Minggu, 28 Agustus 2016

SANGGO, PETANI SAYUR ORGANIK DARI MAGEPANDA

Selestina Sanggo, lahir di Duli sebuah dusun kecil, desa Rero Roja, Kecamatan Magepanda, pada tanggal 13 Maret 1976. Di kampung ini ia biasa sapa dengan nama Sanggo. Mama Sanggo memiliki 3 orang anak, 2 puteri dan 1 orang putera. Ibu berkacamata memiliki postur tubuh tinggi, dan ia pun selalu membantu siapa saja yang membutuhkannya. Mama sanggo juga aktif di bidang kerohanian, selain sebagai  tim relawan  dalam program-program bersama Plan dan Caritas. 

Sejak tahun 2015, ia bergabung dengan WTM sebagai salah satu kader. Beliau ini cukup aktif dalam melakukan advokasi, baik dalam kebijakan maupun secara teknis. Ia dimandatkan mendampingi  2 kelompok tani di desa Magepanda; yaitu Kelompok Rapa Laka dan kelompoknya sendiri Sinar Tani Kawa Su’a.  

Selestina Sanggo, Petani Sayur Organik di Pasar Alok-Mof
Dalam diskusi tentang pengembangan tanaman pangan dan sayuran, bersama Fasilitator Lapangan WTM, Maria Martha Muda yang mengutarakan tentang bagaimana seorang petani mampu merawat kebunnya sendiri dengan mengembangkan keanekaragaman tanaman pangan dan berbagai jenis sayuran. Diskusi topik ini membuat ia tertarik, dalam pikirannya mama Sanggo. Beliau kemudian bersama anggota kelompok dampingannya merencanakan  bahwa semua anggota harus memiliki lahan sayur. 

Dalam pertemuan itu juga sempat ia sampaikan bahwa untuk pengembangan sayur sangatlah tidak sulit, kita hanya beli bibitnya saja sedangkan pupuk dan pestisida organik  sudah tersedia di kebun sendiri tinggal saja kita mengelolah. Apa susahnya, kalau kita mulai mencoba. 

Diskusi topik ini menjadi titik awal yang memotifasi anggota kelompok dampingannya. Karena begitu penasaran  dan penuh semangat  mama Sanggo sampai menyewakan lahan kecil  dari keluarganya buat  usaha tanam sayur.  Walaupun miliki lahan berhektar-hektar tetapi diusahakan untuk tanam padi sawah dan ladang. 

Menurutnya,  tanaman itu untuk kita hidup. Sambil menunggu padi mending, saya manfaatkan tanaman sayur sehingga uang selalu ada.  Waktu yang begitu singkat untuk mengelola 12 bedeng.  Tetapi herannya, permasalahan waktu bukanlah menjadi sebuah tantangan maka waktu ini sunggu dimanfaatkan sehingga secara de facto, bedeng-bedeng ini sudah dipenuhi dengan sayur sawi dan kangkung karena memang jenis sayur ini masa panennya  lebih cepat.

Setiap 2 hari sekali, ia selalu mengunjungi usaha kecilnya itu sekaligus menyiramnya  dan tidak lupa memberi pupuk organik secara teratur. Dari hasil pupuk organik tersebut kondisi sayur sawi daunnya segar dan sehat, batangnya besar begitu pun kangkung. Pada awal panen pendapatan yang ia terima sekitar 3 jutaan rupiah, sejak itu panen sering dalam 2 hari sekali sehingga pendapatan yang ia terima sampai sekarang bisa mencapai belasan juta rupiah, (Rp 15.650.00). keberhasilan mama sanggo dalam waktu 5 bulan, ia sudah memperoleh pendapatan yang lumayan. Ini adalah sebuah pengalaman yang baginya adalah luar biasa dan menjadi motivasi bagi petani yang lain, ujar Sanggo. 

