Sabtu, 29 April 2017

WTM PERTEGAS PRAKTEK DAN DAMPAK KEGIATAN MENINGKATKAN KAPASITAS

Rapat Evaluasi dan Perencanaan  Staf WTM Bulan April,2017
Maumere, KN. Dalam evaluasi bulan April yang dilakukan staf Wahana Tani Mandiri (WTM) di kantor WTM (29/04).

Kegiatan ini dipimpin oleh Herry Naif (Koordinator Program CEPF - WTM) dihadiri oleh para koordinator di WTM, yakni: Aleks Bambang (Koord. Pertanian), Marta Muda (Koordinator Riset dan Advokasi Missereor) dan Koordinator Advokasi CEPF.

Dalam presentasi itu, para fasilitator lapangan program CEPF di wilayah Mapitara, Marianus Mayolis, Yustinus Iriyanto dan Mus Mulyadi mengungkapkan tentang beberapa strategi yang lagi diperankan diantaranya pertama mendorong para kader agar berperan efektif dan lebih dari itu demi efektifitas dan efisiensi kinerja pendampingan lapangan dilakukan perencanaan pada awal bulan dan evaluasi pada akhir bulan sebelum evaluasi staf WTM.

Selain itu, menurut Marianus Mayolis dan Mus Mulyadi bahwa para kader melakukan pendampingan silang yang mana para kader tidak hanya mendampingi di wilayahnya tetapi juga mendampingi di kelompok lain di wilayah desa lain. Sedangkan menurut Yanto, bahwa selama bulan April dia lebih berkonsentrasi dalam mendorong pelaksanaan kegiatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Egon Gahar.

Sedangkan dalam presentasi dari Yan Jawa bahwa sudah dilakukan praktek pembuatan pupuk organik dan pestisida organik. Menanggapi itu, Alex Bambang mendorong agar praktek yang dilakukah harus memenuhi standar dan lebih dari itu dijadikan sebagai bahan campaign dan bukti untuk mendorong penggunaan pupuk organik dan pestisida organik. Sekiranya praktek itu juga meningkatkan kapasitas para petani kelompok dampingan dan memberi motivasi bagi petani untuk mempraktekannya di kebun mereka masing-masing, demikian kata Alex.

Setelah itungan presentasi para koordinator dan Direktur. Dalam evaluasi itu ditemukan bahwa jauh lebih efektif bahwa perencanaan hendaknya dibuat dalam periode 3 -  6 bulan agar bisa dibuat indikator pencapaiannya.

Dengan demikian, para staf dibagi dalam dua kelompok sesuai dengan wilayah program pendampingan yakni: Program CEPF dan Misereor. Dalam setiap program mendiskusikan tentang (1) kegiantan, (2) Target (kuantitatif dan kualitatif), (3) Waktu, (Mey, Juni, Juli), (4) Penanggung Jawab, (5) Budged.
Proses ini dilakukan secara serius oleh para staf sambil tidak meninggalkan pendampingan rutin yang dilakukan.
Acara evaluasi ini, ditutup oleh Carolus Winfridus Keupung. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa model baru ini hendaknya semakin meningkatkan kualitas kerja staf dan mencai apa yang ditargetkan (Ryn - KN)

Kamis, 27 April 2017

PERUMUSAN PERATURAN PENYELAMATAN MATA AIR DI DESA HEBING

Yohanes S. Kleden (PBH Nusra) sedang memfasilitasi
kegiatan Perumusan Peraturan Desa Hebing
Hebing, KN. Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) yang dilakukan oleh Kader Tani Wahana Tani Mandiri dalan Kerja sama dengan Critycal Ecosystem Parthnersip Fund (CEPF) dan Perkumpulan Burung Indonesia melalui program "Improving Ecosystem Manajemen dan Livehoods in Egon Mountion Indonesia".

Kelanjutan dari Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam tersebut dan beberapa langkah kegiatan yang sudah dilakukan kemudian dibentuklah tim perumus Peraturan Desa (PERDES) yang diakomodir dari BPD Hebing, Aparatur Desa, Pendidik, Kader Tani. 


Kegiatan ini juga dihadiri Herry Naif (Koordinator Program WTM - CEPF) dan Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi) dilakukan di Kantor Desa Hebing, (26-27/04).


Mengawali kegiatan perumusan peraturan desa tersebut, Yohanes S. Kleden mencoba mereview hasil studi PSDA dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian. Di desa Hebing ada banyak masalah yang ditemukan diantaranya: Longsor, Banjir, Kebakaran padang, gagal panen, keterbatasan/menurunya debit mata air, abrasi pantai. 


Dari beberapa permasalahan tersebut, kemudian para peserta/tim perumus peraturan desa melihat masalah menurunya debit mata air menjadi krusial yang harus dijawabi sebagai upaya penyelamatan ekologi. Kemudian disepakatilah bahwa perdes yang ingin dibahas adalah "Menurunnya Debit Mata Air pada Sumber Mata Air di Desa Hebing". 


Dengan demikian para peserta dibagi dalam dua kelompok untuk melakukan analisis dengan metode ROCCIPI (Role = Aturan, Opportunity=Peluang/Kesempatan, Capacity=Kapasitas, Communication=komunikasi, Interest=Kepentingan, Process=Proses dan Ideology=Sikap dan Nilai). Ditemukan beberapa aktor dalam permasalahan itu diantaranya: Pemilik lahan di kawasan mata air, Pemerintah Desa, Lembaga adat/Pemangku Adat, UPT-KPH, Dinas PU, Dinas Lingkungan Hidup, Geraja, Sekolah dan Kelompok Tani. Dari beberapa aktor ini kemudian dianalisis apa Perilaku Bermasalah, Penyebab Perilaku Bermasalah dan solusi. 


Pada saat awal menganalisis berbagai problem itu, para tim perumus terlihat jenuh dengan mengerutkan dahi karena sungguh sulit tetapi setelah beberapa proses dilewati, kami sungguh senang karena diberi kesempatan untuk bisa belajar  bersama tentang bagaimana membuat perdes yang baik dan benar, ujar Arkadius Reti. 


