Senin, 29 Februari 2016

Ferdinandus Yandayani Wula Hidup Bersama Petani

Terlahir Sebagai putra sulung dari tiga bersaudara membuat Ferdinandus Yandayani Wula tumbuh menjadi sosok yang  bertanggungjawab. Sejak kecil ia selalu aktif membantu orang tuanya dalam berbagai rutinitas harian mereka. Ketika beranjak remaja ia juga selalu aktif dalam berbagai kegiatan orang muda di wilayahnya baik itu di bidang sosial maupun agama. Hal inilah yang kemudian menempa Yan menjadi sosok anak muda yang mempunyai semangat sosial yang tinggi. Semangat ini pulalah yang menggiring nong hitam manis ini mengambil jurusan Ilmu Sosial di UNWIRA Kupang, usai menamatkan pendidikan tingkaat SLTA-nya.

Setelah memperoleh Gelar Sarjana Sosial tahun 2008, pemuda pecinta klub Barcelona ini kembali ke kampung halamannya untuk mengamallkan ilmu yang telah diperolehnya. Dengan berbekal ilmu sosial dan pengalaman berorganisasi semasa kuliah, Yan lalu mengabdikan diri membuat berbagai terobosan yang kemudian banyak berkontribusi bagi perkembangan kampung Tuwa yang telah memberikan berbagai sumber-sumber kehidupan baginya. Berkat pengabdiannya dan kedekatannya dengan semua kalanganmasyarakat, tamatan UNWIRA ini kemudian terpilih menjadi BPD periode 2010-2016.

Di wilayah tempat ia berdomisili Yan dikenal sebagai penggagas berbagai aksi sosial dan ide-ide segar tentang bagaimana membangun kampung atau desanya menjadi yang lebih baik. Selain itu Yan juga dikenal dengan sosok yang dekat dan peduli dengan masyarakat tani.  Kepeduliannya terhadap keadaan masyarakat tani  menggugah pria berbadan tegap ini  bergabung dengan WTM pada tahun 2009 dengan harapan untuk meningkatkan kualitas hidup para petani, walaupun ia harus bergelut dengan ilmu baru yang bukan menjadi basic studinya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya (Teknik Pertanian), untuk terus membantu meningkatkan kuatas hidup sesamanya. Yan mengakui selama bergabung bersama WTM, ia mendapat berbagai hal baru, mulai dari teknik pertanian hingga pendampingan kelompok tani. “Saya sangat tertarik dengan berbagai terobosan yang dibawah WTM, sebab pola pendampingan seperti ini baru saya temukan dan saya merasa sepertinya cocok dengan cita-cita saya untuk mengembangkan kualitas kami sebagai masyarakat tani di wilayah ini, baik itu di pendapatan, teknik usaha tani maupun pola pikir masyarakat” ujar pria yang selalu tampil dengan gaya rambut plontos ini.  Lebih ketua stasi Tuwa inimengakui bahwa telah banyak perubahan yang dirasakan setelah kami bergabung menjadi kelompk tani dampingan WTM, Kini tiga kelompok dampingannya mengalami perkembangan yang baik.

PROFIL: KELOMPOK TANI USAHA BARU


Kelompok Usaha Baru adalah sebuah kelompok tani dampingan WTM yang berada di desa Tuwa kecamatan Tana Wawo. Kelompok ini terbentuk pada tahun 2009 dengan jumlah anggota 16 orang yang diketuai bapak Blasius Rowa yang terkenal ulet, didampingi oleh Ferdinandus Yandayani Wula sebagai sekretaris yang juga merangkap sebagai bendahara yang dikenal memiliki semangat sosial kemasyarakatan yang tinggi. Selain itu kelompok ini juga memiliki bapak Ambrosius Mba, yang memiliki semangat yang tinggi. Dialah yang menjadi penggerak untuk setiap kegiatan kelompok, mencari dan memanggil anggota kelompok ketika dilangsungkan kegiatan kelompok.
 

Dengan komposisi pengurus yang baik ini mampu membawa kelompok kepada perkembangan yang cukup signifikan. Sejak tahun 2009 hingga sekarang banyak terobosan yang telah berhasil dibuat kelompok. Kelompok memberlakukan scheadule tetap yang  sudah ditentukan dan disetujui bersama, diantaranya adalah pertemuan bulanan, gotong-royong kerja kebun, arisan bulanan berupa uang dan tanaman dan berbagai kerja sosial lainnya. Kelompok Usaha Baru juga selalu menjalankan pertemuan rutin bulanan yang biasa dilaksanakan di sore hari pada Sabtu ketiga dalam bulan. Setiap kali terjadi pertemuan, kelompok menjalankan arisan kelompok sebesar Rp. 25.000 per orang. Setiap kegiatan selalu dibuka oleh ketua kelompok kemudian dilanjutkan dengan laporan keuangan dari pengurus lalu dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan perencanaan kelompok.
 

pada bulan Desember tahun 2015 yang baru lewat, semua anggota kelompok telah menggali ratusan lubang untuk penanaman anakan kakao di setiap kebun mereka. Selain itu mereka juga telah menanam bibit padi unggul disetiap kebunnya yang sebelumnya sudah disebarkan pupuk hijau.
 