Dari hasil kerja kerasnya 6 anggota lainnya  mendapat kesejahtraan yang sama  pula, paling tidak bawang sekilo, gula sekilo dan kopi sekilo tersedia di dapur mami. Pada umunya rata-rata setiap anggota mengembangkan sayur sawi hijau dan kangkung. Hasil panen ia bawa jual ke pasar Alok-Maumere dan ada beberapa konsumen yang menjadi pelanggannya. 

Sayur dan kangkung organik dari kebunnya menjadi bahan pembanding bagi para konsumen di pasar Alok dan malah ditunggu oleh para pelanggannya. Gara-gara sayur organik membuat Ibu dengan ciri khas berkacamata ini bukan terkenal di kampungnya saja tetapi sudah familiar di kompleks pasar alok - Maumere karena sayurnya yang berorganik dan  berhigienis. Produksi sayur organik dari Magepanda menggeser daerah penghasil sayur lainnya seperti Waigete.

Anehnya apabila mama sanggo belum muncul di pasar pasti pelanggannya langsung menanyakan belum datangkah ibu yang kacamata itu. Sayurnya simpan lama tapi masih segar, kita makan tidak rasa nyiluk, enak dan gurih.

Sabtu, 27 Agustus 2016

Hendrikus Gedo, Petani Ulet dan Disiplin


 Kelompok Tani Kaju Naja O’a adalah salah satu kelompok yang berdomosili di dusun Nawuteu tepatnya di desa Kolisia B, Kecamatan Magepanda. Kelompok ini bergabung bersama WTM (Wahan Tani Mandiri) sejak tahun 2014. Kelompok ini beranggotakan 24 orang yang terdiri dari 15 orang laki dan 9 orang perempuan.

Tentunya di dalam sebuah komunitas pasti memiliki tipikal atau ciri yang berbeda dari masing-masing anggotanya. Berbeda dengan yang satu ini anggota dengan nama lengkapnya Hendrikus Gedo, lahir di sebuah kampung kecil Masekea, pada tanggal 6 Juli 1962 Ia mempunyai 3 orang, 1 putra dan 2 putri dan 4 orang cucu.

Hendrikus Gedo dengan sapaan akrabnya bapa Minggus dianugerahi sebagai seorang petani yang tulen. Sosok yang begitu semangat dan boleh dikatakan sangat aktif dan kreatif.

Kini, bapa Minggus dipercayakan sebagai salah satu pengurus yang mana bertugas sebagai operator mesin, karena kebetulan kelompok ini memiliki sumur bor yang dimanfaatkan oleh anggota untuk kebutuhan air minum dan siram sayur. Tugas yang dipercayakan kepada Bapa Minggus ia laksanakan dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, tepat waktu sehingga aggota tetap semangat.  Apabila ada kemacetan atau kesalahan teknis dalam menggunakan mesin bor air, Bapa Minggus langsung menghadirkan tenaga ahli untuk memperbaikinya.
Hanya dalam kesehariannya di kelompok, bapa Minggus dikenal memiliki watak keras dan tegas sehingga anggota bisa belajar disiplin sehingga pada saat pertemuan anggota semuanya hadir.

Dalam setiap pertemuan selalu ada konsep baru yang ia lontarkan dan ternyata diterima baik oleh anggotanya.

Awalnya belum ada arisan kelompok, tiba-tiba dengan spontan dan nada begitu halus beliau menyampaikan “Bagaimana kalau  dibuat arisan kecil sehingga bisa membantu kita anggota“. Ungkapan spontan ini kemudian disepakati anggota untuk mengumpulkan uang (Iuran) yang mana setiap anggota duapuluh ribu rupiah  (Rp. 20.000) sebagai  dana awal kelompok.

Bagi Bapak yang mempunyai empat orang anak ini, menurutnya pendampingan WTM cukup bagus. Sangat berbeda dengan pendampingan-pendampingan yang sebelumnya dan sementara ini ia ikuti, ujarnya.

