Selasa, 28 Maret 2017

DESA EGON GAHAR MEREKOMENDASIKAN 3 PERDES

Maumere, KN. Presentasi hasil Studi Pengelolaan Sumber daya Alam (PSDA) sebagai bentuk penyempurnaan terhadap hasil studi yang dilakukan kader tani dan fasilitator lapangan bersama kelompok di desa Egon Gahar, kecamatan Mapitara dihadiri oleh duapuluhan orang dari kader tani, kepala dusun, tokoh masyarakat dan para undangan lainnya di kantor Desa Egon Gahar (21/03).

Kegiatan ini dihadiri Yan Vitalis Yulianus (Kepala desa Egon Gahar), didampingi Herry Naif (Koordinator Program WTM – CEPF) dan Gonsales (Ketua BPD Egon).

Herry Naif, dalam sambutannya memberi apreseasi kepada tim Pengkaji karena telah berhasil melakukan kajian lapangan. Bahwa, selama ini para petani mungkin tidak pernah dipikirkan untuk menjadi peneliti, tetapi kami mencoba melibatkan para kader tani kami menjadi peneliti dan ternyata sukses.Diharapkan hasil studi ini menjadi sebuah kerangka dasar bagi pemerintah desa dan warga dalam upaya perbaikan manajemen ekosistem dan pendapatan petani terutama dalam proses pembangunan. Selain itu, pemerintah desa juga perlu meresponsnya dengan mengakomodir apa yang direkomendasikan dalam studi ini mulai dari perencanaan hingga pada monitoring, ajak Naif.

Gonsales, Ketua BPD Egon Gahar mengatakan bahwa Kami berharap program yang sudah berjalan hampir setahun ini akan memberikan nilai-nilai positif dalam pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan.

Dalam sambutan pembukaan, Yan Vitalis Yulianus menegaskan bahwa semua hal dan perilaku harus berasas pada norma hukum yang berlaku. Bila tidak, kita akan menuai persoalan-persoalan ke depan, ujar kepala desa yang sudah memimpin dua periode.

Selain itu Yul, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam keseluruhan program yang dilakukan oleh WTM atau siapa saja. Setelah acara seremonial, dilanjutkan dengan penyampaian proses penelitian oleh Mesias Merimo, Kader Tani WTM bahwa proses penelitian ini sudah dilakukan pada lima kelompok dampingan WTM di desa Egon Gahar yang kami dampingi dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan 4 alat bantu yakni: Kelender Musim, Pemetaan, Transek dan Diagram Venn. Dari kegiatan ini kami telah menemukan berbagai permasalahan yang terjadi di desa ini. Lalu dilanjutkan dengan presentasi yang difasilitasi oleh Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi WTM).

Kegiatan presentasi ini berjalan seru karena perdebatan akan berbagai hal. Salah satu peserta, Markus Miskin (Tokoh Masyarakat Egon Gahar) banyak menggugah peserta dengan membeberkan berbagai fakta kerusakan yang sedang terjadi misalnya galian c, yang marak dilakukan warga. Ia secara tegas menolak praktek galian c itu dan meminta Pemerintah Desa untuk menyikapi secara tegas agar kemudian tidak berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan di sini, tegasnya.

Presentasi yang berproses selama 4 jam ini berhasil mengelompokan beberapa permasalahan pokok yang terjadi, yakni: Permasalahan Lingkungan Hidup, Pertanian, Peternakan. Ketiga permasalahan ini direkomendasikan untuk dibuatkan Peraturan Desa (PERDES). (Ryn-KN)

Senin, 27 Maret 2017

MASYARAKAT EGON GAHAR GELAR MUBES HKM

MASYARAKAT EGON GAHAR GELAR MUBES HKM
Maumere KN. Hampir tiga tahun dikeluarkannya Ijin Usaha Pengelolaan (IUP) Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mapi Detun Tara Gahar sejak tahun 2014, hingga hari ini belum diimplementasikan di lapangan. Beberapa alasan yang menjadi dasar, diantaranya: Pertama. Konsolidasi para pihak yang belum terlalu kuat dalam pengimplementasian HKm. Kedua, pengorganisasian kelompok HKm yang belum terlalu solid, sehingga tidak berjalan baik di lapangan.

Setelah dilakukan pertemuan di keempat sub kelompok HKm disepakati untuk dilakukan Musyawarah Besar (MUBES) Mapi Detun Tara Gahar sebagai bentuk konsolidasi kelompok dan evaluasi terhadap proses yang lamban dalam implementasi IUP HKm tersebut. Selain itu, dibangun kesepakatan-kesepakatan baru yang menjadi strategi pelaksanaan HKm. Lebih dari itu juga akan dibahas tentang pendistibusian tanah kepada para pemegang IUP HKm. Musyawarah Besar Anggota Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mapi Detun Tara Gahar, desa Egon Gahar, Kecamatan Mapitara, dilakukan di Aula Kantor Desa Egon Gahar, pada hari Sabtu, 25 Maret 2017.

Kegiatan ini dihadiri oleh Vitalis Nong Veni, (Kepla UPT KPH Kab. Sikka), Herry Siswadi (Kepala Seksi Konservasi, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat UPT KPH Kab. Sikka), Kamtibmas Polsek Bola, Herry Naif (Koordinator WTM-CEPF) dan Yan Vitalis Yulius (Kepdes Egon Gahar) Vitalis Nong Veni (Kepala UPT- KPH Sikka) mengatakan bahwa kita berbicara tentang hutan berarti untuk hajat hidup orang banyak. Hidup kita sangat bergantung pada hutan, sebab kita menghirup udara yang bersih dan air dari hutan. Akan tetapi hutan kita semakin hari semakin berkurang. Padahal jumlah manusia semakin hari semakin banyak. Selain hutan, lahan kelolah kita pun semakin kecil dengan adanya perubahan iklim yang besar sehingga mempengaruhi luas tanah kita, karena volume air laut semakin meningkat. Untuk mengatasi kekurangan lahan ini maka pemerintah memberikan izin kepada masyarakat untuk mengelolah hutan. Saat ini pemerintah sedang mengalokasikan wilayah hutan untuk Perhutanan Sosial dan difasilitasi oleh teman-teman NGO termasuk WTM.

Firmus Piru (Ketua HKM Mapi Detu Tara Gahar) mengemukakan bahwa sejak tahun 2013, kita sudah mendapatkan Ijin Usaha Pemanfaatan HKm, namun sampai saat ini kegiatannya belum berjalan. Sehingga, kita dilihat seperti tidak mampu mengelolah.

Hari ini, kita berkumpul kembali di sini untuk membicarakan bersama untuk membicarakan kepentingan kita bersama. Oleh karena itu, saya harapkan kita berpartisipasi aktif sebab saat ini kita dibantu dan didampingi oleh bapak-bapak dari KPH dan WTM, ujar Firmus.

