Sabtu, 24 Juni 2017

WTM DISTRIBUSI AYAM DI DESA HEBING

Maumere, KN. Dalam Program Improving Ecosystem Manajemen and Livehoods Around Mt Egon Indonesia, Kerja sama WTM dengan CEPF, salah satu programnya adalah mendukung upaya budidaya ternak para petani dampinngan. Selain WTM memfasilitasi kapasitas petani tentang bagaimana beternak yang baik, petani juga diberi stimulans ayam sebanya 3 ekor, 2 ekor ayam betina dan 1 ekor ayam jantan.

Sebagai kelanjutan kegiatan pengadaan ayam ini, Suplaier (Fransiskus Lokonbai) bersama tim WTM bertemu dengan 2 kelommpok tani dampingan di desa Hebing, Kecamatan Mapitara, yakni kelompok tani Rulaling dan Kelompok tani Hewer Limang.

Kegiatan pendistribusian 202 ekor ayam itu dihadiri oleh sebagaian anggota kelompok. Kegiatan itu difasilitasi oleh Marianus Mayolis (Fasilitator Lapangan WTM) dihadiri oleh  Sensimus Bajo (Ketua Kelompok Rulaling) dan Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF, di dusun Hebing, Sabtu 24 Juni 2017.

Pada acara pembukaan, Sensimus Bajo (Ketua Kelompok Rulaling) mengucapkan terima kasih kepada WTM-CEPF yang selalu setia mendampingi kelompok-kelompok tani di wilayah Mapitara termasuk kami di kelompok tani Rulaling. Saya berharap bahwa ayam yang diadakan oleh WTM serta ilmu budidaya ternak ayam yang sudah difasilitasi itu menjadi model untuk dikebangkan oleh anggota kelompok tani.

Penyerahan simbolk ayam dari suplaier kepada ketua kel. Rulaling
Fransiskus Lokonbai (Suplaier ayam) juga diberi kesempatan menyeringkan pengalamannya dalam budidaya ternak ayam. Saya adalah salah satu peternak ayam di Sikka yang setiap hari mendistribusi 700 telur ayam kepada dua hotel di Maumere yakni hotel Pelita dan Silvia. Itu artinya bahwa kalau petani serius dalam budidaya ternak ayam bisa menjadi pendapatan yang mampu memperbaiki pendapatan ekonomi kita.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa prinsip dasar dalam beternak ayam adalah perencanaan yang matang dan konsistenis dalam melakukan budidaya seturut apa yang kita tahu. Untuk mengatasi penyakit ayam bisa dilakukan dengan vaksin ayam atau membuat ramuan-ramuan seperti memberi makan daun pepaya, kunyit dll. Dan bila telah ada ayam yang mati karena penyakit sebaiknya ayam dimasukan dalam kandang dan kemudian di kasih saja pencahayaan lampu, ujarnya.

Sedangkan, Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF mengatakan bahwa kegiatan distibusi ayam itu mengalami beberapa kendala dimana beberapa kali droping dilakukan dari luar dan hasilnya ayam itu tidak bisa bertahan hidup di wilayah Mapitara. Kemudian diambil kebijakan oleh WTM dengan pola pembelian ayam di wilayah mapitara tetapi dari luar anggota kelompok.

Prinsipnya ayam yang mau diadakan itu untuk menambah jumlah ayam pada setiap anggota petani.
Karena itu, tidak heran bila pendistrbusian itu mengalami penundaan waktu distribusi karena harus menungguh pengumpulan ayam, setelah itu Suplaier akan mengatur proses pengadaannya, ujar Herry.

Setelah itu dilakukan penyerahan simbolik dari suplaier kepada ketua kelompok tani Rulaling disaksikan oleh Tim WTM dan Anggota kelompok tani yang hadir pada saat itu. (Ryn-KN)

