 Maret 2016, Hal. 11

Minggu, 13 Maret 2016

KELOMPOK TANI TUKE LAKA LAKUKAN PENGOLAHAN HASIL MINYAK


Kelompok tani Tuke Laka melakukan pengelolaan hasil minyak kelapa, sebagai salah satu alternatif pendapatan rakyat. Kegiatan itu dilakukan oleh anggota dihadiri oleh Aleks Bambang (Fasilitator Lapangan WTM) dan Herry Naif (Koordinator Advokasi, Riset, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil WTM), pada hari Minggu, 13 Maret 2016 di Magetake, Desa Korobhera, Kecamatan Mego.
Secara terpisah, Dominikus Nira (Ketua Kelompok) menceritakan bahwa kelompok tani tuke laka didirikan sejak tahun 2005. Sejak berdirinya kelompok ini bergabung dengan WTM karena itu semua pola pertanian yang dilakukan petani adalah pertanian organik. Pada awalnya kelompok ini beranggotakan 16 orang, dalam perjalanan ada 4 orang yang mundur. Karena itu hingga kini anggotanya 12 orang, diantaranya 6 laki-laki dan 6 perempuan. Kami tidak membutuhkan jumlah anggota yang besar tetapi keseriusan menjalankan apa yang menjadi komitmen bersama. Sekarang dana kelompok kami sudah 4 jutaan lebih, hasil dari iuran anggota, demikian mantan staf WTM.
Lebih lanjut, Ia mengatakan bahwa menyangkut kegiatan yang dilakukan  ini menurutnya, kampung ini banyak kelapa yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi. Selain itu memenuhi kebutuhan minyak dari anggota untuk perlahan meminimalisir penggunaan minyak dari luar daerah dan lebih diutamakan adalah membangun solidaritas bersama dalam kelompok.
Sedangkan menurut seorang anggota, kegiatan ini juga dilakukan sebagai praktek lapangan yang pernah dilakukan oleh WTM dihadiri oleh kader tani dan beberapa petani dari desa itu. Kami mau mempraktekan ilmu yang sudah kami dapat melalui kunjungan silang tersebut.
Sedangkan Herry Naif, mengapreseasi semangat dan solidaritas kelompok yang sedang dikembangkan. Menurutnya, apa pun aktifitasnya, solidaritas diantara anggota menjadi modal dalam upaya memperbaiki kualitas hidup. Tanpa semangat ini maka semua akan luntur dan terbuai dalam pergeseran semangat individualisme yang kian hari menggeser semangat kolektifitas masyarakat.
Lebih dari itu, WTM secara kelembagaan ingin mendorong petani dampingannya agar memanfaatkan potensi wilayahnya menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Malah kapasitas petani selain bidang pertanian organik, petani harus ditingkatkan kapasitasnya agar lebih maju dalam berbagai hal. Tak terlupakan adalah advokasi kepada pemerintah desa agar kempentingan petani diakomodir dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Sekarang ada peluang yang bisa dimanfaatkan warga di tingkat desa. Ini hanya bisa dilakukan bila petani punya semangat dan tekad yang sama. 


Jumat, 11 Maret 2016

VARIETAS PADI LOKAL DIPULIHKAN

Maumere - ST, Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Miserior Jerman melakukan pelatihan perkawinan silang padi untuk mendapatkan varietas unggul. Persiapan lahan dan terutama pada saat penanaman mengalami hambatan yang disebabkan oleh ketidakpastian musim hujan akibat kekeringan panjang. Para petani menanam padi hingga dua kali. Tidak heran bila hingga hari ini padi belum bisa dikawinkan.

Dari enam petani yang akan melakukan penelitian dan dikunjungi salah satunya  diantaranya:Siprianus Rehing (Bu Selatan) membuat penelitian untuk padi (Menge vs Gorotuna dan Laka dengan Gogoransa). Ia telah menanam empat varietas padi lokal di kebunnya, pada februari lalu. Kini, ia telah memindahkan beberapa pohon padi dari kebunnya ke polibag, dan disimpan di halaman rumah agar memudahkan pemantauan dan penelitian. Selain itu ada padi Pilit Tapol yang dikrim dari Filipina agar dikembangkan para kader tani WTM. Dari beberapa varietas, varietas ini yang hidup dan kembangkan di persawahan.