Setelah kegiatan yang dilakukan dua hari tersebut, Herry Naif memfasilitasi tentang rencana tindak lanjut dengan pementukan struktur Tim Perumus dengan hasil sebagai berikut: 

Ketua tim perumus     : Didimus Rusman
Konsultator                 : Arkadius Reti
Humas/ penggerak     : - Marianus mayolis
                                   -  Ferdinandus Angelus
BPD                           : Arkadius Reti dan Paulina Plewan 
Pemdes                      : Polikarpus, Ferdinandus Angelus, Sensimus Bajo, 
                                    Ambrosius Nong Bona,  Maksensius Edison 
konsultan hukum        : Yohanis Suban Kleden 
Tim pengkaji              : Marianus Mayolis, Servasius Nong Epi, Anselmus                                               Solanus, Margaretha Oktaviani, Theresia Fausta 
Tokoh Pendidik           : Didimus Rusman 
Pihak Gareja              : Rm. Tasman Ware

Setelah itu disepakati bahwa pada tanggal 10 telah ada naskah akademis dan drafting perdes yang siap didiskusikan di dusun Galit, Watubaler dan Hebing. Dengan demikian, perdes akan mendapatan berbagai masukan dari masyarakat Hebing untuk disempurnahkan dan kemudian dikonsultasikan dengan bagian hukum Pemdes dan Bagian Hukum Setda Sikka agar mendapatkan nomor registrasi.


Mengakhiri kegiatan itu, Polikarpus (Kepala Desa Hebing) mengatakan bahwa diharapkan dengan apa yang difasilitasi oleh Wahana Tani Mandiri ini dapat meningkatkan kapasitas para tim perumus agar kemudian membantu mereka dalam perumusan perdes-perdes yang lainnya. (Ryn- KN)

Kamis, 20 April 2017

WALHI NTT GELAR KONSULTASI DAERAH LINGKUNGAN HIDUP

Kupang, Walhi News: Penyelenggaraaan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT dilakukan sebagai rutinitas antara eksekutif Daerah (ED), Dewan Daerah (DD) dan Anggota Walhi NTT.  Konsultasi Daerah Lingkungan Walhi NTT diberi tema: Memperkuat Wilayah Kelola Rakyat di Kepulauan Menuju Kemandirian Pangan dan Air.
Kegiatan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (Walhi NTT) yang selenggarakan di Jalan Mawar Naikoten, Kecamatan Kota Lama – Kota Kupang dihadiri oleh 17 lembaga anggota Walhi NTT yang terkonsolidasi dari pulau Sumba, Timor dan Flores. Selain itu juga dihadiri oleh Ahmad Pelor (Kepala Depertemen Penguatan Organisasi) Walhi Nasional. Kegiatan tersebut dilakukan pada hari Rabu, 19 April 2017.

Kegiatan KDLH ini dibuka oleh Umbu Wulang T. Paranggi (Direktur Eksekutif Daerah). Dalam pembukaan acara, Umbu mengatakan, bahwa: Pertama, Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup merupakan momentum untuk mengkonsolidasi gerakan-gerakan kelestarian ekologis di ntt. Kedua, KDLH juga untuk merivew mandat-mandat Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH).
Lebih dari itu, Umbu  menegaskan bahwa konsultasi ini perlu memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait dengan upaya-upaya kelestarian ekologi dan perlindungan wilayah ekologi rakyat.

Sedangkan Veronika Lamahoda (Wakil Ketua Dewan Daerah), menggarisbawahi bahaw walhi NTT harus mampu memperjuangkan nasib nelayan-nelayan kecil yang berada di pulau-pulau kecil yang tersebar di NTT. Karena, selama ini mereka tidak mendapatkan perhatian serius dari negara terutama perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasarnya.

Sedangkan secara internal, kita harus mampu memetakan kerja-kerja anggota dan kinerja Ekeskutif Daerah Walhi NTT, ujar Direktris Yayasan Tana Ile Boleng.

Setelah seremonial pembukaan, dilanjutkan dengan acara Konsultasi yang dipimpin oleh Veronika Ata (LBH Justitia Kupang), Petrus Damung (Sandika- Sumba Timur), Dewi Tamatur (Sahabat Alam). Kegiatan yang berlangsung di kantor Walhi NTT ini berjalan seru itu, merekomendasikan beberapa point diantaranya:

  1. Pemeritan daerah NTT harus membangun penguatan dan perluasan dan perlindungan wilayah kelola rakyat di sektor pangan dan sumber daya air
  2. Pemerintah ntt harus memastikan keselamatan rakyat di pulau-pulalu kecil
  3. Pemerintah NTT menghentikan perijinan pertambangan Mineral dan batu bara
  4. Mendorong pemerintah NTT membuat peraturan terkait dengan perhutanan sosial dan tanah objek reforma agraria salah satunya membentuk pokja Perhutanan Sosial
  5. Mendoorong masyarakat NTT untuk memilih pemimpin kabupaten/kota dan propinsi yang berkomitmen pada kelestarian lingkungan dan perlindungan wilayah kelola rakyat
  6. Pemerintah NTT harus fokus pada sektor kemandirian pangan dan air di pulau-pulau karena saat ini NTT adalah propinsi dengan import sektor konsumsi tertinggi di Indonesia dengan 82% (data Bank Indonesia).

Setelah rekomendasi ini, acara KDLH ditutup oleh Ahmad Pelor (Koordinator Depertemen Pengutan Kelembagaan) Walhi Nasional mengungkapkan bahwa pertama saya memberi apreseasi kepada Walhi NTT yang siap menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Konsultasi Nasional Lingkungan Hidup (KNLH) yang akan dihadiri oleh 28 Ekeskutif Daerah di seluruh Indonesia dan Eksekutif Walhi Nasional, 21 – 25 April 2017.

Selain itu, penyelenggaraan kegiatan ini sebagai wujud dari konsolidasi dan lebih dari itu adalah untuk memperkuat gerakan-gerakan lingkungan yang kadang tidak progresif karena kondisi daerah, apalagi NTT adalah daerah kepulauan yang sulit dijangkau dengan muda oleh Eksekutif Daerah. Namun hendaknya keterbatasan ini tidak menjadi kendala utama dalam mengkonsolidisi anggota dan kinerja Eksekutif Daerah Walhi NTT, ajaknya.

