Rabu, 25 Mei 2016

BUKAN SEKEDAR BETERNAK AYAM



Maumere, KN. Beternak ayam bagi petani adalah sesuatu kebiasaan. Hampir setiap petani tentunya memiliki ayam. Ayam dianggap sebagai binatang yang harus dimiliki. Hanya sayang, bahwa ternak ayam tidak dilihat sebagai sesuatu potensi yang bisa dijadikan pendapatan ekonomi petani. Padahal beternak ayam itu lebih gampang yang penting dijalankan berdasarkan analisa usaha tani yang dibuat sebelumnya.
            Menyadari pentingnya beternak ayam, Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam pertemuan rutin dengan kelompok tani yang dilakukan oleh fasilitator lapangan kecamatan Magepanda (Maria Marha Muda) mengambil topik “Bukan Sekedar Beternak Ayam”. Topik ini didiskusikan bersama kelompok Tani Apon Langga (Desa Kolisia B) pada Jumat, 20/06/16).
            Kegiatan yang dihadiri oleh puluhan anggota kelompok tani dibukan oleh Yohanes Moning (Kader Tani Desa Kolisia B). Turut hadir dalam acara tersebut Herry Naif (Koordinator Advokasi, Lingkungan Hidup dan Pengelolan Lingkungan Hidup WTM dan Wihelmus Woda (Koordinator Media dan Publikasi) WTM.
            Diskusi ini difokuskan pada bagaiamana melalukan ternak ayam yang baik serta pengendalian penyakit ternak dengan cara tradisional, yakni: Pepaya Muda, Kunyit, Pinang, Buah/Daun Sawo, kotoran (tai) ternak,  dan kotoran Kambing.
            Bahwa di banyak tempat sering kali orang menawarkan untuk dilakukan vaksin ternak yang munggunakan obat kimia. Tetapi WTM, yang telah puluhan tahun hidup bersama petani, ternyata ada begitu banyak pengobatan dan pencegahan tradisional yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Tidak salah bila kemudian petani menggunakan ini untuk mencegah tetelo yang sering menyerang ayam, demikian ujar Marta Muda.
            Maria Marta Muda yang sering disapa Oa oleh anggota kelompok tani dampingan WTM begitu bersemangat menyampaikan tentang pencegahan dan pengobatan pada ayam. Dalam diskusi ini juga, Oa bersama para petani membuat analisa Usaha Tani dengan memperhitungkan berapa besar pendanpatan yang diperoleh dari ayam.
            Prinsip dasarnya harus menghitung berapa lama ayam itu bertelur, berapa lama ayam mengeram. Dari sini kita kemudian bisa memperhitungkan dengan berapa jumlah ayam yang dimiliki petani. Dengan demikian bisa dihitung dalam setahun berapa kali ayam itu mengeram dan menghasilkan ayam dan kemudian bisa dikalkulasikan dengan harga pasar saat itu maka petani mendapatkan berapa besar pendapatan, demikan jelas Oa.
             Dari tabel periodisasi beternak ayam, Oa mengatakan bahwa ayam itu biasanya bertelur selama lima belas (15) hari, mengeram 21 hari, dan 14 hari anak ayam itu hidup bersama degan induknya. Maka seekor ayam dirata-ratakan setiap tahun 6 kali berproduksi. Setiap ekor ayam diperkirakan sekali berproduksi 6 ekor. Maka setahun seorang petani bisa mendapatkan 15 juta setahun.
           
Itu berarti bahwa sebetulnya ayam bisa dijadikan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan pendapatan ekonomi. Hanya saja perlu mendapatkan keseriusan dan ketekunan. Malah bukan hanya itu tetapi petani harus meyakini bahwa beternak ayam akan mampu memberi pendapatan yang lebih baik bagi petani.
            Setelah analisisi usaha tani dari beternak ayam kemudian dilanjutkan dengan praktek pencegahan ayam. Ini dilakukan agar para petani bisa mempraktekannya secara langsung. Selain itu, disepakati bahwa pengembangan ternak ayam harus diawali dengan pembuatan kandang yang berbentuk rumah panggung. Ini dimaksudkan agar ayam itu bebas dari virus dan lebih dari itu ayam akan lebih berkembang. (Tim - KN)

Selasa, 17 Mei 2016

Kelompok Tani dan Kader Tani Siap Menjalankan Program

Maumere, KN, Mengawali program "Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam Mendukung Manajemen Ekosistem di Kawasan Egon" kerja sama WTM dan Crytical Ecosystem Partnership Fund (CEPF), Tim WTM kembali live in demi pembentukan dan perbaikan manajemen kelompok tani. Ketiga fasilitator lokal, Mus Mulyadi, Gabriel Maryanto dan Marianus Mayolis bersama Koordinator Program melakukan kunjungan ke kelompok-kelompok tani yang sudah dibentuk. Kali ini, dibicarakan tentang pemandangan umum program dan apa yang akan dilkukan bersama petani (16/05).