Walaupun hanya dengan ilmu dan teknik pola pertanian yang sederhana sudah cukup membantu para petani, tergantung pada petani  untuk melihatnya sebagai kesempatan emas untuk anggota terapkan.

Pada tanggal 1 Juni 2016, Fasilitator Maria Martha Muda (Fasilitator Lapangan Wilayah Magepanda)  bersama anggota melakukan praktek Teknik Olah Jalur di kelompok Kaju Naja O’a. Praktek ini langsung di kebunnya. Sebelumnya lahan sudah disiapkan dengan baik, kira-kira sekitar 20 mx 20 m luasnya. Bapa Minggus selama 2 minggu tidak pernah istirahat hanya karena mencangkul tanah sedalam 50cm, dengan lebar 1 m panjang 7 m untuk olah jalur ini. Dari lahan yang ada semuanya sudah dicangkul sesuai petunjuk yang diberikan. Jumlah olah jalur yang dicangkul berjumlah 20 lajur. 

Jangankan 2 atau 3 orang yang kerjakan, 5 orang pun pasti tidak sanggup bahkan tidak bisa menghabiskan waktu hanya dalam 2 minggu. Tetapi bagi bapa benar-benar mau ujicoba, apakah ilmu yang diberikan WTM bisa dibuktinyatakan? demikian ulasnya.
Ternyata benar, pada bulan berikutnya; yaitu bulan Agustus pada saat kunjungan ke kebunnya, lahan yang dijadikan praktek tersebut semuanya sudah dipenuhi dengan tanaman jagung. Jagung tumbuh subur, karena awalnya bahan organik yang disisihkan cukup padat.  Di samping sebelah atas lahan yang masih sisa, ia tanami dengan terung organik, tanahnya pun subur, daunnya hijau dan sudah mulai berbunga.
Mari kita belajar dari Bapa Minggus,  seorang petani yang tekun, ulet, aktif dan penuh sabar. Apa pun sesuatu yang baru, ia ingin mencobanya.


Minggu, 21 Agustus 2016

KELOMPOK TUKE LAKA LAKUKAN BREAVING KADER TANI DAN ANGGOTA

Maumere-KN;  Kelompok Tuke Laka ditunjuk oleh Pemerintah desa Korbhera sebagai side contoh pemeliharaan dan pengembangbiakan kambing di desa Korobhera, kecamatan Mego, Kabupaten Sikka. Untuk itu, kegiatan breaving budidaya ternak yang sekalian dipandang sebagai upaya penyeragaman persepsi dan model perawatan kambing.

Kegiatan Breaving ternak kambing dilakukan oleh Wahana Tani Mandiri (WTM) Magetake, Kamis, 4 Agustus  2016. Kegiatan ini difasilitasi oleh Alexander Bambang (Fasilitator Lapaganan Kec. Tanawawo). Dalam acara itu, aleks menguraikan pentingnya kandang, pakan ternak, kesehatan, dan pengembangbiakan.

Sebelum kegiatan ini para anggotan kelompok Tuke Laka yang beranggotakan 13 orang itu sudah melakukan pembuatan kandang kabing secara sederhana. Pembuatan nandang dianggap penting, sebab kambing akan terlindung dari panas dan hujan dan mudah dalam perawatan. Kandung dianjurkan berbentuk panggung, dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat garam, tukas Alex.

Selain itu, dengan adanya kandang kambing akan mempermuda proses penjagaan kebersihan lingkungan dan kotoran kandang bisa mensuplai proses pertanian terutama dalam pemenuhan pupuk kandang.

Menurut Alex, bahwa pakan ternak yang perlu disiapkan perlu seimbang antara daun legum dengan daun-daunan yang berserat, supaya perkembangan kambing akan lebih sehat dan cepat. Apabila petani tidak memiliki pakan ternak dan hanya berharap dari hasil koleksi maka akan menyulitkan sebuah proses budidaya ternak kambing.