Sedangkan, Kanit Kamtibmas Polsek Bola) mengulas bahwa hutan ini adalah untuk kepentingan kita bersama karena kalau hutan kita dirusak maka akan berdampak pada kita. Hutan dan air yang terkandung dalam tanah adalah milik negara. Kita masyarakat hanya diberi kesempatan untuk mengelolah. Oleh karena itu hendaknya kita perlu mengelolah dengan baik. Kita perlu memberi apresiasi kepada pemerintah atau LSM yang memiliki program yang berkaitan dengan hutan. Kita patut bersyukur karena tanah kita sangat subur sehingga kami mengajak dan mengharapkan kepada masyarakat untuk mendukung program pemerintah dalam pengelolaan hutan kita. Mari kita mengelolah dan menjaga hutan kita dengan baik karena itu adalah berkat Tuhan yang diberikan kepada kita. Jangan tebang kayu sembarang karena akan mengganggu keselamatan kita. Jika hutan rusak maka masyarakat di sini akan menerima dampaknya, bukan kami, demikian Imbuhnya.

Herry Naif, Koordinator Program WTM-CEPF, menguraikan bahwa dalam pembangunan harus memperhatikan manusia dan lingkungan yang bernuansa keadilan. Lingkungan itu perlu dikelola dalam pertimbangan keseimbangan ekologi untuk semua makluk hidup. Kita semua adalah subjek.

Bahwa, hari ini kita ramai-ramai kumpul di sini untuk membicarakan proses yang selama ini telah terbangun. Secara hukum, kelompok HKm Mapi Detu Tara Gahar sudah memiliki izin resmi sejak 2013. Seharusnya kita sudah melakukan berbagai hal untuk mengelolah HKM, namun faktanya seperti yang kita alami sekarang. Untuk itu saya berharap proses hari ini akan memberikan beberapa rekomendasi yang berguna untuk kita semua, demi pelaksanaan pengelolaan HKm, tegasnya.

Yan Vitalis Yulius (Kepdes Egon Gahar) dalam sambutannya dan sekaligus membuka acara Mubes HKm. Menurut Yul, HKM sebenarnya sudah empat lima tahun lalu. Akan tetapi mengapa hari ini kita berkumpul kembali karena selama ini pengelolaan kita macet. Kita di Egon Gahar memiliki wilayah yang agak berbeda sebab lokasi HKm sudah dikelolah sebelum diberi IUP, sedangkan kita baru akan mengelolah setelah diberi IUP. HKm ini memiliki sejarah yang begitu panjang, bahwa di banyak lokasi warga sudah mengelolah di dalam hutan. Sudah banyak hal yang dibicarakan mengenai hutan. Hari ini kita datang di sini untuk kula babong bersama secara kekeluargaan. Untuk itu dengan izin bapak ibu sekalian MUBES ini saya nyatakan dibuka secara resmi, kisahnya.

Setelah acara seremonial pembukaan dilakukan diskusi yang difasilitasi oleh Herry Siswadi (Kasie Konservasi, Perlindungan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat) dan Yanto Yustinus (Fasilitator Lapangan Egon Gahar – WTM).

Diskusi yang berjalan seru tersebut kemudian merekomendasikan beberapa hal diantaranya: (1). Lokasi Rotan Lok menjadi areal kelola bersama bagi pemanfaat IUP HKm Mapi Detun Tara Gahar (2). Lokasi HKm Wolon Busur dan Popo Regang, akan didistribusikan kepada semua anggota secara adil; (3) Waktu dan Pengukuran dan Pembagian Lokasi HKm Wolon Busur dan Popo Regang akan dilakukan pada hari Rabu, 29 Maret 2017 sampai selesai dan wajib dihadiri oleh semua anggota kelompok. (Ryn-KN)

Kamis, 23 Maret 2017

BEATRIKS RIKA BERDISKUSI DENGAN GAPOKTAN WA WUA, DESA LANGIR

Peraih Famale Food Hero (Perempuan Pejuang Pangan), Beatriks Rika Versi Oxfam Indonesia pada tahun 2016 bersama 9 teman perempuan dari seluruh Indonesia ini, kini menjelajahi 6 Kecamatan di Kabupaten Sikka untuk berdiskusi pangan dengan Para petani Gapoktan Wa Wua, PPL dan Badan Penyuluh Kecamatan. Kegiatan ini dilakukan di Aula Kantor Desa Langir, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka (22/03).

Beatriks Rika tampil sebagai pembicara didampingin Alexander Saragih (Koord. Pertanian Misereor) dan Wihelmus Woda (Koord. Advokasi (Prog. CEPF) yang dihadiri oleh Adi Andale (Kepala desa Langir).

Kegiatan diskusi pangan ini dilakukan dalam sebuah program Study Farmer to Farmer, kerja sama Oxam Indonesia dan Wahana Tani Mandiri (WTM). Yang terpampang diskusi ini dilakukan di Gapoktan Wa Wua, Desa Langir, Kecamatan Kangae (22/03).

Dalam kegiatan itu, selain membicarakan tentang kedaulatan secara umum, secara fokus Beatriks mensharingkan pengalaman bagaimana menjadi seorang peneliti pemulian padi. Bahwa pengalaman sebagai petani harus memberikan nilai pembejalaran bagi kelompok lain. (Ryn-KN)

DESA HALE FOKUS PADA REVITALISASI NILAI-NILAI LOKAL

Maumere, KN. Presentasi hasil Studi Pengelolaan Sumber daya Alam (PSDA) sebagai bentuk penyempurnaan terhadap hasil studi yang dilakukan kader tani dan fasilitator lapangan bersama kelompok di desa Hale, kecamatan Mapitara dihadiri oleh duapuluhan orang dari kader tani, kepala dusun, tokoh masyarakat dan para undangan lainnya di kantor Desa Hale (22/03).

Kegiatan ini Pejabat Sementara Kades Hale, didampingi Herry Naif (Koordinator Program WTM – CEPF) dan Yanny (Ketua BPD Hale).
Herry Naif, dalam sambutannya memberi apreseasi kepada tim Pengkaji karena telah berhasil melakukan kajian lapangan. Bahwa, selama ini para petani mungkin tidak pernah dipikirkan untuk menjadi peneliti, tetapi kami mencoba melibatkan para kader tani kami menjadi peneliti dan ternyata sukses.

Diharapkan hasil studi ini menjadi sebuah kerangka dasar bagi pemerintah desa dan warga dalam upaya perbaikan manajemen ekosistem dan pendapatan petani terutama dalam proses pembangunan. Selain itu, pemerintah desa juga perlu meresponsnya dengan mengakomodir apa yang direkomendasikan dalam studi ini mulai dari perencanaan hingga pada monitoring, ajak Naif.

Yanny, Ketua BPD Hale mengatakan bahwa WTM bukan lembaga baru di Mapitara. Sejak tahun 2009 hadir di Mapitara dengan program kebencanaan. Kami berharap program yang sudah berjalan hampir setahun ini akan memberikan nilai-nilai positif dalam pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan.