Kelompok yang satu ini juga terkenal dengan solidaritasnnya yang begitu tinggi. Mereka selalu bergotong royong membantu warga masyarakat di sekitar yang mengalami kesulitan tanpa membeda-bedakan apakah dia anggota atau bukan. Di setiap keduakaan yang terjadi di sekitar, mereka selalu memberikan sumbangan berupa beras dan uang. Bukan hanya itu, kelompok juga biasanya bergerak cepat untuk membangun tenda dan menyiapkan perabot yang dibutuhkan, misalnya kursi meja dll. Selain peristiwa keduakaan, mereka juga selalu bersedia membantu menyumbangkan tenaga serta uang untuk acara pernikahan atau komuni pertama.
 

Berkat terobosan-terobosan yang menarik inilah, kelompok Usaha Baru yang kental dengan semangat gotong royong ini tetap eksis hingga sekarang dengan kas kelompok sebesar Rp.25.000.000. Dan menariknya lagi, kelompok ini telah memiliki sebuah genset pembangkit listrik yang dibeli dari uang khas kelompok. Kini genset tersebut telah dimanfaatkan untuk kepentingan mereka bersama. Sekses Terus Petani !!!!
   

PEMBANGUNAN DIPIMPIN RAKYAT (People-Led Development)

Oleh: Herry Naif
Rakyat adalah pemegang kedaulatan. Pilihan model pemerintahan dimana saja dan apa pun bentuknya, rakyat adalah subjek.  Semua tujuan pembangunan diarahkan pada pemenuhan hak-hak dasar dalam upaya pencapaian kesejahteraan atau perbaikan kualitas hidup khalayak. Tak ada pemerintahan yang diciptakan untuk mengabaikan hak-hak rakyat. Setirani apa pun model  pemerintahannya, yang dikampanyekan adalah kesejahteraan.  Keterlibatan rakyat mutlak dibutuhan dalam pembangunan serta menjadi modal sosial bagi sebuah negara dalam menuaiakan cita-cita negaranya. Pengabaian rakyat dalam proses pembangunan adalah pengkhianatan demokrasi.

Demokrasi dan Penunaian Hak Rakyat
Sejak kemerdekaan Indonesia, para pendiri bangsa (Soekarno, Hatta dan kawan-kawannya) memilih demokrasi sebagai pilihan atau model pemerintahan. Hingga hari ini banyak pengalaman yang ditinta-emaskan sebagai sejarah panjang demokrasi Indonesia. Deretan fakta dan pengalaman tentunya mengajak kita untuk memaknai demokrasi dan pembangunan yang sedang dan akan  terjadi di Indonesia terlebih di kampung kita.
Prinsipnya, demokrasi dapat dipahami sederhana dari asal usul katanya. Demokrasi berasal dari bahasa latin. Demos berarti rakyat dan kratie berarti: pemerintahan.  Itu berarti, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dalam pemahaman itu, dapat dilihat bahwa rakyat menjadi subjek penting dalam mekanisme pemerintahan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Rakyat menjadi primadona dalam dunia demokrasi dan pembangunan. Rakyat ibarat gadis yang seyogyanya dijaga dan dicintai. Seluruh proses pembangunan dijalankan itu diharusutamakan pada rakyat, entah keterlibatannya sebagai pelaku ataupun tujuan dari pembangunan itu sendiri. Bukanya kelemahan rakyat dimanfaatkan agar memenuhi kepentingan elit dalam menggapai kekuasaan demokrasi, mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Rakyat seolah berdaulat secara momental dimana ketika ada gawean demokrasi seperti pilkades, pileg, pilbup, pilgub dan pilpres. Ramai-ramai rakyat dimobilisasi untuk menggunakan hak politiknya.
Menghadapi itu rakyat kadang terbuai dan lupa diri bahwa ia adalah pemilik kedaulatan. Rakyat seakan terbeli haknya dalam lembar-lembar rupiah yang beredar (money politik). Rakyat pun tanpa kesadaran kritis. Saya pilih itu dapat berapa? Dalam keterpurukan pendapatan ekonomi rakyat mudah menggadekan hak-hak politiknya. Ini seakan telah menjadi budaya politik dan sistem yang terdesign rapih.
Setelah kekuasaan kekuasaan digapai, bukannya menunaikan janji-janji politis melainkan  dimanfaatkan untuk eksploitasi sumber daya alam demi kejayaan kelompoknya dan rakyat diabaikan. Tak heran bila obral sumber daya alam terjadi. Persekongkololan antara kekuasaan dan pemilik modal mulai menjadi prioritas. Hak rakyat untuk mendapatkan akses dan pelayanan pembangunan malah disepelehkan. Rakyat sekan hanya mendapatkan remah-remah pembangunan.