Selasa, 11 April 2017

SEKCAM MEGO: DORONG PETANI GUNAKAN BIBIT LOKAL

Tana Li KN, Guna mendukung kedaulatan pagan, para petani dalam melakukan penanaman tanaman pertanian seperti jagung dan padi, hendaknya menggunakan bibit lokal yang ada di tengah masyarakat petani. Dari pada bibit bantuan yang diberikan pemerintah yang biasanya di datangkan dari luar pulau Flores, Karena mengandung unsur kimia.

Demikian sekretaaris camat Kecamatan Mego, Syukur Awales, dalam rapat koordinasi pertanian dan lingkungan yang digelar Wahana Tani mandiri di aula Pusat Sekolah Lapangan, jiro-jaro, Tanah Li, desa Bhera, kecamatan Mego.

Dalam rapat koordinasi pertanian yang dihadiri camat Magepanda, camat Tanawawo dan sejumlah aparat desa dan anggota badan perwakilan desa ini, sekretaris Kecamatan Mego menjelaskan, secara kualitas, bibit lokal yang ada sangat bagus dan mampu bertahan lama, jika dibandingkan dengan bibit-bibit tanaman yang diberikan pemerintah atau pun dari pihak luar cenderung mengandung bahan kimia yang tentunya membawa dampak negatif bagi kesehatan masyarakaat maupun petani khususnya.

“Agar bisa terjawab penggunaan bibit tanaman local, pemerintah desa seharusnya merespon secara baik kebutuhan petani yang ada di masing-masing desa, dengan cara membuat regulasi yang berhubungan dengan bidang pertanian secara khusus menetapkan anggaraan desa yang berpihak pada kepentingan petani, seperti: pengelolahan bibit local, penggunaan pestisida organik dan pupuk organik, pengelolaan lahan serta lingkungan dan sumber mata air,” tegasnya.

Awales menjelaskaan, secara demografis, Sembilan puluh persen wilayah kecamatan Mego merupakan daerah pertanian. Untuk mencapai pembangunan pertanian yang baik demi meningkatkan kesejahteraaan petani, perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk Wahana Tani Mandiri. Sehingga masyarakat petani selalu diberdayakaan dengan sejumlah kegiatan pendampingan dan pelatihan.

“Pelatihan dan pendambingan tentu tidak saja ditujukan bagi para petani, namun pelatihan pun harus diberikaan kepada aparat desa BPd guna meningkatkan kapasitas dalam penjabaran program desa menuju kesejahteraan masyarakat,” pintahnya. (Eryn-KN)

Minggu, 09 April 2017

WTM GELAR RAKOR "DRAFTING PERDES" DI TIGA KECAMATAN

Tana Li - KN, Wahana Tani Mandiri bekerjasama Misereor Jerman, dalam tiga tahun terakhir mengembangkan program pertanian berkelanjutan menuju kemandirian petani dalam upaya peningkatan perekonomian dalam bidang pertanian, dengan tetap menjaga kelestariaan lingkungan. Meski demikian, disadari bahwa dalam mendorong kemandirian petani menuju kedaulatan pangan, petani dihadapkan dengan berbagai persoalan, dimana intervensi pemerintah desa dalam mengalokasikan dana desa dalam pembangunan pertanian masih jauh dibawa harapan.

Guna mendorong adanya kepedulian pemerintah desa dalam pengembangan pertanian warga, Wahana Tani Mandiri (WTM), Sabtu (08/04/2017), menggelar rapat koordinasi bersama 3 Kepala Desa, 6 Badan Perwakilan Desa (BPD), PP3K Tanawawo, Para Kader Tani, Camat Magepanda, Camat Tanawawo, dan Sekcam Mego guna merancang rencana peraturan desa yang berpihak pada kepentingan para petani. Kegiatan yang digelar di Pusat Sekolah Lapangan (Puskolap) Jiro-jaro, Tana li, desa Bhera, kecamatan Mego dihadari camat Magepanda, camat Tanawawo, sektretaris kecamatan Mego dan tujuh perangkat desa dan anggota BPD desa dampingan.

Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) pada pembukaan acara tersebut mengatakan bahwa “Pembangunan bidang pertaniaan terus dikembangkan Wahana Tani Mandiri selain dengan menghadirkan kader tani sebagai pelopor penggerak pertanian di kelompok tani yang ada di masyarakat, juga melakukan sejumlah kegiataan, seperti: penelitian benih local, diskusi isu pertanian warga, melakukan kunjungan ke kebun petani dan mendorong adanya anggaran pertanian bagi petani yang bersumber dari desa.

Sebagain desak ini sudah memberikan perhatian serius terhadap pembangunan pertanian, namun sebagain besar desa hingga kini ada yang belum berani berikan perhatian secara serius. Ini yang menjadi salah satu persoalan dalam pengembangan sektor pertanian. Untuk itu kita mendorong agar pemerintah desa mampu dan berani memberikan perhatian serius kepada petani dengan kebijakan anggaran dalam reregulasi desa,” ungkap Win.

Lebih lanjut, Win Keupung mengatakan, dalam pengembangan pertanian menuju kedaulatan pangan petani, tidak terpisahkan dengan pengelolahan lingkungan yang berdampak pada kehidupan. Selama ini Wahana Tani Mandiri pun memberikan perhatian terhadap lingkungan dengan melakukan kegiatan penghijauan mata air. Namun ada sisi yang harus didorong terkait persoalan lingkungan, usaha tani dan lainnya yang berhubungan dengan komunitas petani, yakni bagaimana peran BPD dalam merangsang pemberdayaan pembangunan desa, dengan melihat sejumlah permasalahan di desa, kecamatan dengan melakukan Pelatihan penyusunan perdes, manajemen pembangunan desa.