Dari beberapa kali  live in yang dilakukan tim WTM di Mapitara telah mendapatkan beberapa data awal yang akan sangat membantu pengembangan program tersebut.

Menurut Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa pelaksanan program di awal harus benar-benar kuat karena ini akan menentukan langkah ke depan. Artinya kegiatan awal program menjadi fundamen untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya.

Herry (Koordinator Program) yang turut mengunjungi beberapa kelompok tani mempresentasikan tentang gambaran umum program serta apa yang harus dilakukan. Persiapan kelompok tani dalam menjalankan program harus dilakukan baik dan proses seleksi perekrutan kader tani itu berasas pada keputusan kelompok tani (16/05).

Untuk itu diharapkan bahwa dalam minggu ini, semua infrastruk program sudah disiapkan.














PROGRAM TAK RELA LAPAR MENINGGALKAN PALA, UBI DAN KAKAO

Kerja sama WTM dengan Dompet Duafa dalam Program: "Tak Rela Mereka Lapar" pada tahun 2011 yang mengambil wilayah pengembangan program di Hale - Hebing itu ternyata masih mengisahkan beberapa catatan baik positif maupun negatif.

Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa pada umumnya setiap aktifitas program pasti ada catatan positif dan negatif. Itu adalah hal yang wajar. Begitupun dengan program "Tak Rela mereka Lapar" telah dicatat beberapa hal positif dan negatif seperti yang diungkapkan para kader tani.

Mengapa kita gagal? Ini sebuah pertanyaan yang harus didungungkan oleh para pihak. Namun menurut hemat kami, ini karena pihak  pelaksana program beriorientas pelaksanaan program sesuai dengan standar yang kemudian bersama rakyat banyak berurusan dengan administrasi tetapi mellupakan impak dari program atau aktifitas tersebut. Karena itu, kalau di WTM sejak awal program selalu diupayakan agar program itu benar-benar membawahi rakyat. 
 
Sedangkan Sensimus Bajo, Ketua Kelompok Rulaling yang ditemui di Hale, tempat kediamannya menguraikan bahwa pada program WTM dan Dompet Duafaa (2011), setiap anggota kelompok tani diberi 50 pohon setiap anggota. kini, semuanya sedang berbunga. Ini adalah kenangan dari program dulu (2011) dengan WTM dan Dompet Duafa. Dari kami  21 anggota yang tergabung dalam kelompok Rulaling itu, yang paling sukses itu Mauitsius Oresti, hampir semua kakao yang ada dikebunnya sekarang semua itu didapat dari program waktu itu.

Pada kesempatan itu juga moat sensi menjelaskan mengenai soal apa itu rulaling. Rulaling itu adalah padanan kata bahasa sikka yang berarti kerja sama. Dan hingga sekarang kami masih bergotong royong dalam bekerja kebun dan lain-lain. Semangat ini belum luntur, demikian ujarnya.

Aktifitas program yang difokuskan pada kedaulatan pangan dengan mendorong benih pangan lokal dan pengadaan beberapa tanaman perdagangan (komoditi) yang disertai pendampigan teknis ini mendorong salah satu kelompok tani yakni Kelompok Tani Rulaling itu terus membangun solidaritas. Program ini praksis berjalan hampir setahun ini memberi sebuah nuansa positif dimana hingga hari ini, masih ada beberapa ubi yang didatangkan dari Pulau Palue. Selain itu, ada anakan pohon kakao, anakan pala, demikian ujar Sensimus Bajo.

Di sisi lain, moat sensi menjelaskan mengenai soal apa itu rulaling. Rulaling itu adalah padanan kata bahasa sikka yang berarti kerja sama. Dan hingga sekarang kami masih bergotong royong dalam bekerja kebun dan lain-lain. Semangat ini belum luntur, demikian ujarnya.