Dalam sambutan pembukaan, Alfons (PJS desa Hale) memberi apreseasi kepada WTM yang mendorong pembangunan yang berpihak pada lingkungan dan manusia. Untuk itu, para peserta seyogyanya memberi dukungan pada pelaksanaan program WTM yang sedang berjalan karena ini berasas pada suatu niat baik, yakni meningkatkan pendapatan petani dan penyelamatan ekonomi. Apalagi WTM dalam programnya mendorong pengelolaan sumber daya alam yang eco-humanis.

Alfons, juga menegaskan bahwa semua hal dan perilaku harus berasas pada norma hukum yang berlaku. Bila tidak, kita akan menuai persoalan-persoalan ke depan, ujar pegawai kantor camat yang sedang dipercaya sebagai pejabat sementara desa Hale. Setelah acara seremonial, dilanjutkan dengan penyampaian proses penelitian oleh Albertus Ruben, Kader Tani WTM bahwa proses penelitian ini sudah dilakukan bersama 7 (tujuh) kelompok dampingan WTM di desa Egon Hale yang kami dampingi dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan 4 alat bantu yakni: Kelender Musim, Pemetaan, Transek dan Diagram Venn.

Kemudian dilanjutkan dengan presentasi hasil studi yang difasilitasi oleh Mus Mulyadi (Fasilitator WTM). Dari presentasi yang dilakukan ini berhasil mengelompokan beberapa permasalahan pokok yang terjadi, yang diklasifikasi sebagai bidang skala prioritas diantaranya: Lingkungan hidup, Pertanian, Peternakan dan Pengukuhan lembaga Adat yang mana akan mengidentifikasi berbagai nilai lokal dan kembali merevitalisasinya dengan membentuk struktur Adat. (Ryn – KN)

DESA HALE MEMFOKUSKAN DIRI UNTUK REVITALISASI NILAI-NILAI LOKAL

Maumere, KN. Presentasi hasil Studi Pengelolaan Sumber daya Alam (PSDA) sebagai bentuk penyempurnaan terhadap hasil studi yang dilakukan kader tani dan fasilitator lapangan bersama kelompok di desa Hale, kecamatan Mapitara dihadiri oleh duapuluhan orang dari kader tani, kepala dusun, tokoh masyarakat dan para undangan lainnya di kantor Desa Hale (22/03).

Kegiatan ini Pejabat Sementara Kades Hale, didampingi Herry Naif (Koordinator Program WTM – CEPF) dan Yanny (Ketua BPD Hale). Herry Naif, dalam sambutannya memberi apreseasi kepada tim Pengkaji karena telah berhasil melakukan kajian lapangan. Bahwa, selama ini para petani mungkin tidak pernah dipikirkan untuk menjadi peneliti, tetapi kami mencoba melibatkan para kader tani kami menjadi peneliti dan ternyata sukses.

Diharapkan hasil studi ini menjadi sebuah kerangka dasar bagi pemerintah desa dan warga dalam upaya perbaikan manajemen ekosistem dan pendapatan petani terutama dalam proses pembangunan. Selain itu, pemerintah desa juga perlu meresponsnya dengan mengakomodir apa yang direkomendasikan dalam studi ini mulai dari perencanaan hingga pada monitoring, ajak Naif.

Yanny, Ketua BPD Hale mengatakan bahwa WTM bukan lembaga baru di Mapitara. Sejak tahun 2009 hadir di Mapitara dengan program kebencanaan. Kami berharap program yang sudah berjalan hampir setahun ini akan memberikan nilai-nilai positif dalam pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan.

Dalam sambutan pembukaan, Alfons (PJS desa Hale) memberi apreseasi kepada WTM yang mendorong pembangunan yang berpihak pada lingkungan dan manusia. Untuk itu, para peserta seyogyanya memberi dukungan pada pelaksanaan program WTM yang sedang berjalan karena ini berasas pada suatu niat baik, yakni meningkatkan pendapatan petani dan penyelamatan ekonomi. Apalagi WTM dalam programnya mendorong pengelolaan sumber daya alam yang eco-humanis.

Alfons, juga menegaskan bahwa semua hal dan perilaku harus berasas pada norma hukum yang berlaku. Bila tidak, kita akan menuai persoalan-persoalan ke depan, ujar pegawai kantor camat yang sedang dipercaya sebagai pejabat sementara desa Hale. Setelah acara seremonial, dilanjutkan dengan penyampaian proses penelitian oleh Albertus Ruben, Kader Tani WTM bahwa proses penelitian ini sudah dilakukan bersama 7 (tujuh) kelompok dampingan WTM di desa Egon Hale yang kami dampingi dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan 4 alat bantu yakni: Kelender Musim, Pemetaan, Transek dan Diagram Venn.

Kemudian dilanjutkan dengan presentasi hasil studi yang difasilitasi oleh Mus Mulyadi (Fasilitator WTM). Dari presentasi yang dilakukan ini berhasil mengelompokan beberapa permasalahan pokok yang terjadi, yang diklasifikasi sebagai bidang skala prioritas diantaranya: Lingkungan hidup, Pertanian, Peternakan dan Pengukuhan lembaga Adat yang mana akan mengidentifikasi berbagai nilai lokal dan kembali merevitalisasinya dengan membentuk struktur Adat. (Ryn – KN)

Rabu, 22 Maret 2017

PERAIH" FEMALE FOOD HERO" LAKUKAN STUDY FARMER TO FARMER KE-6 WILAYAH KECAMATAN

Maumere KN, Beatriks Rika dalam penelitian pemuliaan benih padi Ciheran vs Kupa, yang sukses menghasilkan padi 3s (Sega, Sola, Sona) yang didampingi Wahana Tani Mandiri. Keberhasilannya dalam penelitian kawin silang ini kemudian diakomodir Oxfam Indonesia sebagai Perempuan Pejuang Pangan di Indonesia dari sembilan (9) perempuan di Indonesia.

Dari fakta ini kemudian WTM dan Oxfam Indonesia berinisiasi untuk melakukan kerja sama dalam program “Study farmer to farmer in Sikka” ke lima wilayah kecamatan, yakni kecamatan Kangae, Talibura, Lela, Mapitara dan Nele.

Kegiatan ini dilakukan sebagai tour dari kecamatan ke kecamatan (Taliburan, Mapitara, Kangae, Nelle, Magepanda dan Lela) untuk mendiskusikan tentang Kedaulatan Pangan. Lebih dari itu diskusi dibidik pada Penelitian Kawin silang yang telah dilakukan Beatriks Rika sebagai bentuk sharing pengalamannya. Pengalaman ini merupakan buah kesuksesan yang hendak ditularkan pada sesama petani sebagai bentuk pembelajaran.
Kegiatan tour diskusi ini diawali di kelompok Kojablo, Mamai, desa Bangkoor, Kecamatan talibura. Diskusi ini dihadiri oleh duapuluhan petani dan Pendamping, Penyuluh Lapangan (PPL) wilayah Talibura, (20/03). Kemudian kegiatan diskusi ini dilanjutkan ke wilayah Magepanda (21/03) di Kelompok Kasih Ibu, desa Done, Kecamatan Magepanda.