Dalam kunjungan lapangan yang dilakukan koordinator Advokasi, Riset, Lingkungan HIdup dan Pengelolaan Hasil (Herry Naif) ditemukan banyak problem yang dialami petani, akibat kekeringan panjang. Tetapi, kendala ini justru semakin menyulutkan semangat mereka agar terus mencari solusi dalam mewujudkan penetian tersebut. Bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh petani itu menjadi pembelajaran menarik karena ini menjadi sesuatu upaya dimana petani didorong meningkatkan kapasitasnnya dalam menemukan varietas unggul, demikian ujar mantan Direktur Walhi NTT.

Sipri, ketika ditemunya mengatakan bahwa penelitian ini akan dilakukan bersama kelompok tani yang didampingi agar menjadi pembelajaran bersama. Kami belajar bersama, diharapkan ada yang sukses, kata Kader asal Bu Selatan.




Sabtu, 05 Maret 2016

REVITALISASI NILAI LOKAL

News Analysis (Pos Kupang, 3 Maret 2016)
Oleh: Herry NaifMantan Direktur WALHI NTT

TAHUN lalu beberapa daerah di NTT dilanda fenomena alam yang berbeda yaitu ketiadaan hujan. Hujan baru turn pertengahan Februari dan awal Maret 2016 tapi intensitasnya belum mampu meningkatkan debit air yang menjadi sumber PDAM Sikka melayani warga kota Maumere dan sekitarnya.

Minimnya curuh hujan hendaknya dilihat sebagai momentum refleksi berbagai pihak di NTT dan kabupaten Sikka pada khususnya. Kondisi ini menuntut perhatian pemerintah Kabupaten Sikka agar melakukan tindakan-tindakan adaptif dan mitigatif.

Air adalah unsur hakiki bukan saja bagi manusia melainkan bagi tanama dan heawan. Tiada kehiduapan tanpa air. Dulu krisis air adalah masalah perkotaan sebab di sana banyak jumlah penduduk dan banyak lahan dikonversi. Kini kelangkaan air tanpa mengenal sekat wilayah, baik di daerah kota maupun daerah hulu sekalipun. Penurunan debit air dari waktu ke waktu terjadi seiring dengan kerusakan lingkungan di kawasan resapan (kawasan hutan), atau gencarnya eksploitasi sumber daya alam besar-besaran.

Persaingan atas sumber daya air, baik dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (konsumen rumah tangga) maupun kebuhan irigasi dan lainya sering hanya menguntungkan para penguasa dan pemodal sehingga mereka yang tak berdaya (rakyat) terlantar dan kehausan.

Banyak warga kota Maumere mengeluh karena mendapatkan distribusi air. Padahal ada lembaga daerah yang ditugaskan mengurus pemenuhan air bagi warga seperti Perusahan Daerah Air Minum (PDAM). Ada pula lembaga yang didanai oleh Word bank seperti Pansinmas. Mengherankan, kondisi ini kemudian melahirkan begitu banyak perusahaan air minum (swasta) yang mengambil air tanah dan dijadikan sebagai lahan bisnis.

Sebagian orang mungkin mengatakan bawa krisis air terkait jumlah penduduk yang semakin bertambah. Sebahagian berujar bahwa pembagian pemborosan dan kurangnya penghormatan terhadap air di tengah masyarakat yang materialistis dan konsumeristis. Yang lain akan mengatakan bahwa krisis air berkenaan dengan privatisasi pelayanan pasokan air dan kepemilikan atasnya dimana 9 persen dari pelayanan air dikendalikan oleh sektor publik.