Mengurai Dasar Gagas People Lead Developmet
Terlepas dari semua fakta politik dan realitas pembangunan yang ada, WTM sebagai lembaga yang sedang bekerja bersama dengan rakyat di tiga (3) kecamatan,  yakni: Mego, Tanawawo dan Magepanda memiliki gagasan pembangunan dipimpin rakyat (People-Led Development).
Dalam kondisi ketidakjelasan sistem poltik dan tujuan muara politik, gagasan ini memberi nuansa baru dan dipandang perlu sebagai sebuah pemahaman baru yang mestinya dikembangkan. Gagasan People-Led Development hendaknya dijadikan sebagai semangat bersama. Yakin atau tidak bila ini dianut sebagai roh bersama yang menggerakan semangat perjuangan dan kebersamaan tentunya apa yang diimpikan menjadi kenyataan. Saatnya, rakyat perlu memiliki sebuah pemikiran baru bahwa sumber daya yang ada harus perlahan direbut untuk kepentingan rakyat. Untuk itu, rakyat terutama petani harus dikapasitasi agar mampu mengelola kesemuanya itu.
Gagasan akan petani peneliti hendaknya dijadikan sebagai ajang bargaining petani, karena di sana petani menciptkan iklim kedaultan benih bagi dirinya. Padahal itu, adalah bagian dari ruang kampus yang hendaknya juga diambil oleh petani. Tentunya, petani punya keahlian yang perlu ditingkatkan. Ruang teliti perlu diberi agar menumbuhkan semangat bagi petani. Bahwa mereka pun memiliki kemampuan yang sama dengan yang lain. Petani dijadikan sebagai subjek. Bukannya objek untuk menanam bibit temuan para pakar dari luar yang tentunya belum diyakini itu cocok dikembangkan di wilayah kita.
Banyak macam kegiatan yang sedang dikembangkan WTM hendaknya itu menjadi ruang publik yang dimanfaatkan petani dalam memimpin pembangunan. Konservasi tidak bisa kita berharap pada institusi negara yang sedang mengumbar janji akan penanaman seribu pohon yang hingga hari ini tidak ada realitas. Padahal bila dilihat setiap tahun anggaran penghijaun itu ada dan wilayah penghijauan dipetakan.
Lebih dari itu, produksi dari kebun petani seperti pangan dan beberapa hasil perkebunan komoditi hendaknya menjadi fokus perhatian agar diemban sebagai embrio ekonomi yang dapat dijadikan sebagai ekonomi alternatif. Pengelolaan minyak di beberapa kelompok harus dimaknai sebagai upaya pemenuhan kebutuhan minyak. Kebutuhan minyak harus mulai dipasok dari kelapa yang ada di Sikka.  Pisang yang dijual serampangan melalui (truk jalan darat) dalam memenuhi kebutuhan pasar luar daerah harus dilihat sebagai potensi agar dijadikan sebagai sebuah potensi ekonomi.
Masih ada begitu banyak produk kebun yang sering terabaikan dari perhatian petani dan berbagai komponen lain. Bila nurani bening kita diwarnai dengan semangat solidaritas dan pengembangan kualitas hidup yang lebih layak tentu itu akan menjadi potensi yang bisa dijadikan sebagai pendapatan.
Pemerintah Kabupaten Sikka telah menggelar acara tenun ikat dengan menghadirkan seribu penenun dan berhasil merebut rekor muri. Apakah rekor muri hanya menjadi target Pemkab Sikka. Ataukah tenun ikat menjadi home industry (industri rumah tangga) yang perlu didorong dalam memenuhi kebutuhan tekstil di kabupaten Sikka.

Kesimpulan
 Beberapa deretan konsep lepas dan gagasan ini,  sebetulnya kita melihat bahwa petani Sikka memiliki kekayaan yang tak sebanding. Petani dan rakyat Sikka memiliki sumber daya alam dan produksi yang cukup. Hanya saja bagaimana ada upaya untuk memberdayakannnya menjadi kekuatan bersama. Dan semangat ini dapat tumbuh kembang bila rakyat didorong menjadi pemimpin pembangunan.
Untuk menjawabi berbagai permasalahan itu, WTM menjadikan Kader Tani sebagai agent of change agar terlibat dalam berbagai aktifitas program dan berbagai aktifitas lain yang berkontribusi pada perbaikan lingkungan dan kualitas hidup rakyat dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki para pihak.
Keterlibatan kader sebagai pengemban usaha tani terpadu, perlindungan lingkungan terutama di kawasan-kawasan genting, advokasi dilakukan untuk mengarusutamakan kepentingan petani dalam kebijakan pemerintah lokal dan daerah serta pengolahan hasil sebagai upaya alternaif dalam menaikan bargaining petani dalam produksi hasil kebun di pasar.
Selain itu, para kader petani pun terlibat dalam kaji banding  terap dan penilitian pemulian tanaman padi menjadi wujud bargaining potition rakyat yang terus ditindas dengan benih-benih hasil rekayasa genetik.
Diyakini bahwa berbagai aktifitas program yang dilakukan WTM – Miserior Jerman yang terberi dalam PEOPLE-LED DEVELOPMET ini memberi nilai positif yang mana akan perlahan menjawabi problem-problem yang ada dan lebih dari itu rakyat sendiri menjadi penyelesai masalah untuk dirinya.