Sedangkan di kecamatan Kangae diskusi dilakukan di desa Langir (21/03) dan desa Hubing (23/03). Hal yang sama didiskusikan Beatriks. Kemudian, Beatriks bersama Tim WTM melanjutkan perjalanan mengunjungi wilayah kecamatan Mapitara yang merupakan salah satu wilayah dampingan WTM dalam program CEPF. Di sana, Beatriks berkoordinasi dengan para Fasilitator dan Kader Tani WTM untuk dilakukan diskusi di kelompok Suka Tani, Maju Tani dan Tani Lestari, desa Hale (Jumat, 24/03) dan Kajowair dan Popowolot, desa Natakoli (25/03).

Tour seminggu ini secara fisik tentunya sangat capek tetapi karena semangat atas ruang dan kepercayaan yang didapatkan membuat saya tetapi bersemangat dan tampak riang, ujar puteri kelahiran Lekebai.

Dalam sebuah diskusi lepas, sepulang dari desa ia menyampaikan bahwa para petani malah mengiranya dia adalah Staf WTM. Dia mengatakan bahwa kami sudah didamping cukup lama sehingga kami memiliki segudang pengalaman. Ditambah lagi saya juga melakukan penelitian pemuliaan benih padi lokal yang mana saya secara konsisten dan tekun melakukannya, sehingga menambah banyak pengetahuan, Tambahnya. Sedangkan menurut Aleks Bambang (Koordinator Pertanian) mengatakan bahwa hampir semua desa dan kelompok tani yang dikunjungi Beatriks berkeinginan untuk melakukan penelitian. Malah dari Badan Penyuluh Kecamatan (BPK) yang dikunjungi kelompoknya berniat untuk mengundang Beatriks untuk mendampingi para petani dalam penelitian pemuliaan benih.

Aleks yang selalu mendampingi Beatriks menilai bahwa acara diskusinya cukup menarik dan mendorong orang untuk melakukan seperti apa yang dilakukan beatriks, ujar Alex.

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm): REKONSILIASI KONFLIK MENUJU PENGELOLAAN EKO-HUMANIS

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm): REKONSILIASI KONFLIK MENUJU PENGELOLAAN EKO-HUMANIS

Penulis : Yustinus Yanto

Perjuangan masyarakat adat yang berada di dalam dan sekitar kawasan hutan lindung Egon Ilimedo dan Wuko Lewolero dimulai dari/sejak tahun penetapan kawasan hutan lindung. Penetapan dinilai sepihak karena tidak melibatkan bahkan tidak meminta persetujuan masyarakat setempat. Akibatnya hampir sebagaian besar wilayah kelola masyarakat setempat ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung. Hal ini menyebabkan penilaian masyarakat bahwa penetapan kawasan hutan penuh dengan rekayasa dan manipulasi dinas kehutanan kabupaten Sikka. Persoalan ini menyebabkan reaksi masyarakat baik sendiri-sendiri maupun berkelompok. Reaksi untuk perjuangan saat itu belum terorganisisr sehingga masing-masing berjuang sesuai kemampuannya sendiri-sendiri.

Hingga tahun 2000, masyarakat adat mulai mengorganisir diri dan melakukan perjuangan bersama. Target perjuangan sebelumnya adalah mengambil kembali lahan sesuai dengan hak adat atau hak ulayat. Namun sejak terorganisir secara baik arah perjuangan kemudian berubah bahwa tanah dan hutan dikembalikan kepada masyarakat untuk dikelola berdasarkan konsep pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM). Berbagai studi banding dan seminar-lokakarya digelar hanya bermaksud mencari alternatif yang tepat untuk penyelesaian masalah penetapan kawasan hutan tersebut. Hingga tahun 2009 nampaknya perjuangan belum menghasilkan apa-apa, justeru yang terjadi adalah saling menunggu sementara kerusakan hutan pun jumlahnya terus bertambah karena semua pihak dianggap gagal sehingga masyarakat sendirilah memilih jalan untuk tetap beraktifitas di dalam dan bahkan terus diperluas wilayah kelolanya. Dampak yang paling buruk adalah beberapa mata air mengalami penurunan dan ada beberapa yang terancam kering, vegetasinya kurang serta, fungsi hutan yang tidak efektif, terjadi karena ada perbedaan persepsi masyarakat adat dengan Pemerintah, tentang pengelolaan Hutan.

Apa itu HKm dan bagaimana sistem dan teknik pengelolaannya?

Beberapa Dasar Hukum yang menjadi dasar dari program HKm, yaitu: Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan; Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor: P. 37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan; Peraturan Menteri Nomor : P.18/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.13/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Peraturan menteri Kehutanan Nomor : P.18/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan; SK Menteri Kehutanan No. 388/Menhut-II/2010 tentang Areal Cadangan Pengelolaan HKM di kawasan hutan lindung Egon Ilimedo dan Wuko Lewoloro seluas 16.755 Ha; dan Anggaran Dasar Kelompok pada kelompok di bentuk sehingga masyarakat benar-benar memahami tentang program HKm itu sendiri.

Berpijak pada beberapa fakta konflik dan dasar hukum tersebut, Kawasan Hutan lindung Egon Ilin Medo dan Wuko Lewoloroh di Kabupaten Sikka yang merupakan kawasan hutan lindung yang berada di dalam 30 desa dan 5 Kecamatan perlu dikelola bersama baik oleh masyarakat ataupun pemerintah dengan memperhatikan aspek ekologi tanpa meninggalkan ruang partisiasi warga sekitar. Kedua kawasan hutan ini yang kemudian pada tahun 2010 ditetapkan menjadi Areal pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.388/Menhut-II/2010 tentang Areal Pencadangan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Kawasan Lindung Egon Ilin Medo dan Wuko Lewo loro seluas 16. 755 Ha.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia di tetapkan di tahun 2010 namun dinas kehutanan kabupaten sikka tidak menindaklanjuti untuk itu Yayasan Kasih Mandiri Flores Alor Lembata (SANDIFLORATA) berkerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Sikka membentuk Tim Pokja 11 pada tahun 2012 dan hasil dari pertemuan dibentuklah tim pokja 11 yang terdiri dari Kepala Dinas kehutanan Kabupaten Sikka sebagai ketua TIM Pokja 11, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yaitu Fabianus Toa, Anggota DPRD Kabupaten Sikka yaitu Bapak Felix Wodon dan Bapak Alfridus Aeng, Lembaga Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Yayasan WTM yaitu Bapak Win Keupung. Tentu tugas dan fungsi dari tim pokja 11 yang harus dijalankan adalah; mensosalisasikan program HKm, membentukan kelembagaan atau kelompok pengelola, penataan areal kerja.