Berhadapan dnegna persoalan tersebut hanya sedikit orang yang menganalisis bahwa keterbatasan  air dan pangan diakibatkan oleh kondisi ekologi, terutama kesimbagan ekologi dan makin sempitnya kawasan penyanggah di setiaip pulau. Ini diperparah oleh merebaknya dampak global warming dan climate change. Lebih jauh telusuri NTT yang merupakan gugus pulau api (ring of fire) yang sangat kecil. Ini dituntut agar benar memiliki kawasan penyangga yang cukup seimbang.

Dari beberapa uraian di atas tentang krisis air di Sikka maka beberapa rekomendasi  aktifitas penting yang perlu dilakukan adalah monitoring dan evaluasi terhadap kualitas kawasan lindung dan hulu yang ada di kabupaten Sikka agar diketahui kondisinya.

Perlu penanaman kembali paada kawasan yang dinilai rusak dan hendaknya ini menjadi gerakan bersama rakyat. Rakyat harus dilibatkan secara penuh dan diberi tanggung jawab . Bahwa rakyat yang sukses menghijaukan dan menjaga wilayahnya perlu diberi apreseasi dana stimulan.

Rakyat Sikka perlu merevitalisasi nilai-nilai lokal yang seperti yang pernah dikaji PBH Nusra. Opi dun kare dunan adalah sistem ruang yang mengalokasikan wilayah-wilayah puncak gunung sebagai daerah jebakan air atau untuk kepentingan adat lainnya. Di wilayah ini dilarang penebangan dan pengembangan pertanian.
Opi Dun Kare Taden, bentangan alam yang secara fungsional merupakan cadangan lahan garapan untuk mengantisipasi ledakan penduduk dan keterbatasan lahan. Dalam areal ini masih harus diperhatikan beberapa fungsi perlindungan yang harus dijaga, terutama apa yang disebut Lian Puan Wair Matan, yakni areal di sekitar mata air dan sungai.

Wua Dua Mahe Moan, yakni tempat-tempat pelaksanaan ritus dan perlindungan menhir ada suku. Ai Wau Watu Narin, tempat peristirahatan, tempat hiburan. Biasanya berada di antara ruas jalan dan areal pertanian.

Repi goit raen rahat, yakni: wilayah yang memiliki kemiringan di atas 60 derajat tidak boleh dikelola. Nian koben bue tana namang pare, yakni lahan garapan untuk pertanian. Wilayah yang layak biasanya berada pada areal yang datar, cukup jauh dari daerah mata air dan bentangan sungai, tidak dalam kawasan tempat pelaksaan ritus dan tidak berada pada kemirigan di atas 60 derajat.

Dari beberapa catatan ini saya mau katakan bahwa Orang Sikka sejak dulu selalu hidup bersama alam dan selalu menjaga alam. Apalbila pemerintah kabupaten Sikka mengakomodir nilai-nilai lokal ini, maka tentunya penyelamatan lingkungan dapat terwujud. Hanya perlu dipertegas dalam produk hukum (Perda) Perlindungan Kawasan mata air lokal yang berada di setiap kampung. Pemkab Sikka juga perlu memberi stimulan bagi masyarakat kawasan hulu agar tetap menjaga kawasan hulu agar tetap lestari. Pemerintah perlu menertibkan proses pengambilan air tanah di kota Maumere yang dari hari ke hari semakin meningkat, karena ini hanya dimanfaatkan sebagai ladang bisnis yang tidak punya kontribusi bagi pemulian lingkungan hidup (ris)

Sumber:  Pos Kupang Cetak, Kamis 3 Maret 2016, Halaman 1 dan 7.

TIM WTM LAKUKAN KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan lapangan adalah sebuah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan Wahana Tani Mandiri (WTM) sebagai bentuk pemantauan lapangan sekalian untuk mengetahui secara pasti apa yang dilakukan oleh petani. Karena itu, secara manajerial para koordinator WTM perlu mengalokasikan waktu ke Lapangan agar ada cross-chek data antara kader, fasilitator dan Kader.
Untuk itu, di tengah kesibukannya, Koordinator Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Herry Naif) bersama fasilitator melakukan kunjungan lapangan ke wilayah persawahan Lowoloo, desa Bhera, Kecamatan Mego bersama Beatriks Rika (Kader WTM) pada hari Jumat, 4 Maret 2016.