PESTISIDA ORGANIK DAN MANFAATNYA


Salah satu penyebab menurunnya mutu dan jumlah hasil panen adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Biasanya hama dan penyakit menyerang tanaman di kebun dan juga hasil panen yang disimpan di lumbung. Untuk mengatasi hal ini, kita dapat melakukan pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal di sekitar kita. Informasi berikut ini merupakan pengalaman WTM bersama petani dampingannya dalam melakukan pembuatan dan pengendalian hama dengan menggunakan Pestisida Organik.
Pengertian
Pestisida organik adalah bahan pengendali hama dan penyakit tanaman yang diramu atau dibuat dari bahan tanaman lokal.
Keunggulan/Keuntungan
  1. Mampu mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit.
  2. Murah karena bahan baku ramuan mudah diperoleh di lingkungan sekitar
  3. Cara pembuatannya mudah (Dapat dibuat sendiri)
  4. Dapat tersedia setiap saat
  5. Aman, karena bahannya berasal dari tanaman yang dukenal
Alat
Parang, pisau, pemukul/batu, parut, lesung, alu, ember bak, gentong, terpal/karung, tali, masker dan kaos tangan.
Bahan
Ubi gadung, akar tuba dan sejenisnya, kulit rita, daun bunga terompet, terung hutan (akar, batang, daun), batang dan daun sambiloto, daun bunga putih, daun/buah paria, nimba, rimpang kaliraga, bawang merah/putih, lombok, daunpapaya, kole, denu, neta, sirih hutan, kecubung, pewau, terung, kulit/biji mahoni, kusi dan lain-lain yang berasal dari jenis tanaman apa saja yang penting bhan tersebut mengandung racun.
Cara pembuatan
  1. Siapkan alat dan bahan pembuatan pestisida organik pada tempat yang telah disiapkan atau ditentukan.
  2. Bahan yang berasal dari umbi dikupas kulitnya, kemudian yang berasal dari batang, akar, rimpang dan kulit dibersihkan lalu dipotong dimemarkan dengan batu atau dicincang. Sedangkan bahan yang berasal dari daun dipisahkan dari tangkainya lalu dicincang dan ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan tersebut disimpan secara terpisah menurut jenisnya pada wadah yang telah disediakan.
  3. Ubi gadung diparut pada wadah yang tidak bocor
  4. Bahan yang berasal dari batang, akar, rimpang, dan kulit yang sudah tersedia dimemarkan dan ditumbuk hingga halus
  5. Bahan yang berasal dari daun-daun yang sudah ditumbuk diperas dan diambil airnya. Saat diperas tidak boleh menggunakan air dalam jumlah yang banyak. Air hanya dapat digunakan sebagai pemancing pada saat pemerasan
  6. Bawang merah, bawang putih dan lombok diulak hingga benar-benar halus.
  7. Setelah itu, masukan ubi gadung yang sudah diparut, dan air hasil perasan daun-daun di dalam ember bak atau gentong yang disiapkan untuk adonan bahan-bahan tersebut
  8. Masukan sedikit demi sedikit bahan-bahan tersebut menurut jenisnya ke dalam bak adonan, kemudian diaduk sampai merata.
  9. Ember bak atau gentong yang berisi adonan ditutup rapat dengan tutupannta atau bahan lainnya dan diikat dengan tali kemudian disimpan di tempat yang aman, lalu diperam selama dua minggu (14 hari)
  10. Setelah empat belas hari adonan tersebut dibuka untuk diperas dan disaring airnya. Cairan tersebutlah yang dinamakan pestisida organik. Pestisida organik dimasukan ke dalam jerigen atau botol-botol atau wadah lain yang telah disiapkan. Pestisida organik yang telah diisi pada wadah tersebut dapat bertahan hingga satu tahun.
Pengakiran
  1. Bersihkan sisa-sisa bahan kemudian dikumpulkan untuk dibenamkan di sekitar tanaman.
  2. Cuci alat dan kembalikan pada tempat semula.
  3. Simpan pestisida organik di tempat yang aman.

Dosis penggunaan
  1. Pencegahan.
Gunakan pestisida organik dengan takaran 8 sendok makan yang dicampurkan dengan 10 liter air. Penyemprotan dilakukan 2 kali dalam seminggu.
  1. Pemberantasan.
Gunakan pestisida organik dengan takaran 10 senduk makan yang dicampurkan dengan 10 liter air. Penyemprotan dilakukan 3 kali dalam seminggu.
Jenis hama yang dapat dikendalikan dengan pestisida organik
  1. Hama putih yang menyerang tanaman pangan, hortikutura dan tanaman perkebunan
  2. Penggerek batang yang menyerang padi
  3. Kutu hijau dan kutu putih yang menyerang tanaman kopi
  4. Hama walang sangit yang menyerang tanaman padi
  5. Hama helopestis, penggerek buah dan penggerek batang yang menyerang tanaman kakao
  6. Penyakit busuk akar dan jenis penyakit atau hama lainnya yang menyerang tanaman.
Petunjuk penggunaan
  1. Dilarang makan, minum atau merokok selama proses pembuatan dan penyemprotan pestisida organik
  2. Penyemprotan harus mengikuti arah angin
  3. Gunakan masker, kaus tangan, baju berlengan panjang.
SELAMAT MENCOBA

