Jumat, 28 Juli 2017

WTM LAKUKAN EVALUASI DAN PERENCANAAN TRIWULAN

Maumere KN. Mengakhiri bulan Juli, WTM lakukan evaluasi dan perencanaan triwulan aktifitas program dan lembaga. Kegiatan yang dilakukan di kantor WTM itu dihadiri oleh staf WTM (26-29/07).

Agenda yang menjadi bahasan evaluasi adalah tentang berbagai aktifitas staf yang dilakukan di kelompok dan sekretariat. Martinus Maju, Richardus Efendi dan Yohanes Daya (Fasilitator Lapangan) dalam program kerja sama WTM dengan Misereor mempresetasikan mengenai pelatihan manajemen kelompok yang dilakukan bersama pengurus kelompok baik yang didampingi maupun yang tidak didampingi WTM. Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama dengan pemerintah desa di wilayah Kecamatan Mego, Magepanda dan Tanawawo.

Selain itu juga dibicarakan tentang penelitian pemulian Benih yang sedang dilakukan oleh 8 kader tani. Dari presentasi itu, dapat dilihat bahwa sudah ada 4 kader yang sudah melakukan penanaman dan Beatriks Rika sebagai peneliti yang sukses itu lebih rapih dalam pencatatan dan konsisten melakukan pemantauan perkembangan padi penelitiannya.

Menanggapi miskomunikasi yang dibangun antara koordinator bidang dan para peneliti itu, disepakati agar pada bulan Agustus permasalahan ini diatasi agar penelitiannya menjadi sukses.
Herry yang memimpin sidah menegaskan bahwa komunikasi itu penting antara berbagai komponen di lembaga dan partisipan program. Komunikasi yang dibangun itu harus humanis sehingga tidak menimbulkan konflik interest.

Sedangkan para fasilitator yang banyak menyinggung tentang kemajuan advokasi legal drafting yang mana sudah dilakukan konsultasi publik, di desa Hebing dan Egon Gahar dan sekarang dalam tahapan konsultasi ke kecamatan dan bagian Hukum Pemdes.

Herry Naif, Koordinator Prog. WTM-CEPF dan Alex Dedy, Koord. Pert
Secara program CEPF mengalami sebuah kemajuan lapangan yang cukup signifikan tetapi kita tidak boleh hanya membanggakan itu tetapi yang paling urgen adalah dimana harus ada dampak positif dari perumusan peraturan desa agar kemudian perdes yang dirumuskan itu tidak mengabaikan partisipasi masyarakat karena itu perintah undang-undang, tukas Herry.

Sedangkan advokasi nelayan pun mulai menunjukkan taringnya, hanya saja perlu dilihat substansi programnya agar apa yang akan menjadi output program dapat tercapai. Prinsipnya para nelayan harus teroganisir dalam sebuah kesadaran sosial akan hak-hak dasarnya yang harus dilindungi, dipenuhi dan dihormati oleh negara.

Perdebatan dalam evaluasi itu diakhiri dengan pembahasan rencana triwulan (Agustus, September dan Oktober). Para staf kemudian terbagi dalam dua kelompok sesuai dengan progam yang diemban oleh WTM yakni Program Misereor dan CEPF agar membahas perencanaan program dengan menentukan indikator.

Dalam presentasi perencanaan triwulan itu, ditegaskan bahwa perencanaan itu kerangka kerja staf dan lembaga karena itu apa yang direncanakan harus dijalankan bukan ditunda. Kalau sebuah aktifitas mengalami penundaan terus menerus itu signal kegagalan, ujar Alex. (Ryn)

Kamis, 20 Juli 2017

WTM VAKSIN AYAM DI DESA NATAKOLI DAN HEBING

Vaksin ayam di wilayah dusun Galit, Hebing (20/7). Foto: Lex
Maumere KN, Setahun program Improving Ecosystem Managemen and Livehoods around Egon Mountion, Indonesia diimplementasikan atas kerja sama Wahana Tani Mandiri (WTM) dan Crytical Ecosystem Partnership Fund (CEPF), ada begitu banya aktifitas yang dilakukan baik dalam peningkatan kapatasitas kepada kader maupun pada anggota kelompok. Selain juga dilakukan advokasi kebijakan terhadap pemerintah lokal dan daerah pun dilakukan advokasi teknis bagi kelompok dampingan WTM.