Dalam kesempatan itu, disepakati oleh para anggota kelompok Tuke laka di setiap kebun anggota harus menanam pakan ternak, misalnya gamal, kaliandra, turi dan berbagai tanaman legum lainnya.
Sedangkan dari sisi kesehatan kambing ditekankan, agar adanya pencegahan dini terhadap penyakit melalui kearifan-kearifan lokal yang selama ini dipraktekan petani seperti: kambing mencerat biasanya diberi larutan gula-garam, atau dikasih minum air laut. Bila kambing mengalami ganguan perut (perut kembung) sebaiknya rumput dan daun legum yang diberikan sebaiknya dilayukan sebelumnya, dan tidak memberikan daun muda pada kambing tersebut. Lebih dari itu juga kambing juga tidak digembalakan jangan terlalu pagi karena masih ada embun/basah rumputnya.  Pengobatan alternatif lainnya seperti: kambing diberi minum secangkir minyak kelapa.

Bila kambing menderita penyakit cacingan, kambing tersebut bisa diberi buah pinang yang ditumbuk halus dan dicampur dengan dengan nasi  hangat yang kepal.

Dari sisi perkembangbiakan kambing yang perlu diperhatikan adalah pemelihan bibit jantan dan betina  yang sehat dan yang sudah berumur kurang lebih 8-12 bulan. Dengan demikian kambing akan dalam waktu singkat dapat berproduksi. Sebab biasanya kambing dapat berproduksi dalam 8 bulan sekali, itu berarti induk bisa melahirkan setiap 8 bulan, yang mana dalam waktu 2 tahun kambing tersebut bisa 3 kali berproduksi, ujar aleks.


Diakhir acara, semua peserta kelihatan berbangga karena anggota kelompok sekali mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengembangbiakan kambing. 

KELOMPOK TUKE LAKA LAKUKAN BREAVING KADER TANI

Maumere-KN;  Kelompok Tuke Laka ditunjuk oleh Pemerintah desa Korbhera sebagai side contoh pemeliharaan dan pengembangbiakan kambing di desa Korobhera, kecamatan Mego, Kabupaten Sikka. Untuk itu, kegiatan breaving ternak yang sekalian dipandang sebagai upaya penyeragaman persepsi dan model perawatan kambing.

Kegiatan Breaving ternak kambing dilakukan oleh Wahana Tani Mandiri (WTM) Magetake, Kamis, 4 Agustus  2016. Kegiatan ini difasilitasi oleh Alexander Bambang (Fasilitator Lapaganan Kec. Tanawawo). Dalam acara itu, aleks menguraikan pentingnya kandang, pakan ternak, kesehatan, dan pengembangbiakan.

Sebelum kegiatan ini para anggotan kelompok Tuke Laka yang beranggotakan 13 orang itu sudah melakukan pembuatan kandang kabing secara sederhana. Pembuatan nandang dianggap penting, sebab kambing akan terlindung dari panas dan hujan dan mudah dalam perawatan. Kandung dianjurkan berbentuk panggung, dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat garam, tukas Alex.

Selain itu, dengan adanya kandang kambing akan mempermuda proses penjagaan kebersihan lingkungan dan kotoran kandang bisa mensuplai proses pertanian terutama dalam pemenuhan pupuk kandang.

Menurut Alex, bahwa pakan ternak yang perlu disiapkan perlu seimbang antara daun legum dengan daun-daunan yang berserat, supaya perkembangan kambing akan lebih sehat dan cepat. Apabila petani tidak memiliki pakan ternak dan hanya berharap dari hasil koleksi maka akan menyulitkan sebuah proses budidaya ternak kambing.