Dalam pengembangan program "Peningkatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi" kerja sama WTM dengan Miserior Jerman. Salah satu aktivitas adalah penelitian varietas padi lokal sebagai salah wujud membangun kedaulatan pangan yang tidak terus menjadi penada bagi bibit-bibit hasil dari korporasi yang telah disebarkan lewat dinas pertanian. Bagaimana petani bisa berdaulat kalau setiap kali menanam petani harus menunggu bibit dari dinas. Lucu sekali...., kata Herry Naif.

Menurutnya, saat ini petani harus didorong sampai pada sebuah penelitian varietas sekalian mereka belajar dan kemudian bisa mengembangkan sendiri. Hal ini muda, yang penting ada transfer ilmu kepada petani, bila tidak mereka terus dibualin dengan bibit yang diuji coba di tempat lain, kemudian dikembangkan di Kabupaten Sikka yang memiliki iklim yang berbeda. Lebih baik petani didorong menjadi peneliti dari varietas yang sudah ada dan kemudian mereka melakukan sendiri.

Untuk itu, Wahana Tani Mandiri (WTM) sejak keberdiriannya, tetap konsisten mengembangkan sebuah pola pertanian yang harus menjadikan petani sebagai subjek dalam pengelolaan. Hanya dengan jalan ini, tentunya dalam waktu yang panjang tetapi suatu waktu petani akan mengalami kemandirian, yang penting serius menjalankan aktivitas sebagia petani, tutur putra kefa.

Dari hasil kunjungan kebun di Lowoloo ditemukan bahwa ada sebuah kemajuan di tingkat petani dimana mereka sudah mulai mencoba dengan pertanian organik dan malah ada sebuah kreatifitas dari kader tani (Beatriks Rika) yang sudah mencoba berinisiasi untuk mengembangkan padi varietas lokal (mite) dan padi Gilir agar menjadi varietas yang mau dikawinkan.

Kita berharap semangat ini tertular pada petani kelompok yang didampingi beatriks agar pertanian organik dan kemudian mereka masif melakukan penelitian dengan varietas pada yang berbeda.






Kamis, 03 Maret 2016

Syukuran Kepala Desa Bhera Berjalan Meriah

Acara syukuran atas pelantikan Simon Wara sebagai kepala desa Bhera, kecamatan Mego, Kabupaten Sikka dilakukan dengan meriah. Acara ini dihadiri oleh Paulus Nong Susar (Wakil Bupati Sikka) dan tiga anggota DPRD Sikka dapil Sikka II yakni, Siflan Angi, Markus Melo dan Antonius Hendrikus Rebu, selain ratusan rakyat dan para undangan. (3/3/16).

Dalam acara syukuran itu, Simon Wara yang telah menakodai desa ini dua periode mengatakan bahwa "kami di Lekebai sungguh demokasi buktinya hari ini semua kawan-kawan yang bertarung dalam pilkades menghadiri acara ini" demikian ujar mantan staf WTM.

Sedangkan Wabup Sikka menekankan soal transparansi dalam pengelolaan anggaran. Prinsipnya, saya tidak mau repot dengan uang tetapi saya tidak mau buta dengan uang. Artinya bahwa kepala desa harus teliti dengan pengeluaran uang yang ada agar tidak terjerat dengan hukum. Sedangkan Siflan angi yang adalah anggota DPRD Sikka menegaskan bahwa pemimpin itu harus menjadi teladan dalam bermasyarakat. Karena tanpa itu pemimpin tidak berwibawa. Sedangkan camat Mego, Ferdinandus Lepe, menyinggung soal normalisasi kali wajo dan mengajak masyarakat untuk menjaga sumber mata air agar lebih baik ke depan.

Setelah acara seremonial dilakukan gawi bersama antar para undangan dengan para pemuka masyarakat. Acara yang meriah ini dilihatnya sebagai langkah awal yang baik bagi seorang pemimpin kata tokoh masyarakat Mego, Rofinus Wedho yang ditemui terpisah setelah acara seremonial tersebut.

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...