Salah satu kegiatan yang secara periodik dilakukan adalah vaksinasi terhadap ayam-ayam pemeliharaan anggota ataupun ayam yang didistribusi WTM dalam Program tersebut.

Sebagai upaya riil dari program itu, kru WTM yang dikoordinir oleh Alexander Saragih (Koordinator Advokasi Pertanian) dan Marianus Mayolis dan Mus Mulyadi (Fasilitator lapangan) melakukan vaksinasi ayam. Kegiatan itu dilakukan pada Kamis (20/07) di desa Natakoli dan Hebing, Kecamatan Mapitara.

Kegiatan ini berjalan alot karena para anggota kelompok membawa ayam menuju titik-titik wilayah vaksinasi. Para anggota berbondong-bondong ke tempat vaksinasi ayam sambil membawa ayam mereka.

Mus Mulyadi (Fasilitator Lap.) sedang lakukan Vaksin Ayam di Natakoli
Alexander Saragi (Koordinator Pertanian WTM) mengawali kegiatan itu dengan penjelasan teknis tentang bagiamana melakukan pencampuran dan bagaimana teknis penyuntikan. Lebih dari itu, Aleks menegaskan bahwa WTM secara kelembagaan mendorong pengendalian penyakit ayam dengan cara-cara yang selama ini dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan berbagai ramuan lokal.

Namun, WTM dalam program ini juga menawarkan vaksinasi periodik. Kita menggunakan dua cara ini agar membantu daya tahan tubuh ayam piaraan kawan-kawan petani di wilayah Mapitara. Kami yakin bahwa kalau kita serius menjalankan budidaya ternak ayam yang akan membantu meningkatkan kualitas hidup rakyat disini, harapnya.

Sedangkan Maksen Edison, Ketua Kelompok Watu Kogang mengatakan bahwa vaksin ini adalah yang kedua kali. Periode pertama pada tanggal (20/04). Kami melihat bukti riil bahwa ayam-ayam yagn divaksin tidak mati bila ada serangan penyakit tetelo pada ayam. Fakta ini kemudian membuat banyak anggota kelompok mengantar ayamnya agar divaksin oleh Tim WTM.

Kami berterima kasih kepada WTM yang terus membatu kami terutama memberikan pembelajaran-pembelajaran riil yang kami bisa buat nanti, ujar kepala dusun Galit.  (Ryn-KN)


Rabu, 19 Juli 2017

BERMIMPI YANG KECIL UNTUK BISA DIWUJUDKAN

Presentasi Hasil Refleksi para kader tani (18/07)
Maumere KN. Program Improving Ecosystem Managemen and Livehoods Around Mt. Egon Indonesia, kerja sama Wahana Tani Mandiri (WTM) dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF), yang mana mendorong kader tani sebagai pelopor gerakan pertanian bersama kelompok tani yang didampingi baik dalam advokasi kebijakan maupun teknis pertanian.

Sebagai bentuk monitoring dan evaluasi terhadap aktifitas lapangan yang dilakukan kader tani dilakukan breafing kader tani secara periodik (triwulan). Kegiatan breaving dilakukan oleh kader tani oleh kru WTM terutama para eksekutor program WTM CPEF. Kegiatan breafing ini dihadiri Herry Naif (Koordinator program), Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi), Alexander Bambang Dedi (Koordinator Pertanian), Ernesita Dua Sina (Keuangan Program CEPF) dan Yanto Yustinus, Mus Mulyadi dan Marianus Mayolis (Fasilitator lapangan) di Glak, desa Hale, Kecamatan Mapitara (17-18/07/17).

Kegiatan ini difasilitasi oleh Mus Mulyadi (fasilitator lapangan) ini dihadiri 14 kader tani dan anggota kelompok tani di Glak.  Mengawali kegiatan ini, para kader diminta berkelompok sesuai dengan desa asal (Egon Gahar, Natakoli, Hebing dan Hale) untuk melakukan refleksi atas kegiatan yang sudah dilakukan terutama membidik tentang kegagalan apa yang harus diperbaiki dan keberhasilan apa yang perlu dipertahankan atau malah ditingkatkan kualitas pencapaiannya.