Dalam kesempatan itu, disepakati oleh para anggota kelompok Tuke laka di setiap kebun anggota harus menanam pakan ternak, misalnya gamal, kaliandra, turi dan berbagai tanaman legum lainnya.
Sedangkan dari sisi kesehatan kambing ditekankan, agar adanya pencegahan dini terhadap penyakit melalui kearifan-kearifan lokal yang selama ini dipraktekan petani seperti: kambing mencerat biasanya diberi larutan gula-garam, atau dikasih minum air laut. Bila kambing mengalami ganguan perut (perut kembung) sebaiknya rumput dan daun legum yang diberikan sebaiknya dilayukan sebelumnya, dan tidak memberikan daun muda pada kambing tersebut. Lebih dari itu juga kambing juga tidak digembalakan jangan terlalu pagi karena masih ada embun/basah rumputnya.  Pengobatan alternatif lainnya seperti: kambing diberi minum secangkir minyak kelapa.

Bila kambing menderita penyakit cacingan, kambing tersebut bisa diberi buah pinang yang ditumbuk halus dan dicampur dengan dengan nasi  hangat yang kepal.

Dari sisi perkembangbiakan kambing yang perlu diperhatikan adalah pemelihan bibit jantan dan betina  yang sehat dan yang sudah berumur kurang lebih 8-12 bulan. Dengan demikian kambing akan dalam waktu singkat dapat berproduksi. Sebab biasanya kambing dapat berproduksi dalam 8 bulan sekali, itu berarti induk bisa melahirkan setiap 8 bulan, yang mana dalam waktu 2 tahun kambing tersebut bisa 3 kali berproduksi, ujar aleks.


Diakhir acara, semua peserta kelihatan berbangga karena anggota kelompok sekali mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengembangbiakan kambing. 

Senin, 15 Agustus 2016

400 Petani Mapitara sibuk kerja kandang ayam

400 Petani Mapitara sibuk kerja kandang ayam

Salah satu butir rekomendasi dari Pelatihan Budidaya Ternak yang dilakukan oleh WTM  dalam kerja samanya dengan Crytical Ecosystem Parthnersip Fund (CEPF) adalah pembuatan kandang ayam oleh setiap anggota kelompok yang difasilitasi oleh para kader tani dan fasilitator lapangan sejak pertengahan bulan Juli, 2016. 

Karena itu, tidak heran bila sekitar empat ratus (400) petani dari Kecamatan Mapitara dampingan Wahana Tani Mandiri (WTM) saat ini sibuk mengerjakan kandang ayam. Pantauan staf  lapangan WTM, Mus Muliadi saat mengunjungi beberapa kelompok tani di Desa Natakoli dan Desa Hale, mengatakan bahwa anggota kelompok cukup sibuk mengumpulkan bahan seperti bambu, kayu dan beberapa kelengkapan untuk pembuatan kandang. Menurutnya, 75 persen para petani telah memiliki kandang, dengan berbagai bentuk. 

Sedangkan, Albertus Ruben, salah satu kader tani desa Hale yang ditemui Kabar Nuhang  menjelaskan kegiatan kerja kandang ini dimulai sejak bulan Juli sampai pertengahan bulan agustus 2016 sesuai rencana masing masing kelompok. “Memang, ada banyak pekerjaan petani saat ini seperti membersihkan kebun, merawat tanaman, buka kebun baru untuk persiapan musim tanam, dan masih banyak kesibukan lainnya namun kerja kandang saat ini menjadi fokus utama bagi kelompok dampingan WTM”, kata Ruben.

salah satu kandang ayam yang dibuat petani mapitara
Di selah-selah diskusi dengan beberapa petani, Laurensius Stafanus salah satu anggota kelompok asal Glak Desa Hale mengatakan bahwa kelompok kami sangat berterima kasih kepada WTM karena sudah memberi motifasi dan dukungan moril kepada kami. “Sekarang kami merasa aman dengan ayam kami, walaupun baru beberapa hari dalam kandang, soalnya ayam sekarang aman dari binatang pemangsa, selain itu kami mudah mengontrolnya saat pagi memberi makan”  kata Laurensius menyadari kelompoknya. Hal senada disampaikan juga oleh bapak Lukas anggota kelompok tani asal Umatawu Desa Natakoli saat diskusi kelompok di Kajowair, Umatawu.