Upaya yang lakukan adalah pendekatan kepada pemerintah desa dan masyarakat adat dalam hal ini tokoh adat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk bisa menerima program HKm karena program ini dapat menyelesaikan konflik yang berkepanjangan. Dalam pelaksanaan program ini Pendampingan yang serius dari berbagai pihak agar dapat memberikan output yang bermanfaat bagi kelestarian hutan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Secara khusus desa Egon Gahar awalnya Sandi-Florata datang mengkoordinasi dengan pemerintah desa Egon Gahar dan masyarakat adat terkhususnya masyarakat dusun Baokrenget yang mana hidup berdekatan dengan kawasan hutan lindung. Proses konsolidasi terus berjalan maka pemerintah desa bersama masyarakat menentukan jadwal kegiatan sosialisasi Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang bertempat di dusun baokrenget, pihak yang di hadirkan pada saat itu masyarakat dan pemerintah desa Egon Gahar, dinas kehutanan kabupaten Sikka dan tim sandiflorata.

Dalam kegiatan tersebut masyarakat desa Egon Gahar sangat antusias dan bersepakat dengan program HKm. Pada saat itu juga dilakukan pemilihan pengurus kelompok HKm dengan mekanisme mengajukan bakal calon kurang lebih 4 orang baik laki-laki maupun perumpuan (Gender), kemudian masyarakat yang hadir untuk memberi hak suaranya atau memilih ke empat calon, dan hasilnya bapak Firmus Piru sebagai ketua, wakil ketua Marianus Maristela, sekertaris Firmus Naja, dan bendahara Alfonsa Nurak sebagai pengurus kelompok HKm Mapi Detun Tara Gahar dalam peride 5 tahun.

Sebagai tanggujawab pengurus terpilih membuat jadwal untuk mensosialisasi di masing-masing dusun sekaligus mengajak masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai anggota calon HKm. Persyaratan sebagai anggota harus melampirkan Foto KTP, dan Foto Copi Kartu Keluarga. Dokumen usulan IUPHKm harus adanya peta areal HKm, surat keterangan domisili kelompok, struktur pengurus kelompok, susunan pengurus kelompok, dan daftar calon anggota HKm. Berdasarkan kerja keras pengurus kelompok maka semua persyaratan terampung dan di kemudian ajukan kepada Bupati Sikka untuk menindaklanjuti. Pada tahun 2013 SK Bupati No. 354/HK/2013 tentang IUPHKm diserahkan kelompok HKm mapi detun tara gahar dengan luas areal HKm 809,80 Ha.

Dengan keluarnya SK Bupati maka anggota mulai melakukan pembagian lahan berdasarkan aturan yang sudah tentukan. Dalam proses pengelolaan ada dua zona yaitu Zona Pemanfaatan dan zona Lindung untuk zona pemanfaatan dimana lahan yang bisa di kelola sedangkan zona perlindungan yakni mata air, hutan keramat, dll harus di jaga.

Penulis Adalah Fasilitator Lapangan WTM

DESA EGON GAHAR MEREKOMENDASIKAN 3 PERDES

Maumere, KN. Setelah beberapa bulan dilakukan Studi Pengelolaan Sumber daya Alam di Kelompok-kelompok dampingan WTM, kemudian dilanjutkan dengan Presentasi Hasil Studi Pengelolaan Sumber daya Alam di desa Hale sebagai bentuk penyempurnaan terhadap hasil studi tersebut. Kegiatan presentasi ini dilakukan dihadiri oleh duapuluhan orang dari kader tani, kepala dusun, tokoh masyarakat desa Hale dan para undangan lainnya.Kegiatan ini dibuka Pejabat Sementara Kepdes Hale didampingi Herry Naif (Koordinator Program WTM – CEPF) dan Yani (Ketua BPD Egon Gahar) di Aula Kantor Desa Hale (22/03).

Herry Naif, dalam sambutannya mengatakan bahwa presentasi hasil studi ini merupakan hasil kerja para kader, anggota kelompok tani di desa Hale dan para fasilitator lapangan WTM selama beberapa bulan. Kegiatan presentasi ini mengalami penundaan terus karena desa Hale belum adanya Surat Keputusan Pengangkatan Pejabat Sementara dari Bupati Sikka.

Untuk itu, kami memberi apreseasi kepada para pihak yang bekerja keras sampai terselenggaranya kegiatan ini. Diharapkan hasil studi ini memberikan sebuah masukan postif bagi pemerintah desa dan warga dalam upaya perbaikan manajemen ekosistem dan pendapatan petani. Selain itu, pemerintah desa juga perlu meresponsnya agar program yang berjalan ini akan bermanfaat bagi petani, ajak Naif.

Yani, Ketua BPD Hale mengatakan bahwa WTM bukan hanya program ini, tetapi sebelumnya WTM juga sudah mendampingi warga ini sejak 2009 dalam program Building Resiliance. Hari ini, saya melihat bahwa motivasi WTM dalam usaha pertanian berkelanjutan ini tentunya bermanfaat bagi petani. Karena itu, presentasi hasil studi ini akan memberikan nilai-nilai yang perlu direspon pemerintah desa dan warga.

Sedangkan dalam sambutan pembukaan, Pejabat Sementara Desa Hale mengajak para peserta dan Warga pada umumnya untuk selalu memberi dukungan pada pelaksanaan program yang sedang berjalan, karena program ini tentunya berasas pada suatu niat baik, yakni meningkatkan pendapatan petani dan penyelamatan ekonomi. Apalagi WTM dalam programnya mendorong pengelolaan sumber daya alam yang eco-humanis. Yang mana pengelolaan Sumber daya alam harus berpihak pada manusia dan lingkungan.
Beliau juga mengajak warga desa Hale untuk selalu menjaga kawasan. Bila tidak, kita akan menuai persoalan-persoalan ke depan, ujarnya.

Setelah acara seremonial, dilanjutkan penyampaian alur-proses penelitian Robertus Ruben, Kader Tani desa Hale. Bahwa proses penelitian ini sudah dilakukan pada 7 kelompok dampingan WTM di desa Hale yang kami dampingi dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan 4 alat bantu yakni: Kelender Musim, Pemetaan, Transek dan Diagram Venn. Dari kegiatan ini kami telah menemukan berbagai permasalahan yang terjadi di desa ini. Lalu dilanjutkan dengan presentasi yang difasilitasi oleh Mus Mulyadi (Fasilitator Lapangan WTM).

Kegiatan presentasi ini berjalan seru yang berproses selama 4 jam ini berhasil mengelompokan beberapa permasalahan pokok yang terjadi, yakni: Lingkungan Hidup, Pertanian dan Pembentukan Lembaga Adat dan Kesehatan. Dari keempat permasalahan ini direkomendasikan Peraturan desa terhadap Penyelamatan Lingkungan, Pengelolaan Pertanian dan Peternakan agar memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku. Selain itu juga perlu direvitalisasi nilai-nilai lokal dengan kembali dibentuk dan dikukuhkan lembaga adat. (Ryn-KN)

Senin, 13 Maret 2017

Rapat Persiapan Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam di Mapitara

Maumere, KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dalam program Improving Ecoystem Manajement and Livehoods in around Mt. Egon Indonesia, memiliki salah satu aktifitas program yakni Workshop Pengeolaan Sumber daya alam. Workshop ini diawali dengan Studi Pengeloaan Sumber Daya Alam (PSDA) di Wilayah Mapitara, yakni desa Egon Gahar, Natakoli, Hale dan Hebing. Kegiatan Workshop ini akan dilanjutkan dengan penyusunan Rancangan Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur tentang Pengelolaan Sumber daya alam yang eko-humanis.