Dari refleksi kelompok itu, para kader tani dari wilayah Natakoli melihat tentang kesuksesan akan pembuatan pestisida organik yang sudah dimanfaatkan dalam tanaman pangan dan hasilnya sungguh positif. Di sana juga dipresentasikan tentang budi daya ternak ayam yang sudah dilakukan dan lebih melihat pada ayam hasil distribusi program yang mana setiap anggota mendapatkan 3 ekor ayam. Menurut Kristina Krist, bahwa dari data pantauannya bahwa ada 2 ekor ayam yang telah menetas dengan jumlah anak ayam 14 ekor dan 6 ekor lagi bertelur dengan kisaran telur 8-10 butir setiap induk.

Egon Gahar lebih memfokuskan refleksinya pada pengelolaan Hutan Kemasyarakat (HKm) Mapi Detun Tara Gahar yang sedang berjalan. Bahwa dengan hasil advokasi WTM, HKm yang awal tidak terkoordinasi sekarang malah sudah pada pembagian lahan dan pembersihan lahan. Itu berarti ada sebuah kemajuan. Sedangkan kegagalan yang kami alami itu lebih pada pembibitan kakao. Karena waktu itu bertepatan dengan curah hujan yang tinggi. Akibatnya banyak yang gagal.

Anggota Kel. Tani Daan Dadin dan Rureo pun hadir dalam Evalusi (18/07)
Sedangkan Hebing, yang dipresentasikan oleh Maksen Edison itu bahwa hasil dari vaksinasi ayam dilakukan pada beberapa kelompok itu membuat mereka bertahan terhadap serangan tetelo. Selain itu, hampir semua kelompok tani di Hebing telah melakukan praktek pestisida organik dan telah dicoba untuk digunakan ternyata hasilnya bagus. Tanaman pangan dan kakao yang terserang penyakit bila disemprot dengan pestisida organik itu tanaman kembali sehat dan malah memiliki hasil yang memuaskan.

Anton Teyson (Kader Tani Glak) Hale yang mempresentasikan hasil refleksi kelompoknya malah mengutarakan tetang proses-proses pembenahan kelompok yang dilakukan. Di sana juga menyinggung tentang pentingnya manajemen kelompok.

Herry, Mus Mulyadi dan Marianus Mayolis (19/07)
Pada hari kedua, para peserta membahas tentang apa itu Advokasi dan bagaimana rumusan dan Strategi Advokasi yang difasilitasi oleh Herry Naif. Bahwa siapa saja bisa melakukan advokasi yang penting memiliki spirit keberpihakan untuk membela mereka yang terpinggirkan dalam upaya pemenuhan hak-hak dasar rakyat. Untuk itu perlu ada pilihan isu dan kemasan strategi, pengorganisasian rakyat dan perlu ada data-data pendukung agar kemudian sampai pada lahirnya konsep tanding. Prinsip dasar dari Advokasi adalah terjadinya perubahan kebijakan publik.

Dari materi ini, kemudian para kader memfokuskan diri pada bagaimana mengadvokasi kepentingan petani di desa agar mampu mengambil budget dari ABPDes yang lagi digelontorkan. Kemudian disepakati bahwa para kader tani di desa perlu mengintegrasikan kepetingan dan rumusan agar ada sebuah konsep bersama yang diajukan terutama tentang pengelolaan usaha pertanian terpadu.
Kemudian mereka merumuskan bahwa "lebih baik bermimpi yang kecil agar bisa diwujudnyatakan", itulah yang menjadi dasar spirit mereka dalam advokasi yang akan dilakukan oleh para kader di desa masing-masing.

Pembahasan ini menjadi seru karena para kader mengemukakan gagasan mereka sebagai bentuk dukungan atas konsep advokasi yang akan menjadi pilihan. Berbagai rumusan strategi terkemuka agar kemudian menjadi pilihan advokasi mereka. (Ryn- KN).