Sabtu, 14 Mei 2016

BELAJAR DARI RUANGAN HINGGA KE LAPANGAN

Pertemuan dengan Kel. Tani Kasih Ibu, Dobo
Maumere, KN. Dalam menjalan program "Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam Manajemen Pengelolaan di Kawasan Egon" kerja sama WTM dengan CEPF telah direkrut beberapa staf baru. Untuk itu, selama dua hari dilakukan kapasitas building di kantor WTM yang difasilitasi oleh Herry Naif (Koordinator Program) dan Kristoforus Gregorius (Koordinator Teknis Pertanian). Kegiatan ini juga dihadiri oleh Direktur dan beberapa dua staf Keuangan WTM (Senin-Selasa, 9-10/05/16)

Setelah itu, para fasilitator Lapangan diberi kesempatan untuk melakukan kunjunga belajar (magang) di wilayah program WTM kerja dengan Miserior yakni di kecamatan Mego dan Tanawawo yang sudah berjalan 3 tahun. Kegiatan belajar ini dipimpin oleh Kristoforus Gregorius (Koordinator Teknis Pertanian), (Rabu - Kami, 11-12 Mei 2016)

Tidak semua wilayah dampingan WTM dikunjugi, tetapi hanya beberapa wilayah dampingan yang dikunjungi sesuai dengan perencanaan bulanan dari staf WTM, misalnya di wilayah Dobo dan Kowi (Mego) dan Renggarasi dan Bu Selatan (Tanawawo).

Kunjungan belajar (magang) ini dimaksudkan agar staf baru melihat sendiri kondisi petani yang sedang didampingi lembaga dan bagaimana proses yang terjadi di lapangan. Setalah proses belajar lapangan ini, kembali dibahas di kantor WTM dan pembenahan kapasitas dan manajemen agar pelaksanaan program itu tidak mengalami kendala. 

Dari hasil kunjungan belajar itu ada beberapa pembelajaran diungkapkan beberapa hal postif yang ditemukan dilapangan diantaranya; pertama, pendampingan WTM di sana cukup memberi manfaat dimana bagi petani terutama pertanian organik yang kelestarian lingkungan menjadi perhatian petani. Kedua, petani sudah didorong untuk melakukan penelitian benih (pemulian benih). Ini adalah suatu hal baru yang ditemukan, dan belum dilakukan di tempat lain, ungkap Mus Mulyadi. 

Lebih lanjut, Mus Mulyadi, mantan ketua LMND mengatakan bahwa selain pertemuan dengan beberapa kelompok tani, kami juga mengunjungi beberapa kawasan mata air untuk memantau kondisi terakhir.

Sedangkan Gabriel Maryanto, menemukan bahwa petani di wilayah Bu Selatan sudah mulai dengan pembibitan tanaman pohon mata air yang dilakukan secara mandiri. Ini sebuah pembelajaran menarik, yang mana petani juga memikirkan tentang pemulihan kawasan mata air. Selain itu juga kami menemukan hal negatif yang mana partisipasi kelompok tani dalam diskusi masih lemah, dan secara keseluruhan petani belum memiliki kelender musim yang tentunya menjadi panduan. Karena, perubahan musim ini cukup signifikan yang akan berpengaruh terhadap proses pertanian. 

Menanggapi beberapa hasil belajar yang ditemukan Carolus Winfridus Keupung (Direkut WTM) mengatakan bahwa para staf magang itu ke sana belajar soal teknik memfasilitasi. Karena bila fasilitator salah dalam memfasilitasi maka kita sulit mendapatkan hasil yang baik. Bila dalam perjalanan program kami menilai masih ada yang kurang maka, kami akan mengusulkan untuk kawan-kawan belajar lagi, demikian ungkapnya. 

Sedangkan, Herry kemudian mempresentasikan beberapa hal penting yang harus menjadi target program CEPF sebulan ke depan adalah soal kepastian manajemen kelompok tani, rekruitmen kader tani, identifikasi sumber mata air. Selain itu, ditegaskan bahwa sikap kerelawanan yang dilandasi pada kreatif-inovatif harus menjadi basis pelaksanaan program agar kita tidak terpaku dengan aktifitas program yang ada. Tetapi ada sebuah nilai tawar yang akan menjadi pembelajaran publik. 

Setelah pertemuan, dilakukan persiapan-persiapan administratif yang perlu disertakan dalam aktifitas program di Mapitara.

