Jumat, 23 Juni 2017

WTM DAN KIARA KAPASITASI PEREMPUAN NELAYAN DI SIKKA

Mumere, KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Koalisi untuk Keadilan dan Perikanan Rakyat (Kiara) dalam Program Right to Food mengadakan  kegiatan pelatihan kepemimpinan bagi perempuan nelayan di Kabupaten Sikka. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di aula Puskolap P4S Jiro Jaro, Tanali, dihadiri 31 peserta dari beberapa desa yang berada di pesisir pantai Kabupaten Sikka. Desa  Kelurahan yang ikut kegiatan, yaitu: Waioti, Kota Uneng, Reroroja, Nangahale, Sikka, Lela, Mauloo, 20 – 22 Juni 2017.
Pembukaan acara itu, dihadiri oleh Konstantia Arankoja (Kadis P2KBP3A) Sikka dan Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dan dua fasilitator, yakni: Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra) dan Raymundus Tiwa (Jurnalis) dan beberapa staf WTM.
Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan, selama ini nelayan selalu dilupakan dalam hal pendampingan karena kegiatan mereka yang memaksa mereka selalu berada di di laut. Oleh karena itu ada pemikiran untuk mempersatukan dan meningkatkan kapasitas nelayan melalui kaum perempuan. Ini menjadi pintu masuk untuk mencapai hal tersebut adalah melalui kaum perempuan nelayan.
Sedangkan, Konstantia Arankoja (Kadis P2KBP3A)  dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada WTM dan Kiara yang sudah menyelenggarakan kegiatan pelatihan dan memberikan ruang kepada mereka untuk hadir dalam kegiatan ini.
Menurut Konstantia, bahwa dalam proses pendampingan, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, namun harus ada dukungan dari semua pihak termasuk dukungan dari LSM yang ada di kabupaten Sikka ini.
Perempuan harus berpikir lebih rasional karena sudah diberikan ruang untuk belajar menjadi pemimpin agar bisa membangun daerah mereka. Ia juga menyampaikan bahwa pemerintahan sangat merespon baik perencanaan dari tingkat paling bawah, sehingga harapan beliau setelah kembali dari mengikuti kegiatan ini, meraka harus menginventarisir kebutuhan para nelayan serta harus mengikuti kegiatan musrembang karena itu adalah momen yang pas untuk  menyampaikan kebutuhan para nelayan, ujarnya.
Selama 3 hari ini,  para peserta menjadi lebih mengerti dan paham mengenai bagaimana menjadi seorang pemimpin dan menjadi seorang fasilitator yang baik.
Yohanes Suban Kleden, dalam materi mengenai Kepemimpinan, beliau membacakan sebuah cerita yang berjudul “Srikandi Air Bersih”. Cerita ini menggambarkan perjuangan seorang wanita yang berani melawan budayanya yang melarang wanita untuk menjadi pemimpin, serta mampu merubah lingkungannya menjadi lebih baik, dengan mendatangkan air bersih, menciptakan kehidupan gotong royong dan banyak anak – anak yang sudah rajin untuk ke sekolah.
Setelah membacakan cerita beliau memberikan pertanyaan penuntun agar peserta lebih rileks untuk berdiskusi, kemudian presentasi hasil diskusi. Dari hasil diskusi, Sun menyimpulkan bahwa hal yang paling mendasar ketika kita menjadi seorang pemimpin adalah  berani terima resiko.
Pada materi Teknik Memfasilitasi, Raymundus menjelaskan bahwa seorang fasilitator yang baik harus memiliki beberapa ketrampilan, seperti: mampu menganalisis  keadaan sosial, mampu melakukan negosiasi dengan pihak lain, melakukan konsultasi, mampu merangkul semua anggota. Selain itu juga disampaikan tentang langkah-langkah dalam membentuk suatu komunitas serta peran-peran dari seorang organizer.
Setelah peserta dibekali dengan berbagai materi, di hari ketiga peserta diberikan kesempatan untuk praktek memfasilitasi.
Pada sesi praktek ini, peserta sangat antusias bermain peran sebagai seorang fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa semua peserta yang hadir serius mendengarkan materi dan mereka mau membuat perubahan di lingkungan mereka.
Sebelum kegiatan pelatihan ini ditutup, Direktur WTM bersama Fasilitator, memfasilitasi peserta untuk membentuk organisasi Nelayan dengan nama “ Ikatan Perempuan Nelayan Sikka” (IPNES). Organisasi ini memiliki struktur sebagai berikut: Ketua: Margaretha Lenny Riti, Sekretaris: Agustina Nona, Bendahara: Dahlia, Publikasi: Novi, Kordinator wilayah Utara: Yaya, Koordinator Wilayah Selatan        : Elisabeth Noran Soge, Pemberdayaan: Katarina Dolorosa
Setelah selesai pembentukan organisasi Kegiatan pelatihan Kepemimpinan Perempuan Nelayan Program Right to Food” kerjasama dari Lembaga Kiara dengan WTM ditutup dengan resmi oleh direktur WTM, Winfridus Keupung



           


Rabu, 21 Juni 2017

WTM BERSAMA PEMDES DAN BPD SE-KECAMATAN MAPITARA HASILKAN 3 PERDES

Pertemuan Tim Perumus Perdes Hebing
Maumere, KN. Dalam Program "Improving Ecosystem Manajemen and Livehoods Around Mt. Egon Indonesia Kerja sama dengan Crytical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dengan Wahana Tani Mandiri (WTM) bahwa dalam satu kegiatan itu adalah Perumusan Peratuan Desa dalam Kaitan dengan Penyelamatan Kawasan Egon Ilimedo.
Karena itu, semenjak November telah dilakukan studi pengelolaann Sumber daya alam yang dilakukan WTM dan Para Kader tani. Dari hasil studi ini kemudian dirangkum dan disempurnakan menjadi profil ekologi dari keempat desa di kecamatan Mapitara diantaranya: Hale,Hebing, Egon Gahar dan Natakoli.