Jumat, 14 Juli 2017

OXFAM KUNJUNGI BEATRIKS RIKA DAN KELOMPOK TANI LOWO LO'O


Pengalugan bagi Wiwidyanto (PM Oxfam, Righ to Food)
Maumere, KN. WTM dalam kerjasamanya dengan OXFAM  melakukan program ”Study Farmer to Famer In Sikka” dalam mendorong pengembangan kedaulatan pangan bagi masyarakat tani Sikka di wilayah dampingan dan juga di luar dampingan selama 4 bulan dengan kelompok-kelompok sasaran yang ada di Kecamatan Talibura, Kangae, Mapitara, Magepanda, Mego, Tanawawo dalam kegiatan sosialisasi pangan.

Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari penghargaan yang dianugerahkan kepada Beatriks Rika sebagai Female Food Hero (Perempuan Pejuang Pangan) tahun 2015 versi Oxfam. Beatrisk Rika dipilih sebagai salah satu pemenang dari 9 perempuan di seluruh Indonesia, karena ia berhasil melakukan penelitian pemulian padi yang dinamainya pada 3 S (Sega, Sela Sona).
Karena itu, tepatnya pada hari Rabu, 13 Juli  2017 WTM bersama Oxfam mengadakan Kunjungan lapangan ke kelompok tani Lowo Lo’o, yang selama ini didampingi oleh Beatriks Rika Sebagai Kader Tani WTM. 

Wiwidyanto sedang berdiskusi dengan Kel. Tani Lowo Lo'o
Kegiatan ini berlangsung di Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka tepatnya di kediaman almahrum Frans Seda. Kegiatan dihadiri oleh Widiyanto Manajer Program Righ to Food-OXFAM dan Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM), Heribertus Naif  (Koordinator Program), Dedy B.Alexander (Koordinator Pertanian), Maria Martha Muda, (Koordinator Advokasi, Riset, dan Pengelolaan Lingkungan). Pada kesemmpatan hadir juga Martinus Maju sebagai Fasilitator Kecamatan Mego, yang mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

Tujuan kunjungan ini adalah untuk melihat keberadaan Betriks Rika sebagai orang yang perna mendapatkan penganugareha sebagai Perempuan Pejuang Pangan (Female Food Hero) pada Tanggal 16 Oktober 2016 di Jakarta bersama para Pejuang Perempuan Pangan lainnya yang menjadi dampingan OXFAM.

Selain itu, kedatangan Widiyanto juga  mau melihat secara langsung keberlanjutan dari penelitian yang sementara ini dijalankan dan seperti apa dorongan WTM sebagai lembaga dampingan untuk bisa membawa suatu perubahan yang baru dalam membangun mitra dengan OXFAM ke depannya nanti. Dan juga memantau langsung apa yang dilakukan Beatriks dalam Study farmer to farmer in Sikka. Kunjungan ini dihadiri oleh 30-an anggota Lowo Lo’o.  

Kunjungan OXFAM pertama kali ini disambut gembira oleh 30-an anggota kelompok dengan mengalungkan selempang bermotif kembang bunga. Pengalungan diberikan oleh ketua kelompok Lowo Lo’o Yohanes Seda kepada Widayanto sebagai tamu terhormat dan disambut tepukan tangan.
Bapak Joni sapaan akrabnya, mengucapkan selamat pagi dan selamat bertemu untuk pertama kali di tempat ini. Baik anggota maupun para staf WTM merasa senang dan bangga walaupun dengan kesederhaaan dan hati tulus mau menerima tamu siapa saja yang berkunjung ke sini.

Dalam sambutan pembukaannya, Widiyanto mengatakan bahwa Kelompok Lowo Lo’o menjadi kelompok yang beda dari kelompok-kelompok lain yang menjadi dampingan WTM. Perbedaan ini karena sosok seorang Beatriks Rika adalah petani peneliti yang berhasil melakukan pemuliaan padi atau mengawinsilangkan padi sampai mendapatkan padi baru yang di beri nama 3S yaitu Sega, Sela dan Sona karena ditemukannya sendiri.