Kamis, 12 Mei 2016

CATATAN PENGAMATAN PENELITIAN


CATATAN PENGAMATAN PENELITIAN



Nama : Beatriks Rika
Alamat : Lowo lo'o, Desa Bhera, Kec. Mego, Kab. Sikka
Jenis Penelitian : Pemulian Benih
================================


Jenis Padi :
Pare Kupa dan Pare Chiherang

Tanggal Persemaian :
Pare Kupa : 27 November 2015

Tanggal Persemaian :
Padi Ciherang : 1 Januari 2016

Tanggal tumbuh :
1 Minggu diperam baru disiram

Tangal tanam :
Chiherang, 21 Januari 2016 (7 Minggu)
Kupa, 25 Januari 2016 (2 Minggu)

Jumlah Anakan :
Kupa, 8 anakan (3-4)
Chiherang, 17 – 18 – 20 anakan (3-4)
Tinggi tanaman :
Kupa, 120 cm
Chiherang: 80 Cm

Bentuk Daun :
Kupa; Hijau tua, melengkung
Chiherang, Hijau daun pendek tak melengkung

Warna Batang :
Kupa, Hijau Daun tua, coklat
Chiherang hijau keputihan

Nama OPT (Orgasme Pengganggu Tanaman):
Kupa, (walang sangit)
Chiherang: Penggerek batang dan walang sangit

Waktu Berbunga:
Kupa, 15 Maret 2016
Chiherang, 15 Maret 2016

Jumlah malai Per/rumpun:
Berbeda-beda, ada yang satu
Per satu ada yang serentak

Pajang Malai :
Kupa, 185 biji/bulir
Chiherang: 175 biji/bulir


Bentuk Gabah :
Kupa: kecil, panjang, dan merah kulit dan loreng-loreng
Chiherang: Besar putih, polos

Bobot/1000 Bulir :
Kupa,
Chiherang:

Umur dari semai:
Kupa:112 HT
Chiherang 95 HT

DATA PENGAMATAN:

Persiapan Kawin Silang/Pemulian Padi

Bahan dan Alat:

Bahan-Bahan:
  • Kelambu 2 Lembar
  • Plastik Bening, 2 M
  • Koker/Kertas
  • Kertas Kresek hitam
  • Tali Rafia
Alat-alat:
  • Gunting
  • Tusuk gigi
  • Kaca Pembesar
  • Mistar
  • Kertas HVS dan Kertas Minyak

17 Maret 2016
  • Padi Kupa dikebiri
    (1 Koker) 3 Tangkai, Terhitung dari jam 2 Siang sampai dengan selesai. Setelah itu dibungkus dengan kertas minyak

Rabu, 18 Maret 2016
  • Jam 10 pagi benih dikawinkan dengan varietas Ciherang
  • Dibungkus dengan kertas minyak, dibungkus dengan kertas kresek hitam agar tidak kena air hujan
  • Setelah 5 hari baru dibuka.


Selasa, 22 Maret 2016,
  • Dibuka bungkusannya. Dari hasil pantauan itu dapat dilihat 3 butir ekor beras dari 3 tangkai padi.
    Setelah 3 hari dibuka muncul padi merah hitam diujung beras.
  • Dari bulir padi yang berhasil dikawinkan ini kemudian dipantau perkembangannya dan dijaga hingga pada panen.
Selasa 3 Mei 2016,
  • 3 bulir padi tersebut dimasukan ke dalam kain basah
  • Dibungkus dengan kain dan kemudian diguling seperti tikar
    Kamis, 5 Mei 2016, jam 2 siang
  • Bungkusan benih padi itu dibuka
  • ditemukan telah berkecambah dan kemudian dipindahkan ke polibag

Hingga hari ini masih dalam perawatan padi F1, hasil perkawinan ciherang vs Kupa. Agar diperhatikan apakah sifat dan ciri mengikuti sifat ayah (ciherang) atau ibunya (kupa).

Sedangkan perkawinan dari kupa (ayah) dan cihernag (ibu) menurut peneliti tidak jadi.
Kendati demikian, dia akan mencoba terus hingga jadi untuk memastikan sifat dan ciri padi hasil perkawinan (F1)

Selasa, 10 Mei 2016

BEATRIKS RIKA, SUKSES KAWINKAN PADI

Beatriks Rika, Lahir di Lekebai 29 April 1968. Ia adalah petani perempuan yang dipercaya oleh Wahana Tani Mandiri sebagai salah satu kader tani yang mengurusi(memfasilitasi) tiga kelompok tani di Lekebai.