Rencananya kegiatan ini akan dilangsungkan di Paroki Hebing dengan menghadirkan Nara Sumber John Bala (Direktur Lembaga Advokasi dan Pendidikan Kritis (Ba'Pikir)), dan Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra). Sebagai persiapan, Tim Program WTM - CEPF melakukan pertemuan di kantor WTM, Jalan Wairklau yang dipimpin oleh Wihelmus Woda, Koordinator Advokasi (13/03), . Hadir dalam kegitan tersebut Herry Naif (Koordinator Program WTM - CEPF).

Dalam rapat itu, tim menyepakati Mus Mulyadi sebagai ketua dan Yanto Yustinus sekretaris panitia penyelenggara kegiatan workshop tersebut. Pembahasan ini menyangkut berbagai bagai hal teknis agar bagaimana menyukseskan tersebut. Herry Naif (Koordinator Program) menegaskan bahwa wilayah penyelenggaraan kegiatan itu masih sulitnya komunikasi melalui handphone dan lain-lain karena itu harus jauh-jauh sebelum kegiatan harus diatasi. Malah semua harus diselesaikan sebelum penyelenggaraan agar kegiatan itu tidak mengalami hambatan, ujarnya.

Sedangkan Enesita Dua Sina, mengatakan bahwa saya akan mempelajari anggaran dan mencoba untuk mendrafting anggaran agar penggunaan budget tepat sesuai dengan apa yang terterah dan malah memang harus dipikirkan agar berbagai pengeluaran itu sesuai dengan besaran budget yang tersedia. Sebelum menutup pertemuan tersebut dibahas juga beberapa hal teknis tentang pelaksanaan program terutama tentang pengechekan tanaman penghijauan di wilayah mata air yang dihijaukan bersama berbagia komponen, pembibitan tanaman komoditi yang dilakukan dan pengadaan ayam dengan mencari sebuh mekanisme yang tepat agar berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan bersama. (Ryn-KN)

Sabtu, 11 Maret 2017

MEMOTRET PELAKSANAAN HKM DI EGON GAHAR

Egon Gahar, KN. Kawasan Hutan lindung Egon Ilin Medo dan Wuko Lewoloro di Kabupaten Sikka merupakan kawasan hutan lindung yang berada di dalam 30 desa dan 5 Kecamatan perlu dikelola bersama baik oleh masyarakat atau pun pemerintah dengan memperhatikan aspek ekologi tanpa meninggalkan ruang partisiasi warga sekitar. Kedua kawasan hutan ini yang kemudian pada tahun 2010 ditetapkan menjadi Areal pencadangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dengan SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.388/Menhut-II/2010 tentang Areal Pencadangan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Kawasan Lindung Egon Ilin Medo dan Wuko Lewo loro seluas 16. 755 Ha.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Republik Indonesia di tetapkan di tahun 2010 merupakan sebuah upaya yang lakukan adalah pendekatan kepada pemerintah desa dan masyarakat adat dalam hal ini tokoh adat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk bisa menerima program HKm karena program ini dapat menyelesaikan konflik yang berkepanjangan. Dalam pelaksanaan program ini Pendampingan yang serius dari berbagai pihak agar dapat memberikan output yang bermanfaat bagi kelestarian hutan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Secara khusus kepada kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mapi Detun Tara Gahar, Egon Gahar yang mendapatkan areal seluas 398 Ha, itu mengalami kemandekan dalam pelaksanaan pengelolaan tersebut. Wahana Tani Mandiri dalam kerja sama dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dalam program Improving Manajamen Ecosystem dan Livehoods Arround Mt. Egon Ilimedo - Indonesia, salah satu kegiatannya adalah mendorong percepatan pelaksaan HKm sebagai salah satu bentuk renegosiasi negara dengan rakyat dalam mengedepankan pengelolaan yang eco-humanis.

Karena itu, melihat kemandekan itu maka dilakukan pertemuan Wahana Tani Mandiri. Kegiatan dihadiri oleh Herry Siswadi, (Kepala Seksi Perlindungan dan Koserservasi dan Pemberdayaan Masyarakat UPT PKH Kabupaten Sikka )dengan pengurus dari keempat Sub-kelompok HKm di Egon Gahar yang difasilitasi oleh Yan Vitalis Yulianto (Kepala Desa Egon Gahar), Herry Naif (Koordinator Program WTM - CEPF), dan para staf lapangan WTM. Pertemuan ini dilakukan di Aula Kantor Desa Egon Gahar, (11/03).

Dari pertemuan tersebut, ada beberapa hal diantaranya: (1) Pendataan Kembali keanggotaan kelompok dan pembahasan internal melalui pertemuan Sub Kelompok HKm, (2) Reorganisasi dan Restrukturisasi dalam upaya perbaikan manajemen kelompok HKm (3) Pembahasan tentang metode dan mekanisme distribusi lahan adil berdasarkan kesepakatan bersama (4) Dilakukan Musyawarah Bersama Kelompok HKKM Mapi Detun Tara Gahar, Egon Gahar. (Ryn)

Jumat, 10 Maret 2017

WTM, MASSIPAG FILIPINA BERSAMA MITRA MISEREOR DI NTT MENGUMANDANGKAN DEKLARASI JIRO JARO

WTM, MASSIPAG FILIPINA BERSAMA MITRA MISEREOR DI NTT MENGUMANDANGKAN DEKLARASI JIRO JARO

Wahana Tani Mandiri (WTM) dan Massipag Filipina dalam kerja sama dengan Misereor Jerman menyelenggarakan kegiatan Workshop People Led Development In Nusa Tenggara Timur – Indonesia dengan menghadirkan lima (5) lembaga di NTT sebagai Mitra Misereor yakni: Yayasan Tana Nua (YTN) Flores, Yayasan Tana Nua (YTN) Timor, Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) Manggarai Barat, Yayasan Pengembangan Kemanusian (YPK) Donders Sumba Barat Daya dan Wahana Tani Mandiri (WTM). Peserta kegiatan Workshop 30 orang itu terdiri dari utusan petani dan staf lembaga dari setiap lembaga mitra.