Dalam kegiatan presentasi hasil studi yang dilakukan di setiap desa ini, direkomendasikan untuk dibuatkan Peraturan Desa, sebagai upaya penyelamatan ekologi.
Mengawali kegiatan Pembuatan Peraturan Desa dilakukan pelatihan legal drafting yang dilanjutkan dengan Analisa ROCCIPI dan Perumusan Perdes yang difasilitasi oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra).

Dari proses yang terjadi, hingga sekarang sudah ada 3 (tiga) Draft Perdes yg sudah dihasilkan, yakni:
·  Draf Perdes Hebing tentang Perlindungan Kawasan Mata Air yang sudah dilakukan konsultasi publik dan kini dikonsultasikan ke Pemerintah kecamatan Mapitara dan Bagian Hukum Sikka
·     Draft Perdes Hale tentang Penertiban Pemeliharaan Ternak yang siap dilakukan konsulitasi publik dan kemudian disempurnakan untuk mendapatkan draft yang dapat dikonsultasikan ke Pemerintah Kecamatan dan Bagian Hukum
·    Draft Perdes Egon Gahar tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Air yang siap dilakukan konsulitasi publik dan kemudian disempurnakan untuk mendapatkan draft yang dapat dikonsultasikan ke Pemerintah Kecamatan dan bagian hukum
Sementara waktu akan diselesaikan draft Peraturan Desa untuk Desa Natakoli tentang Perlindungan Kawasan Mata Air. 

Itu berarti bahwa untuk wilayah kecamatan Mapitara akan ada 4 Peraturan Desa yang dihasilkan. Diharapkan dengan proses ini ada sebuah pembelajaran positif terutama dalam partisipasi warga dalam pembuatan peraturan desa dan lebih dari itu adalah pengimplementasian dari Peraturan Desa tersebut demi sebuah upaya penyelamatan ekologi di kawasan ekologi di Egon Ilimedo.


Catatan Lepas: Herry Naif, Koorditor Program WTM-CEPF.

7 KELOMPOK TANI DI HEBING IKUTI PELATIHAN MANAJEMEN KELOMPOK

Maumere KN, Dalam rangka pembenahan dan perbaikan manajemen kelompok tani, Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Crytical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dalam Program "Improving Ecosystem Managemen and Livehoods around Mt. Egon Indonesia, yang dilakukan sejak bulan Mei 2016. Itu berarti bahwa proses pendampingan WTM telah berlangsung setahun program karena itu dinilai bahwa pembenahan manajemen kelompok menjadi sesuatu yang penting dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kerja sama, solidaritas dan keorganisasian.

Kegiatan Pelatihan Manajemen yang dilakukan di desa Hebing ini mengikutsertakan 7 kelompok Tani diantaranya: Kelompok Rulaling, Cinta Sesama, Baru Muncul, Gawer Gahar, Watu Kogang, Watu Wawit dan Natar Maget, 6 Juni 2017.

Kegiatan ini dibuka oleh Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi WTM - CEPF. Dalam pembukaannya, Will menegaskan bahwa pengurus kelompok-kelompok tani dampingan yang hadir pada kesempatan ini adalah menjadi signal positif dimana kita ingin memperbaiki manajemen yang selama ini kita bangun. Atau mungkin juga selama ini kita asal berkelompok. Sebab, berkelompok atau berorganisasi butuh sebuah pengetahuan akan manajemen yang baik untuk diterapkan.

 Kegiatan ini difasilitasi oleh dua fasilitator Lapangan WTM-CEPF (Yustinus Yanto) dan Marianus Mayolis. Kegiatan pembelajaran ini berjalan seru yang mana selain ada presentasi, tanya jawab dan diskusi kelompok. Malah, kelompok-kelompok tani itu mentestimonikan apa yang selama ini terjadi pada kelompoknya sebagai wujud pembelajaran bersama.

Materi yang disampaikan yakni, tentang Administrasi kelompok, model-model kepemimpinan, kerja sama, dan berbagai materi lain yang punya kaitan dengan manajemen kelompok. (Ryn-KN)

Selasa, 20 Juni 2017

KUNJUNGAN KEBUN DAN PEMANGKASAN KAKAO DI KELOMPOK LERO BEKOR 1

KUNJUNGAN KEBUN DAN PEMANGKASAN KAKAO
KELOMPOK LERO BEKOR I, DUSUN LERE, DESA EGON GAHAR
(Catatan Lepas dari Lapangan)
Oleh: Yustinus Yanto