Selain itu, Wiwid juga mengucapkan terimakasih atas penyambutan yang baik. Ini sebagai awal perjumpaan kita untuk sama-sama membangun dari apa yang kita punya. Saya yakin kelompok ini aktif,  bersatu dan tentunya saling bekerjasama. Siapa saja yang datang berkunjung itu merupakan hal positif  dan mereka itulah sebagai pendorong di mana saja dan kapan saja termasuk kami di OXFAM dan tidak ketinggalan WTM sebagai lembaga swdaya yang tetap dan terus maju memperjuangkan hak-hak bapak dan mama sekalian, ungkap mantan aktifis Huma.

C. Winfridus Keupang, Direktur WTM
Carolus Winfridus Keupung, mengatakan bahwa sebagai petani kita harus bangkit. Sosok Beatriks Rika menjadi tokoh inspirasi dan motivasi bagi kita anggota. Sosok yang berhasil sebagai petani peneliti yang menjadi top di tingkat NTT. Belum tentu ada orang yang seperti beliau ini, ungkap Win, Diektur WTM.

Win menceritakan pengalaman Betriks Rika pada saat itu mendapat penganugerahan sebagai Perempuan Pejuang Pangan. Petani jangan membuat diri menjadi sulit, harus bisa menghadirkan beatriks-beatriks yang lain bukan saja di penelitian padi tetapi hal atau temuan baru yang bisa dilakukan, terpenting mau berusaha, tegas Win.

Taka lupa Yohanes Seda, Ketua Kelompok Lowo Lo’o dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Widiyanto yang sudah berkunjung ke tempat kami. Inilah kami, tidak ada yang bisa kami berikan selain selempang kecil. Mudah-mudahan barang kecil ini bermanfaat untuk dipakai. Nanti kembali ke sana jangan lupa dengan kami.

Beatriks Perempuan Pejuang Pangan, 2015
Dalam forum diskusi itu, Beatriks mengulas pengalamannya tentang penelitian yang dilakukan.  Betriks Rika mengatakan keberhasilan ini adalah inspirasi  dari seorang petani peneliti Filipina Yuni, dampingan MASIPAG. Saya berpikir dalam hati kenapa mereka bisa kita tidak bisa? tanya Beatriks.


Dari sinilah muncul keinginan yang begitu tinggi untuk mau berusaha bercita-cita menjadi petani peneliti sungguh-sungguh. Pada akhirnya saya pun berhasil dalam mengawinsilangkan padi sampai mendapatkan penghargaan atas usaha yang selama ini ia perjuangkan, ungkap beatriks disambut tepuk tangan anggota kelompoknya.

Rabu, 12 Juli 2017

BEATRIKS SIAP MENYAMBUT KUNJUNGAN OXFAM

Beatriks Rika, Female food Hero, 2015
Betriks Rika adalah seorang petani peneliti yang berhasil dalam melakukan pemuliaan tanaman padi atau perkawinansilang  padi pada tahun 2015 dan mendapat penganugerahan dari OXFAM sebagai Perempuan Pejuang Pangan. Ini merupakan kebanggaan tersendiri dari sosok seorang Betris juga pihak lembaga yang mendampinginya selama ini yakni WTM.

Betriks Rika nama lengkapnya berasal dari Dusun Nualolo,Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka pada hari Rabu kemarin tangal 11 Juli 2017 didatangi oleh staf WTM Maria Martha Muda yang adalah Koordinator bidang Advokasi, Riset, dan Pengelolaan Lingkungan, bermaksud bertemu langsung bungsu Beti sapaan akrabnya dalam rangka berdiskusi bersama tentang persiapannya dalam rangka kunjungan OXFAM di tanggal 13 Juli mendatang.

Setelah sampai di rumahnyaBetris dan Erin langsung berdiskusi terkait persiapan yang selama ini sudah dia lakukan. Sementara itu di depannya ada sebuah nyiru  di dalamnya berisi padi yang sementara ia tampi. Di sela-sela diskusi itu, Betris mengatakan bahwa padi ini baru selesai panen hanya dapat 3 karung saja, biar untuk buat makan saja. Diskusi itu cukup hangat dan beliau merasa senang karena selalu dikunjungi oleh orang-orang penting yang adalah Mitra WTM yang selama ini mendampingi beliau juga anggota yang lain di kelompok Lowo Lo’o.