Bahwa, Pembangunan yang dipimpin oleh rakyat terkait dengan pembangunan desak hususnya pertanian.Pld kami mencoba mengimentasikan dengan menciptakan kader tani. Kader tani adalah petani dan membantu proses pengembangan di komunitas untuk melakukan perubahan di sector pertanian. Ada penelitian, diskusi, kunjungan kebun bahkan sampai pelatihan. Program ini tidak ada dukungan ke petani. Petani didorong untuk melakukan swadaya di kelompok, ujar aktifis Walhi NTT. Urbanus Pagan, Camat Magepanda dalam membuka acara Rapat Koordinasi tersebut mengatakan, bahwa saya senang karena tempat ini baik adanya dan wilayah ini sangat potensi. Terkait acara hari ini sangat bagus karena lingkungan berpengaruh pada kehidupan.

Kami di Magepanda dikenal penghasil beras tetapi kondisi sekarang banyak petani beli beras. Kami meminta WTM dalam pendampingan jangan hanya padi saja tetapi hal-hal lain juga harus dipikirkan. Butuh perdes dalam hal ini, karena suatu saat sawah tidak ada dan tidak dimanfaatkan lagi. Populasi penduduk akan mengakibatkan berkurangnya produksi sehingga Payung hokum untuk lahan pertanian sangat penting untuk menyelamatkan lahan-lahan pertanian. Perdes tentang ternak juga penting untuk menyelamatkan lahan, ujar Pagan.

Sedangkan Awales Syukur, (Sekcam Mego) mengapresiasi WTM bisa memfasilitasi pertemuan ini. Hampi 90 % penduduk di wilayah kecamatan Mego berada di sektor pertanian. Keberadaan WTM penting di wilayah progaram. Segi pemerintah kami senang terkait pengelolaan pertanian untuk memberdayakan petani. Petani sendiri mengumpulkan bibit sehingga sebagai sumber penampung bibit. Pemerintah desa seharusnya merespon baik para petani, ujar mantan Humas Sekda Sikka.

Desa membuat regulasi untuk pedoman dalam menentukan anggaran. Desa membuat Perdes terkait bidang-bidang yang berhubungan dengan pertanian. Desa banyak yang bingung untuk membuat anggaran sehingga banyak silva. Kita bisa duduk secara bersama untuk memikirikan program andalan bagi petani sehingga petani tidak bingung dalam mengelola bibit, pengolahan lahan.

Kita butuh kolaborasi dengan WTM dalam hal pemakaian pupuk organik. Kita harus menggerakkan petani kita terkait manfaat dan cara pengelolaannya. Proses ini butuh pemahaman secara berulang-ulang kepada petani kita. Dari 10 desa sudah siap dokumen untuk rancangan terkait berbagai hal pemberdayaaan pertanian. Di Napugera ada pelatihan dan melakukan kegiatan Kordinasi dengan teman 10 desa untuk shering bugjet dengan mitra kita, ajak Syukur

Kita punya sumber mitra yang dekat, yaitu: WTM untuk melakukan pendampingan secara baik. Kita juga perlu mengadvokasi secara baik segala hal yang menyangkut program di desa. Desa yang di Mego bila kita kordinasi secara baik pastinya bisa dilakukan. Kita harus kerjasama dan kolaborasi dengan LSM dam hal ini WTM sebagai bagian dari proses pemberdayaanitu. Pelatihan untuk kapasitas aparat desa dan BPD sangat penting. Kita bukan hanya memikirkan petani tetapi kapasitas kelembagaan desa sangat berpengeruh pada progam desa. (Tk-KN)

Sabtu, 08 April 2017

WTM GELAR MAPITARA LEGAL DRAFTERS CLUB

Galit, KN. Dalam rangka mendorong sebuah kebijakan pemerintah lokal (desa) yang berperspektif upaya penyelamatan ekologi, Wahana Tani Mandiri dalam kerja sama dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Perkumpulan Burung Indonesia, sejak Oktober 2016 bersama para kader tani melakukan Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Setelah studi PSDA dilanjutkan dengan presentasi hasil studi yang dilakukan di setiap desa yakni: Hale, Hebing, Egon Gahar dan Natakoli. Dari Presentasi itu, dikemukakan tentang beberapa identifikasi permasalahan sehingga kemudian direkomendasikan beberapa Peraturan desa sebagai jawaban atas permasalahan yang terjadi.

Untuk itu, sebagai persiapan legal drafting menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Peraturan Desa (PERDES) yang difokuskan pada pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) di Aula Kantor Camat Mapitara (7-8/04).

Mengawali pelatihan ini dilakukan seremonial pembukaan. Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF) mengatakan bahwa Pelatihan Legal Drafting ini adalah bentuk peningkatan kapasitas kepada pemerintah desa dan para kader tani agar dibentuk tim perumus legal drafting. Sehingga selama dua hari ini, kita mengundang beberapa instansi yang punya kinerja dengan lingkungan hidup seperti: Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Unit Pelaksanaan Teknis - Kesatuan Pengelolaan Kehutanan (UPT - KPH), Bagian Hukum. Selain itu juga kita menghadirkan drafter dari Perhimpunan Bantuan Hukum Nusa Tenggara (PBH - Nusra).

Sedangkan, Marianus M. (Kasie Administrasi Pembangunan) yang mewakili pihak kecamatan mengatakan bahwa apreseasi kepada Wahana Tani Mandiri (WTM)yang membantu kami di kecamatan Mapitara, terutama kegiatan hari ini yang mana meningkatkan kapasitas para kepala desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD) se-Kecamatan Mapitara. Diharapkan kegiatan dua hari ini akan membantu para pemegang kebijakan lokal akan ke depan mampu membuat Peraturan Desa yang berperspektif penyelamatan lingkungan Hidup.

Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan acara Mapitara Legal Drafters Club yang dipimpin oleh Herry Naif dengan menghadirkan Herry Siswado (Kasie Konservasi, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat UPT KPH Sikka), Agustinus dj. Koreh (BKSDA Sikka), M. N Karim dan Hans K. Mula (Bagian Hukum Sikka), Romo Tasman Ware (Pastor Paroki Hale Hebing), Pemdes dan BPD Se-kecamatan Mapitara, Para Kader WTM dan Staf WTM.