Namun ada hal lain yang dikeluhkan oleh hampir semua kelompok tani soal penyakit pada ayam (Tetelo) yang menyerang setiap tahunnya. “setiap tahun mulai bulan juli sampai oktober ayam selalu teserang penyakit, kami tidak tahu itu penyakit apa, biasanya kalau sudah mati satu yang lainpun tidak lama habis” keluh mama Theresia Monge anggota kelompok Suka Tani, Desa Hale. Theresia berharap ada solusi yang diberikan WTM kepada kelompok tani soal penyakit yang menyerang ayam. Hal ini kemudian dijelaskan oleh Kader Tani, Albertus Ruben bahwa selama kurang lebih dua tahun WTM akan memberikan beberapa solusi seperti vaksin rutin setiap tiga bulan dan beberapa tawaran obat tradisional.

Terkait pengerjaan kandang oleh kelompok tani dampingan WTM , hingga info ini dipublikan, kandang yang sudah jadi mencapai 75 %.mm_knnews

Selasa, 09 Agustus 2016

WTM LAKUKAN BREAVING KADER TANI DAMPINGAN MAPITARA

Maumere, KN. Peningkatan kapasitas kader tani di wilayah kecamatan Mapitara sungguh dibutuhkan dalam pelaksanaan Program "Peningkatan Pendapatan Petani/Masyarakat dalam Mendukung Manajemen Ekosistem Berkelanjutan di Kawasan Egon". Karena itu, Wahana Tani Mandiri (WTM) melakukan kegiatan Breaving Kader Mapitara di Hale, Kecamatan Mapitara, pada hari tanggal 6 Agustus 2016.

Breaving Kader Tani WTM di Hale, (6/8/16)
Kegiatan ini difasilitasi oleh Herry Naif (Koordinator Program) WTM. Dalam pembukaan acara, Herry mengutarakan bebeberapa tujuan penting diantaranya, PertamaMeningkatkan pemahaman kader akan strategi dan model Pengembangan dan pelaksanaan Program.  KeduaMemantau proses pelaksanaan program di lapangan. KetigaMengidentifikasi problem-problem pelaksanaan program agar dicarikan solusi alternatif. 

Selain itu, di awal kegiatan didaftarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan sampai bulan Desember, seperti: 

  • Penguatan Kelompok HKM di Hebing, Hale dan Egon Gahar 
  • Perencanaan kelompok dalam penghijaaun mata air dan TUP
  • Pembuatan Kandang
  •  Pengadaan Polibag untuk persiapan pembibitan tanaman penghijauan dan tanaman umur panjang (kakao, cengkeh, pala)
  • Pengadaan Ayam
  • Pembibitan TUP dan Penghijaaun
  • Vaksinasi ayam
  • Profil Usaha Tani dari setiap kelompok
  • Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
  • Pemantauan Ilegal Logging
  • Persiapan Konsolidasi Draft Perdes PSDA 
d   Selain itu, partisipasi kader tani untuk mendorong dan memotifasi petani dalam mewujudkan sebuah model pengelolaan pertanian yang lestari. Lebih dari itu, pengelolaan kawasan Egon Ili Medo harus mempertimbangkan nilai ekologis-humanis, yang berbasis pada kearifan lokal budaya masyarakat Sikka. 

     Oleh karena itu, para kader harus secara teknis mampu untuk membantu anggota kelompok tani yang sedang diorganisir itu mampu mengatasi masalah-masalah petani. Sudah  beberapa pelatihan telah diikuti kader itu hendaknya menjadi modal dasar dalam mengimplementasikan program melalui berbagai aktifitas yang sudah direncanakan. Tim WTM akan membantu para kader dan petani untuk melakukan analisis usaha tani dan membantu secara teknis dalam pengelolaan. 