Dalam program kerja sama WTM dengan Miserior Jerman,ada satu aktifitas penelitian yang dilakukan oleh para kader tani dan petani. Beatriks kemudian mengikuti pelatihan pemulian benih melalui perkawinan silang. I melakukan perkawinan silang padi Chiherang dan Kupa sebagai wujud real dari ilmu yang diperolehnya
Beatriks Rika sedang
 Memperhatikan Panen yang ada di Persawahannya

Sebagai uji coba pribadi,  saya buat agar bila sukses, saya akan kemudian menularkannya kepada kelompok tani dampingan WTM yang dikoordinasinya (Kelompok Tani Sinar Tani, St. Yosep, Moretau Mbombe, Usaha Bersama). Ternyata dari perkawinan padi yang ia lakukan telah menghasilkan 8 bulir padi hasil perkawinan yang siap ditanam atau disemaikan agar kemudian mendapatkan benih padi (F1).

Dari padi (F1) ini akan ditanam dan kemudian akan diikuti terus agar melihat apa sifat dan ciri padi ini seperti yang diinginkannya atau tidak? ujarnya saat ditemui di kediamannya. Tambahnya, saya punya catatan yang lengkap soal perkembangan penelitian kawin silang ini. Akan saya serahkan kepada WTM untuk dibuat buku saku atau apalah, ulas Beatriks.

Saya mengawali kegiatan ini dengan menanam dan memantau perkembangan padi. Dari beberapa pohon padi yang siap kawin dipindahkan dari persawahan ke polibag agar memudahkan pemantauan. 


Ada beberapa polibag yang ditanam padi itu kemudian digunting malai jantannya, dan dibungkus. Setelah sehari, dilakukan pengchekan apakan hasil peguntingan tersebut berhasil. dari beberapa tangkai yang digunting itu semuanya siap kawin.

Bulir padi hasil kawin silang
Dari hasil pemantauan tersebut semua malai yang digunting itu siap kawin maka dikawinkan dengan sel jantan yang sudah disiapkan. Perkawinan silang ini menyita banyak perhatian, yang mana pagi dan sore harus dipantau perkembangannya, ujar Beatriks.

Bekat jeri payah dan ketekunannya, uji coba perkawinan silang padi chiherang dan Kupa ternyata sukses, yang mana ada 8 bulir padi yang diperoleh dari satu tangkai (hasil pantau, 12 April).

Kedelapan bulir ini dibiarkan sampai masa panennya dan kemudian dijemur dengan beralaskan kertas minyak kemudia setelah kering dibungkus dengan kain basah selama 2-3 hari. Pada pada tanggal 3 Mei 2016, saya membungkusnya dan tanggal 5, saya chek ternyata sudah muncul kecambah maka saya pindahkan ke polibag untuk disemaikan. 

Sementara saya dalam perawatan agar benih hasil kawin ini dikembangkan, ulas Ketua Seksi Pemberdayaan Perempuan Paroki st. Maria Imaculata Lekebai. 

Ini adalah sebuah pengalaman yang membanggakan secara kelembagaan bersama wahana Tani Mandiri dan secara pribadi, demikian ungkapnya.

Saya akan terus mengikuti perkembangannya, sampai pada adanya sebuah varietas baru yang akan saya beri nama pare 3S (Sega, Sela Sona). Nama ini saya beri sesuai dengan nama leluhur kami di Lekebai, demikian harapan perempuan peneliti yang terlibat dalam banyak kegiatan di desa baik dari institusi agama dan LSM


Senin, 09 Mei 2016

WTM Lakukan Kunjugan Lapangan ke Mapitara

Tim WTM sedang berdiskusi dengan Maria Kasmini 
(Ketua Kelompok Natar Mage, Hale)
Maumere, KN, Mengawali program "Interesed Revenue Community Supporting Sustainable ecosystem" (Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam Mendukung Manajemen Ekosistem Berkelanjutan di Kawasan Egon) kerjasama Wahana Tani Mandiri (WTM) dengan Critical Ecosystem Patnership Fund (CEPF). Konsentrasi pelaksanaan program ini di kawasan Egon Ilimedo, khususnya di wilayah kecamatan Mapitara (Desa Egon Gahar, Natakoli, Hale dan Hebing. Sebagai langkah awal, pihak WTM mengutus empat staf lapangan, dibawa koordinasi Krisforus Gregorius (Koordinator Teknis Pertanian), sejak selasa, 3 - 7 Mei 2016.