Antusias dari mama Betris ini mucul karena orang yang berkunjung ke lahan penelitiannya bukan saja dari MASIPAG Filipina tetapi OXFAM dari Jakarta yang selalu setia sebagai mitra WTM dalam mendampingi kelompok-kelompok tani yang cukup berhasil dalam mendampingi petani di  di 3 di Wilayah dampingan yakni Mego, Magepanda, dan Tanawawo di Kabupaten Sikka. Saya sudah tanam padi F 2, rumah pembibitan juga saya sudah siapkan dengan baik.

Di lahan itu saya pasang dengan spanduk supaya kalau ada orang lewat mereka tahu bahwa di sini ada yang melakukan penelitian, ungkap bungsu Beti sapaan sayangnya. Rumah pembibitannya menggunakan atap daun kelapa, pagarya di pasang dengan bambu dan di kelilingi oleh kelambu bekas sehingga kelihatan bersih dan rapih. Di dalam rumah itu juga sudah disiapkan dengan beberapa polibag yang nantinya akan di isi padi yang mau dikawinsilangkan.

Padi F 2 itu yang dijuluki 3 S yang artinya  Sega, Sela Sona nama ini yang diambil dari nama keturunan nenek moyang  yang di tanam di lahan sekarang. Beliau sangat semangat dan berharap mudah-mudahan kunjungan nanti bermanfaat  bagi WTM,  bagi mama Beatrix sendiri juga untuk semua anggota kelompok Lowo Lo’o karena anggota ini yang selalu memberikan suport dan motivasi bagi bungsu beti apalagi merupakan kunjungan pertama OXFAM untuk mereka.

WTM-KIARA dan IPNeS Selenggarakan Dialog dengan Kaukus Perempuan DPRD Sikka

C. Winfridus Keupung, Direktur WTM memfasilitasi Pertemuan
Maumere, KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dalam Program "Right to Food" dengan Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) yang didukung Oxfam dalam Program Right to Food, menyelenggarakan dialog dengan kaukus perempuan DPRD Sikka, agar tercapainya perlindungan negara atas pemenuhan hak-hak dasar perempuan nelayan.

Karena itu, WTM menyelenggarakan Diskusi untuk Ikatan Perempuan Nelayan Sikka bersama Kaukus Perempuan DPRD di Aula Hendrik, Puskopdit Maumere (12/07/17)

Kegiatan yang difasilitasi oleh Winfridus Keupung (Direktur) dihadiri oleh Rafael Raga (Ketua DPRD Sikka) dan M. Angelorum Mayestati (anggota DRPD Sikka dari Fraksi Golkar, M. Alxia Meso (Kepala Bidang Pemerdayaan Perempuan dari Dinas P2KBP3A (Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan dan Perlindungan Anak), Susan Herawati (Kiara), Widiyanto (PM. Right to food Oxfam).

Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dalam pembukaan acara kegiatan tersebut memberi apreseasi kepada para perempuan nelayan yang siap berdialog dengan Kaukus Perempuan DPRD. Selain itu, Win menyebutkan bahwa kegiatan ini adalah sebuah upaya dimana mendorong agar adanya kebijakan baik di DPRD maupun di tingkat eksekutif agar melihat kelompok perempuan sebagai sebuah kelompok yang perlu mendapatkan perhatian dari negara (Pemerintah).
Susana Herawati (Sekjen Kiara) dalam sambutannya mengatakan bahwa Perempuan Nelayan adalah sebuah komunitas yang perlu diperjuangkan hak-hak mereka. Karena perempuan nelayan merupakan bagian dari lingkaran nelayan yang sering rentan terhadap berbagai permasalahan. Bahwa seorang perempuan itu tentunya menjadi tonggak dalam rumah tangga nelayan yang harus mengatur bagaimana adanya pemenuhan hak-hak dasar. Untuk itu, Perempuan Nelayan menjadi kelompok rentan.