Informasi Selengkapnya, hubungi: 
Pusat Sekolah Lapangan (PUSKOLAP) \
Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya JIRO JARO
Wahana Tani Mandiri (WTM)
Jln. Feondari, Tanali, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka - 86153
No. Hp. 0813 3940 7729 (Win Keupung/Direktur)

Jumat, 26 Februari 2016

WTM LAKUKAN EVALUASI AKTIFITAS BULAN FEBRUARI

Dalam kesibukannya, Wahana Tani Mandiri (WTM) melakukan pertemuan staf sebagai momentum evaluasi tim atas kinerja sebulan (Februari) dan melakukan perencaan kegiatan bulan Maret (26 Februari 2016 di Kantor WTM.

Rapat ini dipimpin oleh Carolus Keupung, Direktur WTM. Pada pembukaan acara, Win memberi apreseasi kepada staf yang tak pernah kendur semangat dalam pendampingan lapangan di beberapa desa dampingan WTM. Setelah itu, setiap fasilitator melaporkan hasil lapangan yang dilakukan dan apa saya yang dilihat sebagai kelemahan dan kesuksesan.

Maria Marta Muda, (fasilitator Magepanda) menyampaikan tentang kegiatan-kegiatan pendampingannya selama sebulan. Para petani di sana sudah mulai dengan perencanaan penanaman Tanaman Umur Panjang (TUP) seperti kakao, kelapa dan lain-lain. Dalam fasilitasinya, ia mendorong agar pengelolaan kebun itu berasas pada kebun idaman yang mana proses penanaman mulai diatur dari jarak tanam agar kemudian tidak punya problem dalam tahun-tahun mendatang. Sedangkan mengenai arisan tanam pisang yang dilakukan petani di sana memberi sebuah proyeksi yang bagus, katanya. Sedangkan Martin Maju, Fasilitator Mego, menyampaikan soal perkembangan pendampingan wilayah Mego. Bahwa ada beberapa kader tani yang tidak aktif itu telah dilakukan proses perekrutan agar membantu fasilitasi di kelompok tani. Karena mereka adalah perpanjangan tangan WTM di kelompok tani.

Sedangkan, Kristoforus Gregorius (Koordinator Lapangan dan Teknis Pertanian) mengatakan bahwa pendampingan kita harus memberi nilai lebih. Harus ada dampak positif buat petani, bila tidak ada artinya pendampingan yang dilakukan WTM.

Herry Naif, (Koordinator Advokasi Lingkungan, Riset dan Pengelolaan Hasil) mengatakan bahwa pengelolaan lingkungan di wilayah dampingan telah melihat pentingnya manfaat kelestarian lingkungan bagi petani. Bahwa telah disadari adanya korelasi karena itu petani perlu bertanggung jawab dengan upaya pemulihan lingkungan. Sedangkan mengenai pengelolaan yang masih seret karena saya harus menyelesaikan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) Walhi NTT, sehingga dengan pergantian dirinya, dia akan lebih enak bergerak, ujar putra TTU yang telah lama tinggal di Maumere.

Will Noach, dalam presentasinya mengenai apa yang dilakukan terutama dalam publikasi media. Ia mengatakan bahwa kita sedang dalam proses penerbitan Kabar Nuhang. Banyak kendala pada dokumentasi kelembagaan agar bisa terpublikasi. Tetapi kendala ini kami mencoba untuk mengatasinya.

Bukan hanya para staf lapangan dan koordinator, Bagian Keuangan (Getrudis Dari) juga mempresetasikan mengenai penggunaan keungan WTM. Ia menyampaikan semua pemasukan dan pengeluaran baik di program maupun kelembagaan.

Setelah mendengar semua presentasi para staf, dilakukan diskusi sebagai pendalaman materi terutama dalam memperkuat kapasitas staf dalam pendampingan dan kegiatan-kegiatan kelembagaan. WTM harus berbeda dengan yang lain, karena itu etos WTM. WTM punya ciri tersendiri yang mana selalu berkarya, solider demi membangun kemandirian, ujar Win Keupung. (Tim KN)