Kegiatan workshop yang berlangsung di Pusat Sekolah Lapangan (Puskolap) Jiro-Jaro, Tana Li, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka, selama empat (4) hari, (6-9 Maret 2017) itu ditutup dengan pembacaan:

DEKLARASI JIRO JARO

Petani dan Pemimpin Desa dari Manggarai Barat, Ende, Sikka, Timor Tengah Selatan dan Sumba Barat Daya bersama LSM Yakines, Tananua Flores, Wahana Tani Mandiri (WTM), Tananua Timor Kpang dan Yayasan Pengembangan Kemanusian Donders (YPKD) dengan ini menyatakan bahwa:

1. Kami mampu membangun gerakan di komunitas, mengembangkan pertanian berkelanjutan dan konservasi sumber daya alam; 2. Kami mampu menjadi agen perubahan untuk membangun kemandirian komunitas; 3. Kami memiliki nilai-nilai dan prinsip kearifan lokal serta kemandirian untuk mendorong dan mensejahterahkan masyarakat petani; 4. Pemimpin desa yang siap melayani masyarakat dan memfasilitasi dalam pembuatan PERDES pertanian organik secara transparan dan akuntable

Harapan kami adalah:

“Dengan iman , tawakal, kerja keras yang beraskan gotong royong, kami mampu mencukupi kedaulatan pangan organik, lingkungan lestari, masyarakat desa sehat dan NTT sejahtera”

Kami percaya bahwa:

Kami memiliki nilai kejujuran, terbuka, adil, bijaksana, tegas, bersosial, beradab, sopan santun, disiplin serta memiliki prinsip yang demokrasi, akuntabilitas, partisipatif, desentralisasi, kesetaraan, kesatuan beragam serta kerja sama;

Oleh karena itu:

Kami akan: 1. Membagi informasi pertanian organik kepada semua anggota kelompok 2. Membuka pasar hasil organik 3. Membuka laboratorium khusus untuk pertanian organik 4. Menjadi contoh atau teladan bagi petani lain 5. Mengembangkan kebun-kebun contoh organik 6. Melakukan advokasi kebijakan di bidang pertanian, bidang pemasaran, lingkungan dan konservasi serta bidang pemberdayaan perempuan dan anak 7. Membangun mintra dengan stakeholder dari piak LSM, SKPD, Mitra lembaga serta universitas/sekolah tinggi terkait; 8. Menjadi fasilitator dan pelopor pertanian berkelanjutan untuk mengorganisir masyarakat dalam kelompok yang mandiri; 9. Mengembangkan budidaya pangan lokal yang beranekaragam, membangun lumbung pangan dan lumbung benih agar tercipta kedaulatan pangan.

Kami Menolak:

1. Pertanian Berbasis Kimia 2. Bantuan Subsidi yang berbasis kimia dari pihak manapun 3. Pengrusakan lingkungan akibat perambahan hutan, sistem tebas bakar dll. 4. Eksploitasi pertambangan 5. Human Trafficing

Jiro Jaro, 9 Maret 2017

DEKLARASI JIRO JARO

DEKLARASI JIRO JARO

Petani dan Pemimpin Desa dari Manggarai Barat, Ende, Sikka, Timor Tengah Selatan dan Sumba Barat Daya bersama LSM Yakines, Tananua Flores, Wahana Tani Mandiri (WTM), Tananua Timor Kpang dan Yayasan Pengembangan Kemanusian Donders (YPKD) dengan ini menyatakan bahwa:

1. Kami mampu membangun gerakan di komunitas, mengembangkan pertanian berkelanjutan dan konservasi sumber daya alam; 2. Kami mampu menjadi agen perubahan untuk membangun kemandirian komunitas; 3. Kami memiliki nilai-nilai dan prinsip kearifan lokal serta kemandirian untuk mendorong dan mensejahterahkan masyarakat petani; 4. Pemimpin desa yang siap melayani masyarakat dan memfasilitasi dalam pembuatan PERDES pertanian organik secara transparan dan akuntable

Harapan kami adalah:

“Dengan iman , tawakal, kerja keras yang beraskan gotong royong, kami mampu mencukupi kedaulatan pangan organik, lingkungan lestari, masyarakat desa sehat dan NTT sejahtera”

Kami percaya bahwa:

Kami memiliki nilai kejujuran, terbuka, adil, bijaksana, tegas, bersosial, beradab, sopan santun, disiplin serta memiliki prinsip yang demokrasi, akuntabilitas, partisipatif, desentralisasi, kesetaraan, kesatuan beragam serta kerja sama;

Oleh karena itu:

Kami akan: 1. Membagi informasi pertanian organik kepada semua anggota kelompok 2. Membuka pasar hasil organik 3. Membuka laboratorium khusus untuk pertanian organik 4. Menjadi contoh atau teladan bagi petani lain 5. Mengembangkan kebun-kebun contoh organik 6. Melakukan advokasi kebijakan di bidang pertanian, bidang pemasaran, lingkungan dan konservasi serta bidang pemberdayaan perempuan dan anak 7. Membangun mintra dengan stakeholder dari piak LSM, SKPD, Mitra lembaga serta universitas/sekolah tinggi terkait; 8. Menjadi fasilitator dan pelopor pertanian berkelanjutan untuk mengorganisir masyarakat dalam kelompok yang mandiri; 9. Mengembangkan budidaya pangan lokal yang beranekaragam, membangun lumbung pangan dan lumbung benih agar tercipta kedaulatan pangan.

Kami Menolak:

1. Pertanian Berbasis Kimia 2. Bantuan Subsidi yang berbasis kimia dari pihak manapun 3. Pengrusakan lingkungan akibat perambahan hutan, sistem tebas bakar dll. 4. Eksploitasi pertambangan 5. Human Trafficing

Jiro Jaro, 9 Maret 2017

Rabu, 08 Maret 2017

WTM DAN MASSIPAG FILIPINA LAKUKAN PEMBELAJARAN DAN SHARING INFORMASI

Maumere, KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dan Massipag Filipina dalam kerja sama dengan Misereor Jerman menyelenggarakan kegiatan Workshop People Led Development In Nusa Tenggara Timur – Indonesia dengan menghadirkan lima (5) lembaga di NTT sebagai Mitra Misereor yakni: Yayasan Tana Nua (YTN) Flores, Yayasan Tana Nua (YTN) Timor, Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) Manggarai Barat, Yayasan Pengembangan Kemanusian (YPK) Donders Sumba Barat Daya dan Wahana Tani Mandiri (WTM).

Kegiatan ini dibuka oleh Elisabeth Cruzada (Konsultan Misreor-Filipina). Peserta kegiatan Workshop, 30 orang untusan dari setiap lembaga mitra yang hadir. Kegiatan ini dilakukan di Pusat Sekolah Lapangan (Puskolap) Jiro-Jaro, Tana Li, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka (6-9 Maret 2017).

Dalam sambutan awal, Elisabeth (Konsultan Misereor) memberi apreseasi kepada WTM yang bersedia menjadi tuan rumah dari kegiatan ini. Selain itu, Bess, juga mengajak para peserta agar selama kegiatan ini yang akan dilakukan selama 4 hari (6-9 Maret) melakukan pertukaran informasi lapangan tentang kegiatan yang diemban selama ini dan itu akan menjadi pembelajaran menarik untuk dilakukan perbaikan dalam berbagai aktifitas ke depan. Kegiatan ini dihadiri oleh Inge Lempp (Konsultan Misereor untuk wilayah Indonesia Timur) dan yang hadir dari Masipag Filipina diantaranya: Elisabeth Crusada (Konsultan Misereor Filipina), Cris Penerio (Koordinator Nasional Masipag), Clarisa Yesha Ramos (Koordinator Program PPG), Trangguliano Piladobot (Dewan Tani Massipag).