M. Alxia Meso (Kepala Bidang Pemerdayaan Perempuan dari Dinas P2KBP3A (Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan dan Perlindungan Anak) Sikka mengatakan bahwa sebetulnya momentum hari ini harus melibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan serta instansi lain yang punya keterkaitan dengan isu perikanan dan kelautan. Karena, kita harus duduk bersama untuk melihat bersama berbagai permasalahan yang terjadi pada nelayan.

Rafael Raga, Ketua DPRD Sikka membuka acara Dialog
Sebelum membuka acara dialog tersebut, Rafael Raga (Ketua DPRD Sikka) menegaskan bahwa sebuah pembangunan harus memperhatikan banyak aspek. Kabupaten Sikka memiliki banyak potensi yang diberdayakan, termasuk kelompok perempuan nelayan. Bahwa, Perempuan pada umumnya itu ampuh dan punya daya juang dan tonggak dalam perubahan. Karena itu, hendaknya Pemkab Sikka dalam mewujudkan program-program unggulannya harus melihat berbagai sektor sebagai hal utama yang akan mendukung pencapaiannya.

Setelah dilakukan seremonial pembukaan, dilanjutkan dengan penyampaian berbagai permasalahan yang dialami nelayan. Bahwa ada begitu banyak permasalahan yang dialami nelayan diantaranya adalah pemberian bantuan yang tidak dilandasi pada sebuah kebutuhan. Lebih dari itu malah tidak tepat sasar. Yang terjadi bahwa sering bantuan itu hanya datang pada orang yang sama, ujar Margaretha Leny Rihi (ketua IPNeS).

Kristian Kasa (Nelayan dari desa Sikka) mengusulkan tentang adanya tambatan perahu bagi nelayan di wilayah Sikka Lela. Sedangkan Dahlia (Desa Nanghale) menyinggung tentang permasalahan pabrik es yang ada di wilayahnya dimana hanya melayani kapal motor yang besar sedangkan nelayan kecil malah tidak mendapatkan akses.

Menanggapi berbagai permasalahan tersebut, M. Angelorum Mayestati (anggota DRPD Sikka dari Fraksi Golkar) mengajak Ikatan Peremuan Nelayan Sikka (IPNeS) untuk melakukan kontrol bersama terhadap berbagai pembangunan yang dilakukan. Bahwa selama ini, perempuan belum memiliki peran yang penting dalam mengontrol dan memonitoring pembangunan. Harapanku, bahwa ke depan berbagai problem yang dialami itu harus menjadi bahan dalam mengawasi pembangunan yang dilakukan, Harap Mayestati (Anggota Banggar DPRD Sikka). Sedangkan, Widiyanto (PM Oxfam) melihat bahwa yang paling utama adalah bagaimana memetakan potensi dan aktor agar mampu menyikapinya dan menjawabinya sehingga upaya perlindungan terhadap perempuan nelayan dapat terwujud. Ini menjadi urgen karena pemenuhan hak-hak dasar adalah tanggung jawab negara yang harus dipenuhi.

Susan Herawati, Sekjen KIARA
Lebih dari itu, Susan Herawati menegaskan bahwa Kiara memiliki catatan permasalahan nelayan hampir di seantero Nusantara. Bahwa hampir setiap waktu, tentunya ada permasalahan yang dihadapi nelayan. Untuk itu dibutuhkan sebuah solusi yang didasari pada sebuah pemahaman dan keberpihakan bagi nelayan. Sekarang malah ada asuransi bagi nelayan, maka memang harus dimanfaatkan oleh nelayan. Karena pangan kita sebetulnya ada di laut, maka nelayan harus dilindungi,  ujar Sekjen Kiara.

Minggu, 09 Juli 2017

DISTRIBUSI AYAM SEKALIGUS TATAP MUKA DENGAN KELOMPOK TANI DAMPINGAN

Maumere KN, Dalam Program Improving Ecosystem Managemen and Livehoods around Mt. Egon Indonesia, kerja sama Wahana Tani Mandiri (WTM) dan Crytical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) di wilayah kecamatan Mapitara. Ada berbagai aktifitas usaha tani yang dilakukan bersama petani (anggota kelompok tani dampingan) selain upaya mendorong penguatan dan pelaksaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mapi Detun Tara Gahar.