Tujuan dasar mereka ke lapangan adalah sosialisasi program kepada warga dan pemerintah desa, sekaligus meng-update data kelompok tani yang ada di masing-masing desa dampingan.

Dalam kunjungan tersebut, terlihat antusias masyarakat cukup tinggi khususnya kelompok tani yang pernah didampingi WTM beberapa tahun lalu dalam program Kedaulatan Pangan WTM bersama WALHI NTT dalam kerja sama dengan Dompet Du'afa.  

Selain berdiskusi tentang tujuan program dan teknis pelaksanaanya bersama warga, tim juga sempat mendata sumber mata air yang ada di Kecamatan Mapitara. Dari hasil pendataan tersebut, ditemukan 36 sumber mata air yang tersebar di empat desa tersebut. Di desa hale terdapat 13 sumber mata air, 3 sumber mata air di Desa Hebing, 3 sumber mata air di desa Natakoli dan 7 sumber mata air di desa Egon Gahar.

Beberapa kelompok tani yang ditemui mengatakan bahwa banyak persoalan tani yang dihadapi seperti hama tanaman, serangan penyakit pada ternak, persoalan gagal tanam dan masih banyak persoalan lain sehingga mereka sangat mengharapkan pendampingan serius dari WTM.

Sabtu, 07 Mei 2016

WTM dan MASIPAG Kawin Silang Padi

Senin, 21 Maret 2016 - 08:49:18 WIT | dibaca: 165 pembaca
WTM dan MASIPAG Kawin Silang Padi

KAREL PANDU/TIMEX

MAUMERE, TIMEX-Petani Wahana Tani Mandiri (WTM) bersama Masipag Filipina melakukan perkawinan silang padi pada sejumlah desa di Kabupaten Sikka. Desa tersebut diantaranya di Puskolap Jiro Jaro, Tanali Desa Bhera Kecamatan Mego, sejak 14-16 Januari lalu.

Hal ini disampaikan Direktur WTM, Carolus Winfridus Keupung kepada Timor Express, Jumat (18/3) di Maumere.

Carolus menjelaskan, program peningkatan kapasitas masyarakat tani dalam adaptasi perubahan iklim melalui pendekatan usaha tani berbasis konservasi. Hal ini merupakan kerja sama WTM bersama Miserior Jerman. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah pemulihan benih. Pemulihan benih dimaksudkan untuk kembali mengidentifikasi benih-benih padi lokal yang hampir punah setelah masuknya varietas-varietas baru yang dibawa oleh korporasi dan Dinas Pertanian.

Kegiatan yang berlangsung tiga hari itu difasilitasi Yuni (petani Masipag-Filipina, Elisabet (konsultan People Led Development Miserior Jerman), Kristof (Satu Nama) didampingi Herry Naif (koordinator Advokasi, Riset, Lingkungan dan Pengelolaan Hasil).

"WTM bersama Masipag Filipina melakukan kerja sama untuk melakukan perkawinan silang padi agar bisa menemukan benih padi unggulan bagi para petani," ungkap Carolus.

Ia menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Miserior sebagai penyokong dana kepada WTM dan kepada para fasilitator. Kegiatan tersebut penting untuk dilakukan oleh petani, yang mana petani bisa melakukannya (mempraktekan) di kebun masing-masing.

Diharapkan, beberapa tahun ke depan para petani dampingan WTM di tiga kecamatan (Magepanda, Mego dan Tanawawo) pastinya memberi sebuah nilai baru dalam proses pemulian benih lokal.

"Kegiatan ini juga merupakan kesempatan untuk menaikan bargaining potition petani yang selama ini hanya menjadi penanam tetapi tidak menjadi peneliti. WTM bersama petani melakukan kaji banding dan uji terap yang pelakunya juga adalah para kader tani. Kami melihat bahwa saatnya petani harus didorong untuk merebut kembali kedaulatan benih yang lama hilang," ujarnya.

Sementara itu Direktur Walhi NTT, Hery Naif mengatakan, kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua metode yakni in class untuk mengetahui apa dan tujuan penelitian dilakukan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan dan out class adalah untuk mempraktikkan teori-teori yang disampaikan. Dengan dua metode itu akan mempermudah proses pemahaman petani dalam melakukan praktik kawin silang benih.