Kunjungan kebun merupakan kegiatan yang sangat penting, dimana kita dapat melihat secara langsung tentang kondisi topografi, jenis tanaman yang ditanam, dan bagaimna cara pengelolaan kebun yang dilakukann petani. Kunjungan ini juga dimaksud agar fasilitator ingin mengetahui secara pasti desain pasti dari sebuah kebun petani yang kemudian menjadi referensi dalam peningkatan kapasitas yang akan dilakukan baik di kelompok maupun dalam forum-forum wilayah.
Karena itu, pada hari senin, 19 Juni 2017 Fasilitator Lapangan WTM - CEPF, wilayah Egon Gahar (Yustinus Yanto) bersama Anselmus Gogu (Ketua Kelompok Lero Bekor 1) dan beberapa anggota kelompok. 
Dalam kunjungan itu, rombongan belajar dari kelompok tani tersebut sempat berkeliling ke semua kebun milik anggota kelompok Lero Bekor I. Disana ditemukan bahwa masih banyak pengelolaan pertaniannya secara tradisional dan banyak kebun secara topografi kebanyakan agak miring dan sebagian datar. 
Sedangkan jenis tanaman yang ditanam mulai tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang-kacangan selain itu juga ditanam degan tanaman kakao, kemiri,kopi, cengkeh sebagai komoditi perdagangan mereka untuk menambah pendapatan keluarga.
Namun secara pengelolaan yang ada para petani terkhusus kelompok Lero Bekor I model pengelolaan pertaniannya seudah mulai berubah sehingga hasil yang dicapai cukup untuk penemuhan kebutuhan keluarga mereka, selain itu juga untuk membiayai anak sekolah.
Terkhusus tanaman perdagangan, seperti kakao memang secara populasi usaha mereka  cukup banyak hanya masih ada kekurangan yakni proses perawatan dalam hal pemangkasan  tanaman kakao ini masih kurang di perhatikan oleh petani sehingga saya mengajak mereka untuk semangat utnuk melakukan pemangkasan kakao dari kebun kebun milik anggota kelompok Lero Bekor I. 
Dalam pemangkasan kakao ini kami lebih utamakan tunas baru, batang yang  saling bertendesan, buah yang kering maupun buah yang tidak  sehat. Kenapa harus tanaman kakao harus selalu di pangkas  seperti yang tersebut diatas supaya kakao bisa meningkatkan produksinya tingggi dan peredaran udara cecara lancar  yang nantinya proses fotosintesis juga berjalan dengan baik.
Selain itu kami juga memperhatikan kondisi lingkungan kebun dimana rumput-rumput dan dedaunan di bersihkan.
Memang petani sangat terdorong apabila kita memberikan pelatihan tentang proses perawatan tanaman yang baik dan benar kerena selama ini petani hanya berbekal pada pengalaman mereka dan mungkin juga pengalaman yang sudah menjadi turun menurun dari nenek moyang sehingga kita tau hasil tanaman yang diusahakan kadang produksinya meningkat dan kadang menurun. 
Dengan kahadiran lembaga WTM untuk mendampingi mereka dan mereka pun merasa terdorong dan semangat dimana mereka medapat ilmu-ilmu pertanian sehingga menjadi bekal mereka.




Senin, 19 Juni 2017

Tim Perumus Perdes Hale Lakukan Konsultasi Publik

Maumere, KN. Setelah Tim Perumus Perdes Hale tentang Penertiban Pemeliharan Ternak melakukan analisa Roccipi dan Perumusan Peraturan Desa, tim perumus bersepakat untuk dilakukan Konsultasi Publik di 3 dusun, Napun Kontas, Glak dan Watuwolot.

Menurut Wihelmus Woda, (Koordinator Advokasi WTM) mengatakan bahwa kegiatan konsultasi publik ini selain melibatkan tim perumus, juga dilibatkan Pemerintah Desa Hale, BPD  Hale dan warga masyarakat Hale. Sesuai dengan rencananya, kegiatan konsultasi publik akan dilakukan 3 hari, yakni: 20-22 Juni 2017.

Kegiatan ini akan dilakukan di 3 dusun sebagai bentuk penyempurnaan atas draf perdes tersebut. Lebih dari itu, ini adalah wujud dari partisipasi publik di desa Hale untuk perancangan Perdes, Ujar Will. 

Sedangkan, menurut Antonius Ahmad Yani, bahwa Usaha Budidaya Ternak itu dilakukan sejak dulu. Tidak heran bila dalam sebuah kearifan lokal terdengar istilah Wihing Wawi Peni Manu. Karena itu, ternak yang berkeliaran perlu diatur dalam PERDES). 

Kita harus mengaturnya agar menimalisir konflik sosial yang sering terjadi di desa Hale karena permasalahan ternak yang merusak tanaman di kebun warga. Selain itu juga ini sebagai wujud dari sebuah pola budidaya yang lebih teratur, kata Yani.