Marianus Mayolis memfasilitasi kegiatan
Salah satu kegiatan yang didorong WTM adalah pengembangan budidaya ternak ayam. Mengawali kegiatan ini telah dilakukan pelatihan budidaya ternak pada awal program kepada para kader yang kemudian akan dilanjutkan oleh para kader dibantu para fasilitator lapangan. Salah satu aktifitas adalah para petani diberi stimulans ayam 2 ekor betina dan 1 ekor jantan. Kegiatan pendistribusian ayam untuk 7 kelompok tani di desa Hebing dinyatakan selesai setelah kemarin dilakukan pendropingan untuk 5 kelompok tani (Cinta sesama, Watu Wawit, Watu Kogang, HKm Gawer Gahar dan Baru Muncul).

Pada acara pendistribusian ayam pada lima kelompok ini, diawali dengan seremonial pembukaan. Kegiatan ini difasilitasi oleh Marianus Mayolis (Fasilitator Lapangan), Fransiskusi Lokon Bain (Suplier) dan Herry Naif (Koordinaotor Program), Minggu 9 Juli 2017

Herry Naif, Koordinator Program WTM CEPF dalam pembukaan itu mengatakan bahwa "kegiatan pendistribusian ini kemudian mengalami rintangan karena tidak nyamannya wilayah Mapitara yang mana terus dilanda tetelo pada ayam". Padahal sebelumnya sudah dua kali didistribusikan ayam tetapi kemudian ayam itu mengalami kematian, ujarnya.

Menyikapi itu, pertama, secara program diambil kebijakan agar pendistribusian ayam itu dihentikan sementara menunggu sampai dinyatakan aman. Kedua, bahwa ayam yang didistibusi adalah ayam lokal, jelas Herry.

Sedangkan Fransiskus Lokon Bain dalam sambutannya mengatakan bahwa menjadi peternak ayam bagi seorang petani sebetulnya bukan hal baru. Hanya saja apa kita konsisten untuk melakukannya atau tidak. Banyak kesibukan yang terjadi pada petani kemudian membuatnya tidak serius dalam melakukan budidaya ternak ayam.

Setelah acara itu, Tim WTM bersama suplaier mengunjungi 5 kelompok  tersebut dan bertatap muka dengan anggota kelompok. Pada kunjungan itu, Herry menyempatkan diri untuk memantau ayam yang telah didistribusi sebelumnya. Selain itu juga memantau beberapa proses pembibitan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut.

Ayam yang didistribusi sudah memiliki 6 anak ayam
Di tempatnya, Felix Firminus Tonce (Ketua Kelompok Tani Watuwawit) dipantau ayam yang telah didistribusi pada bulan April. Menurut Ambrosius bahwa di kelompok kami, pada bulan April ada 6 anggota kelompok yang sudah dibagikan ayam, termasuk saya.

Ambros mengisahkan bahwa dari 2 ekor betina yang diberi sekararang satunya telah memiliki 6 ekor anak ayam sedangkan yang satu masih dalam proses mengeram. Lanjutnya kalau siang ayam kami keluarkan dan malam hari akan kami masukan kembali ke kandang yang sudah disiapkan, ujarnya.

Pembibitan Cengkeh
Di rumahnya bapa Ambrosius Nong (Ketua HKm Gawer Gahar) dipantau tempat pembibitan cengkeh yang dilakukan. Pembibitan ini dipersiapkan untuk dipindahkan di lokasi kebun yang telah disiapkan, demikian ujar Ambros.

Ambros dalam diskusi itu juga menyentil tentang bagaimana dengan proses perijinan HKM yang sudah dilakukan beberapa tahun lalu.

Lalu dijelaskan bahwa HKm Gawer Gahar harus diproses ulang karena terjadi perubahan kebijakan. Makanya, beberapa bulan lalu difasilitasi untuk membuat usulan baru kepada kementrian, ujar Herry.




<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...