Kamis, 25 Februari 2016

KELOMPOK TANI RALA DIDEKLARASIKAN DAN BERAKTIVITAS DI LAPANGAN


Kelompok Rala singkatan dari Rapa Laka yang berarti saling membantu. Kelompok ini dibentuk pada Mei 2012 yang beranggotakan 15 orang terdiri dari 11 laki-laki dan 4 orang perempuan, berdomisili di dusun Rategulu, Desa Magepanda, Kecamatan Magepanda.
Kelompok ini dikukuhkan oleh pastor paroki yang bertugas di Paroki st. Yohanes Maria vianey Magepanda,  yaitu Rm. Marselinus Wera. Pr. Beliau sangat mencintai pertanian organik, sehingga dia selalu mengkampanyekan penggunaan organik dimana-mana dan selalu perhatian terhadap anggota tani sehingga tertarik untuk mengukuhkan kelompok ini. 
Awalnya kelompok ini, berupa kelompok arisan tetapi sejak mendengar dari salah satu kader tani desa mama Selestina Sanggo bahwa di Magepanda ini juga didampingi oleh Wahana Tani Mandiri, mereka juga semangat mau bergabung. 
Pada tanggal 5 Desember 2015,  Fasilitator Maria Martha Muda bersama keder desa melakukan kegiatan awal sosialisasi program dan dilanjutkan dengan perencanaan petani dan rencana kerja kelompok. Anggota kelompok memiliki  semangat yang tinggi dan merasa ini adalah hal yang baru untuk bisa kita ikuti. Kalau kita tidak ikut dan benar-benar serius kita rugi karena ilmu penting dibawa mati, kata Petrus , Moris, Romanus, juga Nikodemus. Dan boleh dikatakan ke empat orang ini sebagai mesin penggeraknya. 
Sejak itu pertemuan diskusi ini dilakukan hampir 3 atau 4 kali setiap bulan. Waktu yang sangat tidak lama tetapi praktek di kelompok sudah berjalan 2 kali yaitu pembuatan pestisida organik dan prektek pupuk cair. Obat itu sekarang mereka sudah ujicobakan di lahan sawah, tanaman kacang tanah, menurutnya perubahan itu langsung nampak bahwa daun kacang tanah subur sekali, daunnya hijau, tanahpun menjadi lunak. 
Selain itu, dalam proses diskusi tentang pengembangan penelitian, anggota sepakat untuk mengembangkan penelitain Kaji Terap padi dilahan sawah. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan pengaruh penggunaan pupuk kimia dan organik bagi tanaman. Yang turut menjadi peneliti adalah Yohanes Moris.  Beliau ini juga yang menjabat sebagai bendahara kelompok. Sekarang bibit sudah disemai tinggal siap tanam.
Penelitian ini dilakukan oleh satu orang tetapi dalam pelaksanaannya disaksikan oleh anggota kelompok setempat. Untuk itu, penelitian ini menjadi pembelajaran bersama dalam kelompok.  (Tim KN)

Selasa, 23 Februari 2016

UMBU WULANG PIMPIN WALHI NTT

Dalam Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) WALHI NTT selain membicarakan beberapa hal internal kelembagaan, diagendakan untuk dilakukannya suksesi kepemimpinan WALHI NTT. Kepemimpinan Walhi NTT sesuai dengan statuta WALHI diatur bahwa satu periode kepemimpinan adalah empat (4) tahun. Karena itu, momentum ini juga diagendakan pergantian kepemimpinan Walhi NTT.

Selama periode 2011-2016 Walhi NTT dibawa nakoda Herry Naif. Sejak terpilihnya sebagai pemimpin Walhi NTT, beliau membawa Walhi NTT untuk bersekretariat di Kupang sesuai dengan perintah statuta. Untuk itu sejak tahun 2011 Walhi NTT berkantor pusat di Kota Kupang sebagai ibu kota propinsi. Diakuinya Herry bahwa selama kepemimpinannya belum efektif melakukan kerja advokasi karena banyak urusan internal yang harus diberesin. Tetapi kendala ini juga tidak membuatnya untuk tidak melakukan aktifitas sekalipun belum maksimal seperti yang dicita-citakan. 

Dari hasil penjaringan, ada 3 kader muda yang ingin bertarung yakni: Melkior Nahar, Umbu Wulang Parangi dan Yustinus B. Dharma. Ketiganya diberi kesempatan untuk mempresentasikan tentang visi-misi dan apa yang akan dilakukan ketika menjadi pemimpin Walhi NTT ke depan. Setelah kampanye terbuka ini, kemudian forum meminta agar dilakukan mediasi. Mediasi ini dipimpin oleh Carolus Winfridus Keupung, Ketua Dewan Daerah (DD) Walhi NTT. Mediasi itu tidak mencapai kesepakatan, karena Yustinus B Dharma dan Umbu Wulang Parangi menyatakan untuk siap bertarung dengan dilakukan pemilihan tertutup. 

Dari hasil pemilihan itu, Umbu Wulang Parangi mengungguli Yustinus B Dharma. Setelah pemilihan itu, dilakukan acara serahterima dari Kepeminan Walhi NTT (2011-2016) Herry Naif kepada Umbu Wulang sebagai Direktur terpilih periode (2016-2020). 

Dalam sambutan awal, Umbu Wulang berterima kasih kepada para anggota yang telah memberi kesempatan kepada dirinya memimpin Walhi NTT selama empat tahun ke depan. Saya meminta dukungan kepada semua sahabat agar kita saling bersinergi dalam kerja-kerja advokasi kita, ujar putra sumba. 