Yang termasuk dalam Tim perumus peraturan desa Penertiban Pemeliharaan Ternak diantaranya: Pelindung (PJS. Hale): Alfons Aleti, Ketua Tim: Paskalis Arianto, Humas: Mus Jan Silvester Iry, Konsultator: Alebertus Ruben dan Antonius Ahmad Yani; Konsultan Hukum: Yohanes S. Kleden; Anggota: Philipus Padah, Antonius Teyson,  (Tokoh Adat), Kostodius A. Arifin (BPD), Petrus Koen Lahi Ere dan Alfontus (Tokoh Pemuda), Fransiskus (Staf Desa), Mateus da Gama (Tokoh Pendidik), Romo Tasman Ware (Pastor Paroki), Ade Irma (Tokoh Perempuan), Unifensius (Pemdes)

Selasa, 13 Juni 2017

STUDY FARMER TO FARMER IN SIKKA

LATAR BELAKANG
Beatriks Rika, Sedang melakukan praktek dan share pengetahuan
Pemenuhan Pangan adalah salah satu hak dasar yang merupakan tanggung jawab negara. Untuk mewujud-kongkretkan pemenuhan atau kedaulatan atas pangan sesungguhnya tak hanya pekerjaan pemerintah semata, tetapi seluruh komponen bangsa dituntut berperan aktif.
Krisis pangan terus membelit rakyat hingga hari ini. Berbagai kampanye akan kedaulatan pangan yang digalakkan berbagai komponen sebagai upaya memenuhi hak atas pangan yang  berkualitas seakan tidak menjawabi permasalahan tersebut. Malah yang terjadi adalah keterbatasan pangan dan hampir sebagian benih lokal (pangan) punah. Benih dari luar wilayah, yang merupakan hasil rekayasa genetik menjadi pilihan untuk dikembangkan di NTT. Tentunya, tidak cocok dengan kondisi alam dan iklim.
Wahana Tani Mandiri dalam kerja samanya dengan Misserior – Jerman  dalam program “Peningkatan Kapasitas Petani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi”. Hakekatnya, program bertujuan membangun kedaulatan pangan mulai dari komunitas-komunitas kecil, dengan menanam kembali berbagai varietas pangan lokal yang pernah dikembangkan masyarakat setempat. Salah satu kegiatan yang sedang dijalankan adalah pemulian benih variaetas padi lokal.
Dari aktifitas ini, kemudian melahirkan Beatriks Rika, figur perempuan yang sukses melakukan pemulian benih. Keberhasilan ini kemudian mendapatkan apreseasi sebagai salah satu Famale Food Hero, versi Oxfam tahun 2015.
Beatriks fasilitasi Study farmet to Faremer di Kel. Rembulan
Sebagai tindak lanjut kegiatan penghargaan ini, kemudian dilanjutkan dengan kerja sama WTM dengan Oxfam Indonesia dalam program Study Farmer to Farmer in Sikka”  sejak Februari – Juni 2017 telah dilakukan pembenahan penelitian, rumah penelitian, rak penelitian dan plang penelitian.
Sedangkan diskusi kedaulatan pangan yang difasilitasi oleh Beatriks Rika dan WTM itu sebanyak  14 Kelompok Tani, di 13 Desa, 6 Kecamatan, yang mana 3 wilayah program dan 3 wilayah luar program WTM di Kabupaten Sikka. Total peserta kegiatan diskusi kedaulatan pangan 297, L: 152 dan P: 145. (Lihat Tabel 1. Pelaksanaan Diskusi Kedaulatan Pangan).

Tabel 1. Diskusi Kedaulatan Pangan
NO
LOKASI KEGIATAN
KELOMPOK TANI
WAKTU
PESERTA KEGIATAN
KECAMATAN
DESA
L
P
TOTAL
1
Mego
Dobonuapu
Bugusupu
17 Januari
29
2
31


Bhera
Lowo Lo’o
5 April
9
6
15


Dobo
Kasih Ibu
8 April
5
9
14


Korobhera
Rembulan
12 April
8
15
23
2
Tanawawo
Bu Selatan
Nue Heu Pega
3 April
4
12
16


Poma
Pama Mbale 1
11 April
20
18
38


Renggarasi
Watu Teke
4 April
9
6
15
3
Magepanda
Done
·   Bogo Sama 2
·   Tedo Tembu
21 Maret
10
7
17
4
Mapitara
Hale
Suka Tani
24 Maret
12
3
15


Natakoli
Popo Wolot
25 Maret
8
14
32
5
Kangae
Teka Iku
Mawar
23 Maret
3
22
25


Langir
Wawua
22 Maret
6
23
29
6
Talibura
Bangkoor
Kojablo
20 Maret
15
4
19

TOTAL



145
152
297

TUJUAN
·         Pembelajaran akan pemulian padi lokal sebagai solusi atas keterbatasan benih;
·         Kampanye kedaulatan pangan di kelompok tani;
·         Mendorong keterlibatan Negara/Pemerintah melalui sebuah kebijakan yang mendukung pengembangan pola pertanian yang organik dan mengembangkan kapasitas inovatif bagi petani.