Kegiatan praktik kawin silang lanjut Hery, diawali dengan penjelasan soal persiapan kawin silang setelah itu para peserta bersama fasilitator menuju lokasi persahawan Lowolo, Bhera untuk pengambilan sampel padi yang siap kawin. Jenis padi yang dijadikan sampel perkawinan adalah pare Kupang dan pare Chiherang. setelah pengambilan benih dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana melakukan kawin silang.

Dari penjelasan itu, para peserta kemudian melakukan praktik pemotongan benih yang siap kawin.

Semua peserta serius mengikuti praktik tersebut, kendati harus dilakukan dalam beberapa tahapan penerjemahan dari bahasa tagalog, Inggris dan Indonesia. Sebaliknya bila dari peserta, maka harus diterjemahkan dari bahasa Indonesia, Ingris dan Tagalog.

Setelah melakukan praktik pemotongan malai betina yang siap kawin, ditutup dengan kertas minyak dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana melakukan perkawinan. Namun perkawinan ini harus memperhatikan waktu (jam) birahi dari padi jantan.

Menurut fasilitator waktu kawin padi adalah pukul (09.00-11.00).

Setelah dilakukan perkawinan silang benih, para peserta kembali ke kelas dan melakukan evaluasi tahapan dan proses serta membuat perencanaan bersama tentang apa yang dilakukan setelah acara praktik tersebut. Kegiatan ini dinilai cocok karena hampir sebagian besar padi ladang dan sawah di wilayah Magepanda, Mego dan Tanawaso belum berbulir.

"Ini adalah kesempatan bagi kami para peserta untuk melakukan kawin silan", kata Siprianus Rehing, salah seorang petani asal Bu Selatan. (kr5/ays)

Sumber: http://www.timorexpress.com/20160321084918/wtm-dan-masipag-kawin-silang-padi#ixzz47yCEQMul

Jumat, 06 Mei 2016

BEATRIKS RIKA, PETANI PEREMPUAN YANG SUKSES KAWINKAN PADI


Maumere - KN, Menindaklanjuti kegiatan Pelatihan Kawin silang yang diselenggarakan WTM dengan fasilitatornya Mathias Pagang (Petani Peneliti) dari Manggarai Barat pada bulan November lalu dan pelatihan bersama Masipag bulan Maret lalu, para kader tani dan staf WTM mencoba melakukan penelitian tersebut. Kelima petani peneliti yang melakukan uji coba kawin silang itu, mencatat bahwa ada begitu banyak pengalaman yang dialami petani peneliti terutama dalam mengikuti perkembangan pertumbuhan padi tersebut. Setiap perkembangan padi yang diteliti itu, dicatat sebagai pengalaman yang berwujud pada pengetahuan mereka akan padi. 

Add caption
Dari Kelima petani peneliti itu yang dinilai sukses adalah Beatriks Rika, Petani Peneliti dari kelompok tani Lowo Lo'o, Lekebai, desa Bhera, kecamatan Mego. Beatriks adalah kader tani dampingan WTM, yang selama ini mengkoordinasi tiga (3) kelompok tani, yakni Kelompok tani Sinar Tani, Usaha Baru, dan kelompok St. Yosef.
Menanggapi penelitian ini, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usahan Tani Berbasis Konservasi, bekerjasama dengan Miserior Jerman salah satu aktivitas adalah Penelitian Kawin Silang Padi (Pemulian Padi).
Penelitian bagi Wahana Tani Mandiri (WTM) dan petani dampingannya sesungguhnya bukanlah hal yang baru. Pertama karena dari sejarahnya, advokasi pertanian organik ini didasarkan sebuah landasan penelitian kaji banding antara pupuk kimia dan pupuk organik yang dilakukan WTM dan Petani dampingannya. Padahal awalnya, WTM menjadi agen dan distributor pupuk kimia bagi petani, kenangnya.
Namun, berasas pada hasil penelitian yang dilakukan WTM dan Petani itu kemudian secara kelembagaan mengambil sikap untuk mengadvokasi pertanian organik yang dikenal sistem pertanian terpadu. Kedua, WTM juga secara kelembagaan melakuan kajian pertanian untuk mengetahui secara pasti tentang sebuah tanaman. Dari pengalaman ini, kami menyimpulkan bahwa penelitian itu bukanlah hal baru, ujar mantan Direktur WALHI NTT
Hanya saja, bertepatan dengan penelitian kawin silang yang sedang dilakukan petani pada saat ini memang selain faktor individu juga faktor alam yang mana ketidakpastian musim penghujan dan curah hujan yang sangat rendah, lanjut Win Keupung.