Setelah acara serah-terima dilanjutkan dengan presentasi dari ketiga calon eksekutif Nasional yakni: Pius Ginting, Yaya Nurhidayat dan Rio Rompas. Kegiatan diskusi panel ini difasilitasi oleh Direktur Eksekutif terpilih. (Tim KN)

Senin, 22 Februari 2016

WALHI NTT SELENGGARAKAN DISKUSI PANEL MEMPERTEGAS AKSES DAN KONTROL RAKYAT TERHADAP SUMBER DAYA ALAM DI NTT

Mengawali kegiatan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) V, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Daerah NTT melakukan Diskusi Panel yang dihadiri oleh Paulus Nong Susar (Wabup Sikka), Rio Rompas (Direktur Walhi Kalteng, Calon Eksekutif Nasional), John Bala (Mantan Direktur PBH Nusra dan Direktur Ba'Pikir). Kegiatan Panel "Mempertegas Akses dan Kontrol Rakyat terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam di NTT" dimoderatori oleh Herry Naif, mantan Direktur WALHI NTT. Kegiatan ini dilakukan di Pusat Sekolah Lapangan (PUSKOLAP) Jiro-Jaro - WTM (16-19/02).
Paulus Nong Susar (Wabup) Sikka yang menyajikan tentang Responsivitas Kebijakan Daerah dalam "Menyikapi Problem-Problem Lingkungan Hidup di NTT dan Sikka" itu bahwa Pemerintah Kabupaten Sikka dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sikka lingkungan hidup menjadi sebuah pertimbangan. Bahwa, pembangunan harus berperspektif dalam penyelematan lingkungan hidup. Karena itu beberapa kasus kami cukup tegas. Misalnya pada masa kami, diupayakan Ijin Usaha Pertambangan saya jamin tidak ada. Sekarang kami sedang membangun waduk Napung Gete, dan pertimbangan lingkungan diutamakan, demikian tutur mantan direktur Sanres. 

Bagaimana sikap Pemkab Sikka mengenai perencanaan pertambangan emas Liakutu yang sudah pada tahapan eksplorasi. Beliau mengutarakan bahwa pertambangan tidak masuk dalam perencanaan Pemkab Sikka yang ada itu mendorong Sikka menjadi daerah wisata dan pertanian. Di Sikka sudah ada Perda soal RTRW, Pengelolaan Sampah dan Pariwisata. Selain itu, Wabup Sikka melihat bahwa masih ada ego-sektoral dan pengimplementasian proyek masih transaksional. Karena itu dalam mewujudkan motto "mengabdi dengan tulus, melayani dengan rendah hati demi mewujudkan satu Sikka yang mandiri dan Sejahtera", ujar Wabup Sikka.

Sedangkan, John Bala, Direktur Ba'Pikir tentang Gerakan Rakyat dan Ham dalam Korelasi dengan Penyelamatan Lingkungan Hidup mengatakan bahwa konsep gerakan yang dipikirkan itu apa? Karena berbicara tentang Gerakan adalah sesuatu yang luar biasa. Namun di sini saya mencoba untuk melihat mengenai pengalaman-pengalaman yang saya lakukan bersama LBH Nusra selama saya ada di sana terutama dalam perjuangan bersama masyarakat adat untuk bagaimana mereka ikut mengaskes dalam kawasan hutan. Karena prinsipnya rakyat adalah subjek pengelola yang bisa menjaga hutan dan hidup dari hutan. Tanpa itu, maka konflik sosial akan pengelolaan hutan terus terjadi. John mengulas panjang lebar soal 13 institusi lokal pengelolaan hutan dalam perspektif masyarakat adat sikka, misalnya soal opidun kare dunan, opi dun kare taden, lian puan wair matan. Benar ada beberapa konsep seperti kawasan untuk wc umum dari sebuah kampung. 
Lebih lanjut, John mengutarakan tentang bagaimana bumi dilihatnya sebagai ibu yang memberi layanan. Perlu ada harmonisasi ekologi yang dilandaskan pada gagasan akan kearifan lokal yang telah lama membudaya dan dihidupi warga.

Rio Rompas (Direktur WALHI Kalteng, Calon Direktur Eksekutif Nasional) membicarakan tentang Potret Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Pespektif Nasional dan Apa yang Hendak Dicapai dalam Kepemimpinan Walhi ke depan. Mengawali pembicaraaannya, Rio menceritakan pengalaman advokasi soal kebakaran hutan dan asap di Kalimantan Tengah yang terjadi tahun ini. Ia melihat bahwa ini adaalah strategi korporasi untuk menguasai lahan-lahan agar kemudian dibuka perkebunan sawit dan tambang. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam perlu dipertegas akses dan kontrol rakyat agar kedaulatan itu ada pada rakyat dan negara. 