 OUTPUT
·         Adanya benih padi lokal yang unggul dan adaptif terhadap perubahan iklim ditemukan melalui praktek pemulian benih padi;
·         Adanya motivasi bagi petani lain agar melihat pemulian sebagai solusi petani dalam menghadapi keterbatasan benih dan terutama adaptif perubahan iklim;
·         Mendorong Pemerintah agar menjadikan pemulian benih sebagai sebuah solusi inovatif dalam bidang pengelolaan pertanian;

 PELAKSANAAN KEGIATAN

PERSIAPAN TIM BERSAMA BEATRIKS RIKA
Secara lembaga, Wahana Tani Mandiri - WTM) berinisiasi menggagas kerja sama dengan Oxfam Indonesia sebagai salah satu bentuk kampanye sekaligus penyebarluasan pengetahuan dengan pola “Study Farmer to Farmer” terutama ke kelompok dampingan WTM dan beberapa lokasi lain yang dipandang perlu.
Mengawali kegiatan ini,  dilakukan Breaving materi Kedaulatan pangan oleh Carolus Winfridus Keupung (Direkur WTM), Dedy Alexander  (Koord Advokasi Pertanian), Maria Marta Muda (Koordinator Advokasi dan Riset dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), Herry Naif (Koordinator Program CEPF) .
Kegiatan ini difasilitasi oleh Carolus Win Keupung, yang mana dalam materi itu ia menegaskan bahwa kedaulatan pangan menjadi hal yang urgen. Dan salah satu wujud kegiatan itu adalah Pemuliaan.

PENGEMBANGAN PENELITIAN/PEMBUATAN RUMAH PEMBIBITAN
Sebagai bentuk pembenahan penilitian baik secara manajemen maupun fisik penelitiannya, maka dilakukan pembuatan rumah pembibitan untuk melindungi tanaman padi yang sedang mendapat perhatian khusus sebagai sampel penelitian.
Karena itu, dibangun rumah pembibitan dan para-para (rak) untuk tempat disimpannya polibag yang terisi dengan tanaman padi penelitian. Ditambah dengan dibuatkan papan penelitian sebagai bentuk kampanye Beatriks di wilayah penelitiannya.

 DISKUSI PENELITIAN DAN SHARE INFORMASI DENGAN KELOMPOK TANI
Dalam pengembangan program “Study Farmer to Farmer” di beberapa wilayah itu dengan beberapa metode, yakni: diskusi, tanya jawab, dan presentasi dari Beatriks, sebagai bentuk sosialisasi dan shering pengalaman terkait kegiatan pemuliaan kawin silang padi lokal yang sudah dilakukan.  
Diskusi kedaulatan pangan yang difasilitasi oleh Beatriks Rika dan WTM itu sebanyak  14 Kelompok Tani, di 13 Desa, 6 Kecamatan, yang mana 3 wilayah program dan 3 wilayah luar program WTM di Kabupaten Sikka. Total peserta kegiatan diskusi kedaulatan pangan sebanyak 297, L: 152 dan P: 145. (Lihat Tabel Pelaksanaan Diskusi Kedaulatan Pangan.

KECAMATAN MEGO
·           Kelompok Bugusupu, desa Dobo Nuapuu, Kecamatan
Kegiatan dilaksanakan di aula kantor desa Dobo Nuapuu dengan jumlah peserta 31 orang, L: 29, P: 2.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan Direktur WTM terkait pengembangan pangan lokal yang dikembangkan masyarakat. Pengembangan pola pertanian berkelanjutan yang diterapkan dengan pola usaha tani terpadu diharapkan dapat dilaksanakan sebaik mungkin melalui pendampingan WTM di kelompok tani.
Setelah itu, Beatrik Rika melakukan sosialisasi tentang kedaulatan pangan yang dilanjutkan dengan sharing pengalaman terkait penelitian pemuliaan/kawin silang padi yang dia lakukan. Ada kesepakatan  terkait identifikasi jenis padi lokal yang pernah ditanam di kelompok, sehingga di musim tanam setiap anggota kelompok mengembangkan padi lokal sebagai varietas utama.

·           Kelompok Rembulan, desa Korobhera, Kecamatan Mego
Kegiatan dilaksanakan di kelompok tani Rembulan, pada tanggal 12 April 2017 dengan jumlah peserta 23 orang, L: 8, P: 15.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan Koordinator Pertanian terkait pengembangan pangan lokal yang dikembangkan masyarakat. Hadir juga kader tani, Said Naja yang sekaligu ketua kelompok tani Rembulan.
Pengembangan pola pertanian berkelanjutan yang diterapkan dengan pola usaha tani terpadu diharapkan dapat dilaksanakan sebaik mungkin melalui pendampingan WTM di kelompok tani.
Setelah itu, Beatrik Rika melakukan sosialisasi tentang kedaulatan pangan yang dilanjutkan dengan sharing pengalaman terkait penelitian pemuliaan/kawin silang padi yang dia lakukan.
Kesepakatan yang dibangun saat itu terkait identifikasi jenis padi lokal yang pernah ditanam di kelompok, sehingga di musim tanam setiap anggota kelompok mengembangkan padi lokal sebagai varietas utama.