Sedangkan, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengucapkan terima kasih kepada Misereor yang mempercayakan WTM sebagai penyelenggara kegiatan ini. Dan Terima kasih juga kepada Masipag yang ingin ke Indonesia untuk bersama-sama menyelenggarakan kegiatan dimaksud. Kami berharap dengan penyelenggarakan kegiatan ini, WTM akan semakin membenahi diri menjadi lebih yang akuntable dan transparan bagi publik dan kemudian berdampak positif kepada kader yang sedang dipercaya sebagai agen perubahan di kampung masing-masing. Beberapa tujuan dari kegiatan ini adalah: pertama, sharing pembelajaran antara mitra misereor, kedua, penemuan nilai dan strategi yang hendak dikembangkan mitra. Ketiga, membangun solidaritas antar lembaga dan wilayah dalam mewujudkan people led development sebagai substansi program yang perlu dicapai. Keempat adalah menjadi momentum untuk mempererat persaudaraan di antara lembaga mitra misereror.

Pada hari pertama, kegiatan diawali dengan perkenalan dan presentasi awal soal profil aktifitas dari setiap lembaga yang sedang bekerja sama dengan Misereor. Ada berbagai aktifitas dan isu yang dibicarakan di sana namun hampir semua difokuskan pada tataran pengelolaan pertanian berkelanjutan dengan berbagai problemnya. Hari kedua, para peserta dibagi menjadi tiga (3) kelompok untuk melakukan kunjungan lapangan yakni di desa Bhera (kelompok Tani Lowo Lo’o. Di kelompok ini para peserta belajar tentang penelitian kawin silang dan pengelolaan pertanian berkelanjutan dan Sinar Tani Detugau belajar tentang Usaha Bersama Simpan Pijam dalam kelompok Tani. Sedangkan di desa Dobo Nuapu’u para peserta belajar tentang perkebunan kakao dan bagaimana tentang mengadvokasi pemerintah desa agar kemudian berpihak pada kepentingan petani.

Sedangkan pada hari ketiga, para kader tani Wahana Tani Mandiri juga menghadiri acara tersebut untuk mensharingkan pengalaman mereka dalam mengadvokasi kebijakan di tingkat desa dan teknis pertanian di kelompok-kelompok tani dampingan WTM yang tersebar di kecamatan Mego, Tanawawo dan Magepanda. Pada acara ini, para kader tani WTM penuh semangat dalam mempresentasikan apa yang telah dibuatnya di desa. Kendatipun demikian masih banyak kisah gagal yang harus diperbaiki dalam program-program ke depan agar cita-cita people led development (rakyat adalah pemimpin pembangunan terwujud) di wilayah yang sedang didampingi WTM. (HN-KN)

FILM DOKUMENTER WAHANA TANI MANDIRI

Jumat, 03 Maret 2017

Sambil Evaluasi, Sambil Mempersiapkan Pertemuan Mitra Misereor

Maumere KN, Sebuah rutinitas yang harus dijalankan oleh para kru WTM adalah evaluasi dan perencanaan bulanan. Evaluasi ini dimaksud untuk melihat sejauh mana pelaksanaan kegiatan lapangan yang dilakukan oleh setiap staf dan para koordinator WTM. Sedangkan perencanaan merupakan kerangka kegiatan yang akan dijalankan oleh setiap individu di WTM.

Biasanya evaluasi itu dilakukan selama 2 hari dan pada hari ketiga akan dilakukan breaving oleh staf yang dipercayakan sesuai dengan topik yang dilihat penting. Namun pada bulan Februari ini, evaluasi dilakukan selama lima (5) hari, sebab selain dilakukan evaluasi para kru WTM juga harus mempersiapkan tempat Puskolap Jiro-Jaro terutama membenahi beberapa hal penting di sana. Malah yang paling urgen adalah menyelesaikan pembangunan Aula Jiro - Jaro yang sempat tertunda karena kondisi kesibukan internal. Kegiatan evaluasi bulan Februari dipimpin oleh Herry Naif (Koordinator Program CEPF) yang dihadiri oleh para staf baik dari program Misereor dan CEPF (28/02-3/03).

Kendatipun demikian, semangat dan senyum terus menemani para kru WTM. Malah, menurut Marianus Mayolis dan Yan salah satu staf baru yang sedang bertugas mendampingi petani di wilayah Kecamatan Tanawawo mengatakan bahwa kegiatan ini dimaknai dalam bingkai proses pembelajaran yang akan memberi nilai kematangan. Selain itu adalah wujud solidaritas diantara teman-teman kru WTM.

Dalam evaluasi itu ada beberapa agenda yang dibahas adalah (1) pelaksanaan kegiatan oleh setiap staf (2) Evaluasi Green Valentine's Day (3) Pemantapan persiapan pertemuan Misereor dengan Mitra di Puskolap Jiro-Jaro. (4) Perencanaan Kegiatan bulan Maret. Keempat agenda ini menjadi bahasan yang menarik dan diskusikan oleh kru.

Para fasilitator lapangan wilayah Timur (Mapitara) banyak menyinggung soal penyelamatan kawasan ekologi di kawasan Egon. Bukan saja mendorong pertanian berkelanjutan tetapi warga Mapitara diajak untuk berpartisipasi dalam penyelamatan mata air. Dalam bahasan itu para staf masih mengangkat soal penghijauan yang tertunda. Mendengar itu, Ernest dengan ceplos menyatakan itu adalah penghijauan susulan. semua staf yang lagi serius itu, seakan kaget dan menertawakan karena ada penghijauan susulan.

Sedangkan hal yang sama juga terjadi di wilayah program Misereor yangmana ada penghijauan sporadis yang dilakukan di beberapa titik mata air seperti di Woloboa dan Koro (desa Rero Roja), selain adanya beberapa praktek pembutan pupuk dan pestisida organik yang difasilitasi oleh kader tani.

Sedangkan mengenai kegiatan Green Valentines day, lebih disoroti soal koordinasi para pihak yang terlibat, dimana belum secara efektif karena interval waktu yang sangat dekat antara konsolidasi dan pelaksanaan kegiatan. Malah diperparah karena beberapa hari di wilayah ini mengalami angin kencang yang kemudian menyibukan para pihak juga melakukan pemulihan lokasi. Persiapan mitra direspon dengan dingin saja karena hingga hari ini pembangunan aula jiro jaro belum usai. Persiapan lainnya dinyatakan hampir selesai.

Dalam perencanaan bulan Maret, ada dua agenda kegiatan yang akan dilakukan oleh CEPF adalah penyusunan legal draft Perdes PSDA di desa Natakoli, Hale, Hebing dan Egon Gahar. Lebih dari itu akan dilakukan Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan para pihak yang akan melibatkan beberapa pihak terutama instansi yang punya keterkaitan dengan isu Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA). (TIM - KN)

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...