Sedangkan Herry Naif (Koordinator Advokasi, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil - WTM) mengatakan bahwa penelitian kawin silang demi pemulian benih sepintas dinilai gampang. Benar. Tetapi ada banyak faktor yang bisa mendukung dan mengambat penelitian mulai dari petani peneliti sendiri maupun faktor-faktor eksternal, ujarnya.

Dari kelima peneliti yang terus dipantau WTM dan dirinya, menilai bahwa kemauan petani peneliti untuk melakukan penelitian itu ada. Mulai dari persiapan benih, penanaman dan perawatan hingga pada perkawinan. Secara faktual ditemukan bahwa dari kelima peneliti, Beatriks Rika (Lekebai), Sipri (Bu Selatan) Herzon dan Agus Tiga (Renggarasi) dan Kanis Garu (Done), ulas putra TTU.
Kelimanya melakukan penelitian sesuai dengan tahapan yang diperoleh dari pelatihan yang dilakukan. Namun, dari semua petani peneliti Beatriks Rika yang adalah petani perempuan peneliti satu-satunya yang sukses pula sampai pada mendapatkan benih hasil kawin silang padi Chiherang dan Kupa. Ini adalah sebuah pengalaman yang membanggakan secara kelembagaan dan secara pribadi bagi mama beatriks, ujar Herry.
Beatriks Rika sedang Memperhatikan Panen yang ada di Persawahannya

Berbasis pada pengalaman yang diterima pada saat pelatihan tersebut, Beatriks Rika mencoba mengawinkan pare Kupa dan Chiherang. 
Menurut Beatriks, ini sebagai uji coba pribadi yang saya buat agar bila sukses, saya akan kemudian menularkannya kepada kelompok tani dampingan WTM yang dikoordinasinya (Kelompok Tani Sinar Tani, St. Yosep, Moretau Mbombe, Usaha Bersama). Ternyata dari perkawinan padi yang ia lakukan telah menghasilkan 8 bulir padi hasil perkawinan yang siap ditanam atau disemaikan agar kemudian mendapatkan benih padi (F1).

Dari padi (F1) ini akan ditanam dan kemudian akan diikuti terus agar melihat apa sifat dan ciri padi ini seperti yang diinginkannya atau tidak? ujarnya saat ditemui di kediamannya. Tambahnya, saya punya catatan yang lengkap soal perkembangan penelitian kawin silang ini. Akan saya serahkan kepada WTM untuk dibuat buku saku atau apalah, ulas Beatriks.

Beatriks Rika yang lahir di Lekebai, 29 April 1968 secara garis besar menjelaskan bahwa, diidentifkasi beberapa pohon padi yang siap kawin dipindahkan dari persawahan ke polibag agar memudahkan pemantauan. Ada beberapa polibag yang ditanam padi itu kemudian digunting malai jantannya, dan dibungkus. Setelah sehari, dilakukan pengchekan apakan hasil peguntingan tersebut berhasil. dari beberapa tangkai yang digunting itu semuanya siap kawin.

Bulir padi hasil kawin silang
Dari hasil pemantauan tersebut semua malai yang digunting itu siap kawin maka dikawinkan dengan sel jantan yang sudah disiapkan. Perkawinan silang ini menyita banyak perhatian, yang mana pagi dan sore harus dipantau perkembangannya, ujar Beatriks.

Bekat jeri payah dan ketekunannya, uji coba perkawinan silang padi chiherang dan Kupa ternyata sukses, yang mana ada 8 bulir padi yang diperoleh dari satu tangkai (hasil pantau, 12 April).

Kedelapan bulir ini dijemur dengan beralaskan kertas minyak kemudia setelah kering dibungkus dengan kain basah selama 2-3 hari. Pada pada tanggal 3 Mei 2016, saya membungkusnya dan tanggal 5, saya chek ternyata sudah muncul kecambah maka saya pindahkan ke polibag untuk disemaikan. Sementara saya dalam perawatan agar benih hasil kawin ini dikembangkan, ulas Ketua Seksi Pemberdayaan Perempuan Paroki st. Maria Imaculata Lekebai.

Saya akan terus mengikuti perkembangannya, sampai pada adanya sebuah varietas baru yang akan saya beri nama pare 3S (Sega, Sela Sona). Nama ini saya beri sesuai dengan nama leluhur kami di Lekebai, demikian harapan perempuan peneliti yang terlibat dalam banyak kegiatan di desa baik dari institusi agama dan LSM lain.


<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...