KECAMATAN MAGEPANDA
·           Kelompok Bogosama 2, desa Done, Kecamatan Magepanda
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017. Peserta yang hadir berjumlah 18 orang (L: 10 dan P: 8).
Kunjungan kali ini merupakan kunjungn yang dilakukan di kelompok dampingan selama 3 tahun yang tentunya sudah sekit lebih paham program pendampingan yang dilakukan WTM melalui staf lapangan.
Terkait penelitian, di kelompok ini ada salah satu petani peneliti sekaligus kader tani yang melakukan penelitian padi lokal. Tetapi tidak berhasil pada saat proses kawin silang. Oleh karena itu, melalui diskusi kali ini Bapa Kanisius garu semakin termotivasi untuk mengulang kembali penelitiannya secara sabar dan tekun.

 KECAMATAN TALIBURA
·           Kelompok Kojablo, desa Bangkoor, kecamatan Talibura
Kegiatan kunjungan dilaksanakan  pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017. Peserta yang hadir sebanyak  19 orang (L: 15, P:4) ditambah dengan dua (2) orang perwakilan dari BPK Talibura.
Diskusi pangan kali ini merupakan kunjungan pertama di kelompok yang berada di luar wilayah dampingan WTM.Wtm memaparkan program pendampingan yang dilakukan di 3 wilayah kecamatan terkait konsep kedaulatan pangan di tengah petani.
Kelompok Kojablo sangat berterima kasih atas kunjungan kali ini, dimana terjadi shering pengalaman terkait pemuliaan benih. Kelompok ini sudah menjadi penangkar benih padi dan jagung selama 3 tahun akan tetapi benih yang mereka gunakan adalah benih Ciheran.
Oleh karena itu ada kesepakatan di kelompok untuk mengidentifikasi benih lokal yang ada di wilayah Talibura. Setelah itu, kelompok bersedia membuat denplot penelitian padi. Untuk itu kelompok meminta pihak WTM bersama mama Beatriks untuk melatih mereka sebagai kesepakatan dan keberlanjutan dari diskusi ini.

  KECAMATAN KANGAE
·           Gapoktan Wa Wua, desa Langir, Kecamatan Kangae
Kegiatan dilaksanakan di Aula kantor desa Langir pada hari Rabu tanggal 22 Maret 2017 dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 29 orang (L: 5, P:24).
Kegiatan dibuka oleh kepala desa Langir dan dihadiri oleh PPL desa langir dan Kepala BPK kecamatan Kangae.
Dari hasil diskusi bersama anggota kelompok dan PPL, kelompok telah mengembangkan pangan lokal dan pupuk organik. Tanaman jagung merupakan komoditi utama desa Langir.
Selain itu, advokasi dana desa sudah mulai dilakukan dan terbukti bahwa kepala desa Langir melaui program pemberdayaan sudah mengalokasikan anggaran dana tahun 2017 untuk penyediaan bahan dan alat pembuatan pupuk cair.
Di samping itu masih banyak hal menyangkut pemberdayaan pertanian di desa Langir sudah diakomodir dalam RPJM - Des. Kepala desa menghimbau bahwa kunjungan dan kerja sama dengan WTM harus berlanjut sehingga komunikasi dan koordinasi sangat penting untuk memaduka program desa, dinas dan WTM dapt berjalan dengan baik.
·           Kelompok Tani Mawar, Desa Teka Iku, kecamatan Kangae
Kegiatan dilaksanakan di aula kantor desa Teka Iku pada hari Kamis tanggal 23 Maret 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 15 orang (L: 12, P:3).
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Untuk itu, para petani sebaiknya mengidentifikasi pangan lokal yang ada dan kemudian dikembangkan. Saya dengan beberapa teman belajar untuk bagiamana melakukan perkawinan silang padi lokal (pemulian). Mengapa? Karena selama ini kita sangat bergantung pada benih dari luar. Semestinya kita sebagai petani kaya dengan varietas benih lokal.

KECAMATAN MAPITARA
·           Kelompok Suka tani, desa Hale Kecamatan Mapitara
Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 24 Maret 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 23 orang (L: 9, P: 14).
Kegiatan diskusi pangan difasilitasi oleh Staf lapangan bersama kader tani desa Hale. Dalam proses diskusi membandingkn kondisi wilayah Lio dan wilayah Timur terkait jenis tanaman pangan yang diusahakan kelompok.
Berkaitan dengan kedaulatan pangan tentunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena jenis tanaman pangan lokal yang ditanam sangat sedikit. Oleh karena itu melalui dikusi dan perencanaan di kelompok untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman pangan lokal.Disamping itu ada kesepakatan untuk mengidentifikasi berbagai jenis padi lokal yang pernah ditanam di wilayah desa Hale, sehingga di waktu musim tanam memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengembangkan padi lokal.
·           Kelompok Popowolot, desa Natakoli, Kecamatan Mapitara
Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Maret 2017 dengan jumlah peserta sebanyak 31 orang (L: 29, P: 2).
Kegiatan diskusi pangan difasilitasi oleh Staf lapangan bersama kader tani desa Natakoli. Dalam proses diskusi membandingkn kondisi wilayah Lio dan wilayah timur terkait jenis tanaman pangan yang diusahakan kelompok.
Berkaitan dengan kedaulatan pangan tentunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena jenis tanaman pangan lokal yang ditanam sangat sedikit. Oleh karena itu melalui dikusi dan perencanaan di kelompok untuk mengembangkan berbagai jenis tanaman pangan lokal.
Di samping itu, ada kesepakatan untuk mengidentifikasi berbagai jenis padi lokal yang pernah ditanam di wilayah desa Hale, sehingga di waktu musim tanam memotivasi setiap anggota kelompok untuk mengembangkan padi lokal.