Herry Siswadi (UPT KPH) mempresentasikan bahwa penyelamatan kawasan hutan adalah hal yang urgen dibutuhkan. Karena lingkungan hidup merupakan sebuah kebutuhan untuk hajat hidup banyak orang yang mana harus dijaga kelestariannya. Sedangkan Agustinus (BKSDA) menekankan soal perlindungan satwa di kawasan Egon Ili Medo. Bahwa dalam kawasan Egon itu ada satwa yang tidak ada di tempat lain.

Romo Tasman dalam presentasinya mengatakan bahwa Bumi adalah rahim makhluk hidup yang perlu dilestarikan. Bila dirusakan berarti kita sedang menolak kehidupan. Karena itu menjaga keseimbangan ekosistem menjadi hal utama yang perlu dilakukan oleh setiap insan manusia, ujarnya.

Hans K Mula (Kasubag Pembuatan Perda, Bagian Hukum Sikka) mengatakan bahwa kami di daerah bertugas untuk melakukan finalisasi terhadap peraturan baik yang dibuat oleh SKPD maupun peraturan desa. Karena itu, tidak heran bila kami sering bertemu dengan kawan-kawan pemerintah desa dalam konsultasi. Sejauh pengalaman kami selama ini banyak kesalahan sering terjadi dalam pembuatan peraturan desa, karena banyak peraturan desa yang dicoret, ujar Hans.

Pada hari Sabtu, 8 April para peserta difasilitasi oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra), tentang kerangka pembuatan Perdes. Sebelumnya, Yohanes Kleden mempresentasikan tentang prinsip-prinsip dasar dalam pembuatan legal drafting. Bahwa Perdes tidak membutuhkan Naskah Akademis tetapi Wahana Tani Mandiri dengan Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dilakukan itu sedang membuat sebuah proses pembelajaran agar para drafter di desa mengetahui tentang sebuah drafting yang benar, ujarnya.

Mengakhiri kegiatan pelatihan ini, para peserta difasilitasi tentang proses pembuatan perdes dengan membahas tentang kerangka Perdes. Kemudian dibahas tentang rencana tindak lanjut yang akan dilakukan di setiap desa dengan memperdalam hasil studi untuk menentukan perdes apa yang akan dibuat di desa tersebut.

WTM GELAR MAPITARA LEGAL DRAFTERS CLUB

Galit, KN. Dalam rangka mendorong sebuah kebijakan pemerintah lokal (desa) yang berperspektif upaya penyelamatan ekologi, Wahana Tani Mandiri dalam kerja sama dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Perkumpulan Burung Indonesia, sejak Oktober 2016 bersama para kader tani melakukan Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Setelah studi PSDA dilanjutkan dengan presentasi hasil studi yang dilakukan di setiap desa yakni: Hale, Hebing, Egon Gahar dan Natakoli. Dari Presentasi itu, dikemukakan tentang beberapa identifikasi permasalahan sehingga kemudian direkomendasikan beberapa Peraturan desa sebagai jawaban atas permasalahan yang terjadi.

Untuk itu, sebagai persiapan legal drafting menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Peraturan Desa (PERDES) yang difokuskan pada pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) di Aula Kantor Camat Mapitara (7-8/04).

Mengawali pelatihan ini dilakukan seremonial pembukaan. Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF) mengatakan bahwa Pelatihan Legal Drafting ini adalah bentuk peningkatan kapasitas kepada pemerintah desa dan para kader tani agar dibentuk tim perumus legal drafting. Sehingga selama dua hari ini, kita mengundang beberapa instansi yang punya kinerja dengan lingkungan hidup seperti: Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Unit Pelaksanaan Teknis - Kesatuan Pengelolaan Kehutanan (UPT - KPH), Bagian Hukum. Selain itu juga kita menghadirkan drafter dari Perhimpunan Bantuan Hukum Nusa Tenggara (PBH - Nusra).

Sedangkan, Marianus M. (Kasie Administrasi Pembangunan) yang mewakili pihak kecamatan mengatakan bahwa apreseasi kepada Wahana Tani Mandiri (WTM)yang membantu kami di kecamatan Mapitara, terutama kegiatan hari ini yang mana meningkatkan kapasitas para kepala desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD) se-Kecamatan Mapitara. Diharapkan kegiatan dua hari ini akan membantu para pemegang kebijakan lokal akan ke depan mampu membuat Peraturan Desa yang berperspektif penyelamatan lingkungan Hidup.

Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan acara Mapitara Legal Drafters Club yang dipimpin oleh Herry Naif dengan menghadirkan Herry Siswado (Kasie Konservasi, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat UPT KPH Sikka), Agustinus dj. Koreh (BKSDA Sikka), M. N Karim dan Hans K. Mula (Bagian Hukum Sikka), Romo Tasman Ware (Pastor Paroki Hale Hebing), Pemdes dan BPD Se-kecamatan Mapitara, Para Kader WTM dan Staf WTM.

Pada hari Sabtu, 8 April para peserta difasilitasi oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra), tentang kerangka pembuatan Perdes. Sebelumnya, Yohanes Kleden mempresentasikan tentang prinsip-prinsip dasar dalam pembuatan legal drafting. Bahwa Perdes tidak membutuhkan Naskah Akademis tetapi Wahana Tani Mandiri dengan Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang dilakukan itu sedang membuat sebuah proses pembelajaran agar para drafter di desa mengetahui tentang sebuah drafting yang benar, ujarnya.

Mengakhiri kegiatan pelatihan ini, para peserta difasilitasi tentang proses pembuatan perdes dengan membahas tentang kerangka Perdes. Kemudian dibahas tentang rencana tindak lanjut yang akan dilakukan di setiap desa dengan memperdalam hasil studi untuk menentukan perdes apa yang akan dibuat di desa tersebut. (Ryn - KN).

Selasa, 04 April 2017

WTM KAPASITASI KADER DAMPINGANNYA

Maumere, KN. Kegiatan Breafing kader tani yang diselenggarakan Wahana Tani Mandiri (WTM) di Pusat Sekolah Lapangan (PUSKOLA) Jiro-Jaro, desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka (1-2/04).

Kegiatan yang dihadiri oleh kader tani dari 3 wilayah dampingan yaitu Tanawawo, Mego dan Magepanda. Selain itu juga dihadiri oleh para koodinator Bidang dalam Program Misereor, Fasilitator Lapangan dan Direktur WTM.