     Mengakhiri kegiatan ini, setiap kader melaporkan tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan di lapangan dan sejaumana hasil yang sudah dicapai. Para kader diharapkan agar lebih progresif di lapangan agar apa yang menjadi target program itu berdampak positif bagi kehidupan petani, ajak Herry.


     

  Gunung Egon dipotret sore hari (6/8/16)






PISANG DIJADIKAN SUMBER PRODUKSI PETANI

Maumere, KN.  Dalam perencanaan kelompok tani Sinar Tani Detugau, desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka menjadikan pisang sebagai salah satu produksi pertanian yang perlu dikembangkan. Mayoritas penduduk dusun ini adalah petani lahan kering.

Ina Agustina, sedang memantau tanaman sayur di kebun contoh 
Selain produksi pangan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, para petani juga memiliki tanaman komoditi seperti kakao dan malah sekarang kelompok tani ini memiliki kebun contoh pengembangan tanaman hortikultura (sayur mayur).

Dalam areal sehektar, para anggota kelompok tani sinar tani menanam berbagai tanaman sayur seperti: sawi, paria, terung, lombok dan berbagai tanaman hortikuluta lain yang dianalisa bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan selebihnya dipasok ke pasar.

Model pertanian yang dibangun adalah sistem pertanian organik. Karena itu, para anggota yang memiliki ternak itu diminta menampung kotoran sapi, babi, kambing agar kemudian dipasok ke kebun anggota, demikian tutur Ina Agustina

Herry Naif, membuka acara Pelatihan
Acara pengolahan hasil yang dikembangkan WTM bersama kelompok tani dihadiri oleh Kosmas Wara (Ketua Kelompok Sinar Tani), Herry Naif (Koordinator Advoakasi, Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Hasil WTM dalam Program Miserior dan Ernesita Dua Sina (Staf Keuangan WTM) diselenggarakan pada kamis, 4 Agustus 2016 di Sekretariat Gapoktan Sinar Tani Detugau . Menurut Kosmas kami sudah lama didampingi WTM sejak lama, dan sekarang WTM dengan pola baru yang mana rakyat petani dimotifasi untuk mengembangkan sebuah pola pertanian secara mandiri.


Herry Naif  dalam sambutan pembukaan, mengatakan bahwa WTM dalam program ini sungguh mendorong kemandirian petani yang mana para petani memanfaatkan potensi wilayahnya sebagai sumber daya yang dapat mendukung pengelolaan pertanian di wilayahnya sambil mendorong keterlibatan berbagai pihak terutama pemerintah desa untuk melihat petani sebagai salah satu kelompok yang harus mendapatkan akses budged dalam APBDes. 

Lebih dari itu, para petani perlu mengkapasitasi diri untuk mengelola hasil pertanian yang dihasilkan agar mampu bersaing di pasar. Bila tidak, para petani sebatas menjadi penjaga kebunnya para pihak yang beruang. Karena itu, WTM secara kelembagaan dalam kerja sama WTM dengan Miserior Jerman dalam program “Peningkatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usahan Tani Berbasis Konservasi, salah satu aktifitasnya adalah mendorong pengolahan hasil petani agar masuk dalam pasar-pasar lokal.

Lebih lanjut, Martinus Maju (Fasilitator Lapangan WTM) untuk wilayah kecamatan Mego mengatakan bahwa kami yang ada di lapangan terus bersama petani akan terus memotivasi petani agar secara teknis mendampingi petani. Malah petani harus dimotifasi agar menjadikan segala sumber daya yang dimiliki menjadi modal dalam peningkatan pendapatan demi sebuah dampak baik sosial, ekonomi dan politik demi mencapai sebuah perubahan sosial dalam mencapai kualitas hidup yang lebih baik.