KECAMATAN TANAWAWO
·           Kelompok Nua Heu Pega, desa Bu Selatan
Kegiatan diskusi pangan dalam program study farmer to farmer, kerja sama WTM dengan Oxfam, dilakukan di Kelompok Tani Nua Heu Pega, desa Bu Selatan (03/4). Kegiatan ini difasilitasi oleh Sipri Rehing (kader tani dan peneliti). Peserta yang hadir 16 orang, L: 4, P: 12.
Dalam pembukaan, Sipri juga menyinggung tentang pengalamanya akan penelitian tetapi gagal. Dari kami semua yang sukses adalah Beatriks Rika yang akan menyeringkan pembelajaran bagi kita semua.
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Untuk itu, para petani sebaiknya mengidentifikasi pangan lokal yang ada dan kemudian dikembangkan. Saya dengan beberapa teman belajar untuk bagiamana melakukan perkawinan silang padi lokal (pemulian). Mengapa? Karena selama ini kita sangat bergantung pada benih dari luar. Sipri juga adalah salah satu peneliti yang diharapkan akan sukes ke depan sehingga kita memperbanyak benih lokal yang unggul dan adaptif dengan kondisi iklim kita di sini.
·           Kelompok Pama Mbale 1, Desa Poma
Kegiatan diskusi pangan yang dilakukan di Kelompok Tani Pama Mbale 1, desa Poma (11/4). Kegiatan ini difasilitasi Alexander Saragi (Koodinator Pertanian WTM). Peserta kegiatan 38 orang, L: 20, P: 18.
Dalam pembukaan, Aleks mengungkapkan tentang pentingnya usaha pertanian yang mendorong kemandirian petani dan kelestarian lingkungan. Prinsipnya pola pertanian terpadu yang ditawarkan WTM ini memiliki dua nuansa tersebut, bila kita konsisten menjalankannya.
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Sebagai petani sekiranya kita memilliki benih lokal yang selama ini kita tanam dan kembangkan di kebun kita. Bila kemudian kita bergantung pada pihak luar, maka sampai kapan pun kita sedang menggantungkan diri. Kita akan terus jadi petani yang tidak berdaulat dalam diri kita.
Setelah itu dibangun kesepakatan bersama agar pengembangan pangan lokal menjadi tanggung jawab bersama.

·           Kelompok Watu Teke, Desa Renggarasi
Kegiatan diskusi pangan yang dilakukan di Kelompok Tani Watu Teke, desa Renggarasi (04/4). Kegiatan ini difasilitasi Yohanes Dawa (Fasilitator Lapangan WTM). Peserta kegiatan 15 orang, L: 6, P: 9.
Dalam pembukaan, Yan mengungkapkan tentang pentingnya usaha pertanian yang mendorong kemandirian petani dan kelestarian lingkungan. Prinsipnya pola pertanian terpadu yang ditawarkan WTM tentunya bila kita konsisten maka perlahan-lahan kita akan menuju kemandirian yang didukung dengan kelestarian lingkungan. Tanpa itu, kimia yang sedang ramai dibagikan itu menghancurkan pola pertanian yang selama ini kita bangun.
Beatriks Rika, dalam materinya mengulas tentang pangan lokal yang hampir punah. Sebagai petani sekiranya kita memilliki benih lokal yang selama ini kita tanam dan kembangkan di kebun kita. Bila kemudian kita bergantung pada pihak luar, maka sampai kapan pun kita sedang menggantungkan diri. Kita akan terus jadi petani yang tidak berdaulat dalam diri kita.
Setelah itu dibangun kesepakatan bersama agar pengembangan pangan lokal menjadi tanggung jawab bersama.
  
PENUTUP
Pelaksanaan program “Study Farmer to Farmer” yang rencananya mulai berjalan pada bulan Februari tetapi kemudian mengalami hambatan secara kelembagaan di tingkat internal WTM.

Namun, pada bulan Maret program ini diagendakan WTM bersama Beatriks Rika untuk melakukan Road Show di  beberapa kelompok tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Sikka. 

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...