Breafing kali ini dipimpin oleh Dedi Aleksander. Menurutnya bahwa ada hal-hal penting yang harus dikerjakan bersama ke depan terkait pendampingan kader, manajemen kelompok, penelitian, advokasi desa serta rapat koordinasi yang akan berlangsung di bulan April mendatang. Untuk advokasi di 3 kecamatan ini tidak diragukan lagi, namun menjadi catatan penting untuk kita adalah pembenahan administrasi laporan di tingkat kader tani juga di tingkat kelompok, tandas Aleks.

Dalam pertemuan itu disepakati bahwa rapat koordinasi tingkat kecamatan akan diadakan di PUSKOLAP JIRO-JARO yang dihadiri oleh para Camat, para Kepala Desa, ketua BPK dan ketua BPD.

Selain itu juga, dalam pertemuan ini para kader juga dibekali dengan beberapa materi yang di bawakan oleh staf WTM, yaitu: Manajemen Kelompok yang difasilitasi Dodig Efendi (Fasilitaotor Lapangan Magepanda), Penelitian Kawin Silang Padi dan Kaji Banding yang difasilitasi Maria Martha Muda (Koordinator Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan Program Misereor) dan Latihan Pembuatan Proposal difasilitasi oleh Aleks Bambang.

Dari ketiga materi itu banyak hal yang didiskusikan bersama. Kader sangat senang dan semangat karena dibekali oleh materi yang cukup singkat. Saya rasa baik, WTM selalu mendukung kerja-kerja kader, ini adalah ilmu bagi kita, kita bisa beradvokasi, kita bisa berbicara di depan banyak orang itu semua hanya dari WTM, cetus Serilus.

Lebih lagi mereka tertarik dengan penelitian kaji banding dan kawin silang padi yang langsung ditunjuk dengan konsep rancangannya. Dari kader yang hadir ini, ada 5 orang yang menjadi petani peneliti, diantaranya Sipri Rehing, Beatriks Rika, Kanisius Garu, Hendrikus Hende, dan Siprianus Serilus yang menjadi petani penelitinya.

Menurut Erin Muda yang menangani bidang ini, dikatakan cukup sulit untuk merancangnya, butuh banyak pengetahuan dan pembelajaran. Saya sangat tertarik dengan penelitian ini karena anggota di reroroja juga dia mau buat itu, kata Franto. Kalau bisa dari WTM bisa memfasilitasi di sana, mereka siap saja, ujarnya lagi. (Mmud.)

MENJAJAKI AKTIFITAS WTM DI BULAN MARET 2017

Maumere, KN. Pertemuan staf yang dilakukan oleh Wahana Tani Mandiri setiap bulan yang terjadi pada tanggal 27 sampai 29 Maret 2017 lalu bertempat di kantor WTM Maumere. Pertemuan ini dihadiri oleh pimpinan lembaga, para koordinator serta para fasilitator lapangan. Kegiatan ini diikuti oleh 2 program dari Misereor dan CEPF.

Pertemuan ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja para staf mulai dari staf lapangan, para koordinator sampai pada pimpinan, yang dibuat selama sebulan penuh. Lebih khusus bahwa maksud dari evaluasi ini adalah menilai kembali proses kerja staf yang berjalan tidak pada rel yang sebenarnya atau belum tepat sasarannya. Sistim inilah yang bisa mencari solusi yang terbaik agar mengatasi berbagai persoalan yang terjadi di lapangan sehingga ke depannya sedikit ada perubahan.

Pertemuan selama 3 hari, yaitu pertemuan hari pertama tanggal 27 Maret 2017, dipersentasikan oleh teman-teman dari Wilayah Timur Mapitara, dibuka oleh Heri Naif, Coordinator program CEPF. ketiga fasilitator, Koordinator Advokasi serta Koordinator program CEPF melaporkan hasil kunjungan dengan baik. Hasil evalusi berjalan aman, ada ide/pendapat serta usul saran yang membangun. Pertemuan hari kedua yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2017, membahas tentang program Misereor. Ketiga staf lapangan sudah siap untuk mempersentasikan hasil kunjungan dimasing-masing wilayah dampingannya. Kesiapan itu terkait dengan beberapa model laporan yakni laporan diskusi di kelompok-kelompok, praktek di kelompok, kunjungan kebun anggota serta rekapitulasi dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan bersama kader tani desa dampingannnya.

Persentasi diawail oleh Yohanes Dawa, fasilitator dari kecamatan Tanawawo. Dengan wajah yang begitu serius, Yan begitu nama panggilannnya, mengatakan bahwa ada satu tradisi kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat desa Poma yakni Soka Su. Tradisi ini dimaksudkan untuk mengusir penyakit tetelo yang akan menyerang ayam. Dan memang benar bahwa rata-rata ayam di sana tidak mati sehingga masyarakat Poma percaya sampai sekarang. Ujarnya lagi, dipertengahan bulan ini saya bertemu dengan kepala desa Poma terkait dengan rapat koordinasi yang akan berlangsung di bulan April mendatang. Pihak desa setuju kegiatan yang dilakukan oleh WTM, terpenting rancangan itu jelas karena kami siap bantu untuk kontribusinya, jelas Bapa desa. Oleh Martinus Maju fasilitator dari kecamatan Mego.

Tinus dengan sapaan manjanya, dengan semangat yang luar biasa menyampaikan bahwa kelompok dari desa Korobhera sudah membuat satu teknis khusus di kebun kakao yaitu rorak. Rorak ini dibuat dengan tujuan untuk menampung air pada musim hujan, apabila panas datang di dalam lahan sudah ada air,tendas Tinus. Di samping itu, di kelompok juga sementara melakukan pembibitan tanaman ara berjumlah 100 anakan yang akan dihijaukan di mata air. Kemudian dilanjutkan oleh fasilitatator dari sudut pantura alias pantai utara kecamatan Magepanda, Dodig Efendi, mempersentasekan laporan aktitas bersama di kelompok Kemasama desa Magepanda tentang pembuatan pestisida organik. Satu hal yang tidak dilupakan bahwa ada 1 kelompok baru yang mau didampingi dari desa Kolisia.