Minggu, 07 Agustus 2016

WTM TERUS MEMBENAHI DIRINYA MELALUI SEBUAH SISTEM KELEMBAGAAN

Rapat Staf WTM di Kantor
Maumere, KN. Setiap akhir bulan telah dijadikan sebagai kesempatan untuk pertemuan yang mana banyak hal substansial tentang pelaksanaan program yang tentunya dikitari banyak problem dibahas di sana. Kegiatan evaluasi bulan Juli yang dipimpin Herry Naif (Koordinator Program) dilaksasanakan pada hari . Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Wahana Tani Mandiri dan seluruh staf program baik itu program Miserior maupun CEPF.

Evaluasi kelembagaan dan program yang disatukan dalam satu kesatuan itu dilaksanakan pada setiap akhir bulan. Pada kegiatan evaluasi ini banyak hal dibahas termasuk dengan upaya pembenahan kelembagaan menuju sebuah lembaga yang transparan dan akuntable. Malah momentum ini juga semakin mengintegrasikan solidaritas mereka sebagai sesama dalam sebuah lembaga. Lebih dari itu, WTM harus mendapatkan kredilibatas dari publlik entah itu campaign yang dilakkukan ataupun manajemen kelembagaan, demikian ungkap Herry.

Setiap staf lapangan diminta mempresentasikan tentang apa yang sudah dilakukan dan bagaimana proses lapangan. Malah diminta untuk menyampaikan dampak positif dan negatif dari pelaksanaan program, agar ada evaluasi dan solusi bila ada masalah di lapangan. Bila tidak kita punya indikator untuk menilai sejauhmana kemajuan yang dicapai masyarakat dampingan, tutur mantan direktur WALHI NTT.

Dalam presentasi itu, Mus Mulyadi, Marianus Mayolis dan Gabriel Maryanto mempresentasikan bahwa proses perencanaan kelompok tani dan dan rencana petani sedang jalan dilapangan. Di sisi lain para petani sedang mengejar agar pembuatan kandang dituntaskan sebelum akhir Agustus agar proses budidaya ternak ayam itu segera dilakukan sesuai dengan apa yang mau dicapai.

Sedangkan para staf lapangan di wilayah program Miserior lebih banyak menyampaikan tentang dampak program semesteral yang sedang dicapai petani dampingan. Bahwa ditemukan hal negatif adalah sebuah proses untuk menyempurnakan pelaksanaan kegiatan. Alex Bambang lebih menyoroti mengenai bagaimana ada sebuah kesadaran petani akan pentingnay penyelamatan lingkungan maka di sana petani melalui kelompok tani melakukan inisiasi penghijauan beberapa mata air.

Martinus Maju (Fasilitator Lapangan wilayah Mego) lebih menekankan aspek pengelolaan hasil yang mana banyak kelompok dampingannya, terdapat banyak kelompoknya yang secara periodik melakukan pengelolaan hasil (minyak kelapa dan kripik pisang). Sedangkan Martha Muda mengutarakan tentang pengembangan sayur-mayur di wilayah Magepanda yang menjadi pembicaraan publik di pasar Alok Maumere, yang mana para konsumen mencari sayur mayur produksi Magepanda karena proses pengelolaannya menggunakan pupuk organik dibanding dengan wilayah lain yang menggunakan kimia.

Dari presentasi itu, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa para fasilitator lapangan harus benar-benar memperhatikan teknis pertanian, bila ada kendala disampaikan pada lembaga agar dibahas dan dicarikan solusi penyelesaiannya.

Para fasilitator lapangan harus lebih serius agar petani bersemangat dan kemudian berakhir dengan sebuah dampak positif. Bila tidak kita tidak ada manfaatnya bagi petani padahal kita hadir untuk memberikan sebuah nilai bagi  petani, demikian tutur putra Lela.

Setelah itu dilakukan perencanaan bulanan (Agustus) yang disesuaikan dengan beberapa aktifitas kelembagaan.










<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...