Lanjut kedua Coordinator Bidang, Aleksander Bambang dan Maria Martha Muda mempresentasikan hasil kerja mereka. Aleks Bambang, Coordinator bidang pertanian mengatakan sementara masih merancang materi-materi teknis usaha tani dan format-format laporan dari seluruh aktifitas lapangan. Beliau juga mengikuti kegiatan Study Farmer To Farmer di 4 kecamatan yaitu Talibura, Magepanda, Kangae dan Mapitara bersama dengan petani peneliti Betriks Rika, petani yang mendapat penghargaan sebagai perempuan pejuang pangan (Female Food Hero). Study Farmer To Farmer ini mendapat pujian dari petani-petani lain karena merupakan hal baru, apalagi sampai kepada teknis kawin silang padi, tutur aleks.

Menurutnya, permintaan dari kelompok ini sangat mendukung program kita. Ke depannya akan dibangun kerjasama yang baik, diberikan pelatihan tentang kawin silang jagung juga melakukan kunjungan silang bagi kelompok-kelompok wanita tani. Dilanjutkan oleh Maria Martha Muda, Coordinator bidang penelitian mengatakan bahwa konsep-konsep penelitian sudah dibuat, konsep kaji banding dan pemuliaan tanaman padi yang kemudian akan dipersentasikan ketiga fasillitator untuk dilanjutkan ke petani-petani peneliti yang ada dari 3 kecamatan.

Ada 8 orang petani peneliti diantaranya Beatriks Rika, Kanisius Garu, Siprianus Rehing, Said Naja, Hendrikus Hende, Siprianus Sarilus, Agustinus Tiga dan Herjon Webron. Kedelapan orang petani ini rencana akan mengembangkan penelitian kawin silang padi lokal dan kaji banding. Sekarang lahan yang ada masih di tanam padi sehingga kemungkinan di bulan april akhir atau awal mei baru dimulai persiapan untuk penelitian, Ujar Oa begitu sapaan manisnya. Mereka sangat semangat berharap hasil nanti cukup memuaskan. Hasil akan kami capai juga, tetapi proses itu yang lebih mahal, semoga kami tidak sia-sia, mudah-mudahan saya salah satunya petani berikut yang berhasil dikirim ke Filipina, ujar Hendrikus Hende si Raja dari desa Napugera. Sebelum mendengar persentasi dari Direktur Wahana Tani Mandiri, bresama-sama membahas kegiatan Workshop yang diadakan pada tanggal 06 sampai 09 Maret 2017 di PUSKOLAP JIRO JARO. Proses ini sungguh membawa hasil yang memuaskan. Dari persiapan tempatnya, peserta mitra, kunjungan lapangan di 2 desa, desa Bhera dan desa Dobonuapu, Penginapan serta konsumsinya tersedia dengan baik, pelayanan yang tepat waktu. Dari materi dan para fasilitatornya sangat menyentuh, metode yang dipakai kali ini cukup berbede dengan yang sebelumnya. Pemateri menyiapkan satu Elisabeth Cruzada, dengan panggilan akrabnya Ibu Bes, Konsultan Misereor, sangat senang sampai diluncurkan Deklarasi yang diberi nama Deklarasi JIRO JARO.

Deklarasi ini menjadi konsep bersama ke lima (5) lembaga mitra Misereor yakni WTM, Tananua Flores, Tananua Timor, Yakines, dan YPK DONDERS dalam pengembangan program mengedepankan pertanian berkelanjutan yang organik. Yang terakhir ini menjadi penutup dari rangkaian agenda evaluasi bersama, yaitu persentasi dari pimpinan, Carolus Winfridus Keupung, beliau merangkum dari beberapa hal-hal penting yang dihasilkan tadi. Pertama, kepada fasilitator lapangan Misereor diperhatikan kegiatan-kegiatan yang selama kurang lebih 2 bulan berjalan.

Data-data terkait diskusi dan praktek lapangan, data petani peneliti, data sumber mata air, data penghijauan mata air, data pembibitan tanaman perkebunan, pembibitan tanaman kehutanan, pembibitan tanaman penghijauan, data penanaman tanaman perkebunan, penanaman tanaman kehutanan, data RTL pembuatan pupuk dan pestisida organik, data pengguna pupuk dan pestisida organik, data petani organik, serta data-data terkait pengembangan organisasi kelompok. Semua data harus pasti dan akurat sehingga dalam membuat laporan data-data tersebut mudah diinput.

Lebih tegas Win mengatakan, untuk coordinator bidang harus mampu mengemas bidangnya sendiri, harus bisa menciptakan atau merancang model atau konsep-konsep baru sesuai dengan bidang tugasnya. Dibidang penelitian menyiapkan satu rancangan terkait dengan pupuk dan pestisida organik. Berlaku mulai bulan depan dan seterusnya pembuatan kedua bahan ini sesuai jumlahnya agar kita mampu menghitung kandungan yang ada didalam kedua bahan itu. Kemudian yang menjadi penting dan sangat penting untuk Misereor adalah mengenai indikator program yang menjadi point utama untuk keberlanjutan program ini. Indikator ini yang merupakan tujuan dan hasil pencapaian suatu program.

Penutur Cerita: Maria Martha Muda (Koordinator Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan, Program Misereor

Minggu, 02 April 2017

EVALUASI, PERENCANAAN WTM DILAKUKAN TIAP BULAN

Maumere, KN. Evaluasi dilakukan sebagai bentuk monitoring terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan baik di lapangan maupun di kesekretariatan. WTM punya tradisi yang dilakukan sebagai salah satu rutinitas pada akhir bulan adalah evaluasi kelembagaan dan program. Karena itu, evaluasi bulan Maret berlangsung di Kantor WTM, yang terletak di Jalan Wairklau Maumere (27-29/03).

Kegiatan evaluasi bulan Maret dipimpin oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF) yang dihadiri oleh Carolus Keupung (Direktur WTM) dan beberapa koordinator Bidang Program di WTM. Dalam evaluasi itu, para fasilitator lapangan menyoroti tentang advokasi pertanian yang sedang digalakan terutama bebeapa advokasi teknis pertanian dan kebijakan di tingkat lokal. Menurut Brembo, Mus dan Yanto (fasilitator lapangan wilayah Mapitara) bahwa penguatan kapasitas kader harus digalakan seiring dengan tawaran pemerintah desa yang akan mengakomodir kader sebagai Penyuluh Pertanian di desa. Lebih dari itu juga pengembangan kapasitas kader dalam berbagai bidang harus ditingkatkan.

Sedangkan Fasilitator lapangan dari program Misereor (kecamatan Magepanda, Mego dan Tanawawo) lebih melihat tentang manajemen kelembagaan kelompok tani selain berbagai aktifitas yang dilakukan di lapangan.

Sedangkan Keuangan Ernestina Dua Sina (Keuangan CEPF) menegaskan bahwa para staf harus tertib membantu keuangan terutama dalam pemenuhan kuitansi sesuai dengan pengeluaran. Karena aktifitas kita sering melibatkan para anggota kelompok tani, pemerintah desa dan pihak luar lainnya diharapkan agar semua dilengkapi dengan kuitansi yang saya titipkan, ujarnya.

Maria Martha Muda, Koordinator Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan Program Misereor lebih melihat soal penelitian kawin silang (Pemulian) benih yang lagi digalakan. Saya sudah mengidentifikasi petani peneliti dan membuat pendampingan bagi mereka, ujar Oa sapaan kawan-kawan Staf WTM. Alex Bambang Dedy Saragih, koordinator Pertanian mengulas tentang hasil kegiatannya bersama Beatriks Rika yang sudah mengelilingi beberapa kecamatan sebagai langka "study farmer to farmer" kerja sama WTM-Oxfam Indonesia. Banyak nilai yang disimpulkan dari kegiatan ini bahwa banyak petani yang tertarik dengan aktifitas Beatriks dalam pemulian benih dan malah dari pihak Badan Penyuluh Kecamatan menginginkan agar Beatriks secara serius melakukan pendampingan. Selain itu, beberapa pemerintah desa juga menginginkan agar Beatriks bisa memberikan pelatihan secara periodik bagi petani di wilayahnya, ujar Aleks.

Pada hari terakhir, dilakukan breaving staf oleh Marianus Mayolis (Fasilitator Lapangan CEPF) tentang manajemen kelembangaan, dengan mengambil beberapa topik penting diantaranya; pembentukan kelompok, kepemimpinan, administrasi, keuangan, kerja sama kelompok, perencanaan kegiatan kelompok, dan kerja sama dalam kaitan dengan membangun jejaring.

Seusai dengan breaving, dilakukan perencanaan kelembagaan dan perencanaan staf dalam bulan April dengan memperhatikan aktifitas-aktifitas kelembagaan sebagai kegiatan bersama, misalnya pelatihan legal drafting dan workshop untuk wilayah Mapitara. (Ryn - KN)

Sabtu, 01 April 2017

WTM BREAVING KADER TANI WILAYAH MAPITARA

Maumere KN, Breving kader tani telah menjadi rutinitas program, yang dilakukan secara periodik, tiga bulan sekali. Maksud dari breaving kader adalah evaluasi perkembangan kegiatan kader dan sekaligus pembenahan terhadap proses yang dilakukan lapangan. selain itu juga dilakukan peningkatan kapasitas kader sesuai dengan kebutuhan para kader.

Untuk itu, pada periode Januari hingga Maret ini Tim Program WTM - CEPF melakukan kegiatan breaving di desa Hale (30-31/03). Breaving ini juga juga dihadiri oleh Koordinator Program WTM-CEPF. Kegiatan evaluasi kader dipimpin oleh Dedy Alexander. Dalam evaluasi itu ditemukan bahwa perlu ada pembenahan dalam pelaksanaan beberapa kegiatan seperti pembibitan,peternakan dan berbagai hal lain.

Setelah itu dilanjutkan dengan materi Manajemen Kelompok yang difasiliasi oleh Marianus Mayolis (Fasitator Lapangan Hebing). Dalam presentasi itu disampaikan tentang beberapa topik penting seperti soal, (1). Mengapa pentingnya berorganisasi, (2). Model kepemimpinan dan infrastruktur organisasi, (3). Manajemen Keuangan Kelompok, (5). Bagaimana membangun Kerja sama, (6.) Perencanaan Kelompok dan (7). Jejaring. Ketujuh point ini menjadi fokus diskusi yang dilakukan oleh para kader, yang dikemudian dipertegas oleh Herry Naif, selaku koordinator Program.

Pada hari Jumat, 31 Maret 2017 pada rencanya akan dilakukan kunjungan kebun untuk praktek pemangkasan kakao di Wairpuat itu tidak bisa dilakukan. Karena itu, kemudian tim Program WTM menyepakati untuk dilakukan praktek pemangkasan kakao di Pekarangan warga di seputaran wilayah kegiatan. Kegiatan pemangkasan ini difasilitasi oleh Dedy Alexander (Koordinator Pertanian), Marianus Mayolis dan Mus Mulyadi (Fasilitator Lapangan). Praktek pemangkasan ini berjalan lancar karena setiap kader secara swadaya telah mengadakangan Gunting pangkas dan gunting galak sehingga setiap orang bisa melakukan pemangkasan sebagai bentuk praktek dan pelatihan.

Seusai praktek, para kader kembali di-breaving soal beberapa aktifitas yang akan dilakukan bulan April yakni; tentang penyelenggaraan pelatihan legal drafting sebagai kelanjutan dari Hasil studi pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan di setiap desa yang kemudian merekomendasikan agar dibuatkan peraturan desa (perdes) untuk menjawabi permasalahan yang sering terjadi di desa. Selain itu juga akan dilakukan Workshop Pengelolaan Sumber Daya alam yang akan melibatkan para pihak, seperti: BKSDA, UPT KPH Kabupaten Sikka, Dinas Lingkungan Hidup Sikka. Para pihak terutama instansi yang berkaitan dengan isu penyelamatan sumber daya alam agar memberi masukan positif dalam memperkaya pembuatan perdes yang lagi dipersiapkan draftingnya, demikian ujar Herry.

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...