Diskusi panel ini, berjalan seru karena para peserta PDLH sangat partisipatif. Kegiatan ini juga bukan hanya dihadiri oleh peserta (anggota Walhi NTT) melainkan dari belasan pegawai dari Pemkab Sikka yakni BLHD Sikka dan Humas Sikka. 

 







WALHI NTT SELENGGARAKAN PDLH V

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Daerah NTT menyelenggarakan  Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) V sebagai momentum refleksi bersama, Eksekutif Daerah, Dewan Daerah dan Anggota atas perjalanan Walhi selama satu masa periodik kepemimpinan. Kegiatan PDLH V ini dilakukan Walhi NTT di Puskolap Jiro Jaro, Tana li (16-19/02).

Dalam pembukaan itu, Herry Naif, Direktur Walhi NTT (2011-2016) mengatakan bahwa selama 4 tahun kepemimpinannya banyak tantangan dan badai yang dialami itu sebagai cambuk untuk terus menghantar Walhi NTT menuju yang lebih baik. Bahwa Walhi NTT yang selama ini beredar di Kabupaten, selama periode ini telah diletakan di Kota Kupang sebagai propinsi. Diharapkan tidak berpindahnya Walhi NTT dari kabupaten atau pulau ini semakin menguatkan walhi dalam kerja-kerja advokasinya. Cukup periode saya yang mengalami banyak hal negatif, tukasnya.

Sedangkan Winfridus Keupung, Ketua Dewan Daerah dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Eksekutif Daerah periode ini dalam keterbatasannya telah meletakan nilai-nilai advokasi. Dengan dasar ini, kita berharap kepemimpinan Walhi NTT ke depan akan lebih baik. Sedangkan, De Sineba yang mewakili Dewan Nasional mengucapkan selamat ber-PDLH bagi Walhi NTT dengan membuka acara tersebut.

Kegiatan PDLH diawali dengan pembahasan tata tertib, yang dipimpin oleh Win Keupung dan Rafael Raga. Setelah itu dilanjutkan dengan Diskusi "Mempertegas Akses dan Kontrol Rakyat terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam di NTT" dengan 4 panelis yakni: Rio Rompas, calon Eksekutif Nasional (Pengelolaan Sumber daya alam yang berpihak pada Rakyat dan Lingkungan Hidup), Paulus Nong Susar (Wabup Sikka) tentang Responsivitas kebijakan negara dalam mengatasi problem-problem lingkungan yang ada di NTT dan Sikka, John Bala, Aktifis HAM, Mantan Direktur PBH Nusra mengulas mengenai Gerakan Rakyat dan HAM dalam korelasinya dengan penyelamatan Lingkungan Hidup. Diskusi panel ini yang dimoderatori oleh Herry Naif (Direktur WALHI NTT) berjalan seru. Menariknya, Paulus Nong Susar menyatakan bahwa kehadiran Walhi itu penting karena kami selalu diingatkan agar memperbaiki kebijakan-kebijakan yang ada. Beberapa kasus yang ada selalu Walhi memberi kritikan. Kita butuh itu, demikian kata mantan direktur Sanres.

Seusai diskusi panel, kembali dilanjutkan dengan agenda-agenda PDLH. Dalam sidang komisi A yang membahas tentang persoalan internal Walhi bahwa menyikapi kelesuan semangat partisipasi anggota, perlu dibentuk tim panitia ad hoc untuk memverifikasi keanggotaan agar memastikan keanggotan Walhi NTT. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan beberapa hal penting di tingkat manajerial di eksektif daerah. Sedangkan Komisi B yang membahas tentang persoalan-persoalan lingkungan yang ada di NTT melihat bahwa perubahan iklim yang sedang terjadi ini semestinya disikapi dengan sebuah kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Bahwa Kedaulatan pangan semestinya menjadi cita-cita bersama. Untuk itu, dibutuhkan usaha pertanian terpadu (selaras alam) dan menolak semua bentuk tindakan eksploitatif, terutama pertambangan yang ada di NTT. IUP SMR dan beberapa IUP lain di NTT, harus dicabut oleh Pemerintah karena itu tidak menguntung rakyat NTT dan lingkungan tetapi hanya menguntungkan para kapitalis.

Sebelum mengakhir acara PDLH dilakukan Debat calon Eksekutif Daerah Walhi NTT periode (2016-2020). Dari bursa pencalonan itu, terdaftar 3 calon yakni: Melky Nahar, Umbu Wulang dan Darma Yustinus. Ketiga  calon ED mempresentasikan mengenai visi-misi yang menjadi dasar untuk dilakukan setelah terpilih sebagai Eksekutif Daerah ke depan.

Dari kampanye itu, kemudian dilakukan pemilihan yang mana para peserta PDLH mengunggulkan dan kemudian menetapkan Umbu Wulang sebagai Eksekutif Daerah periode, 2016-2020. Setelah itu dilakukan acara serah terima jabatan dari Herry Naif kepada Umbu Wulang. Acara ini berjalan meriah yang dipimpin langsung oleh Longginus Don (Direketur Sanres).

Setelah acara serah-terima, Umbu Wulang eksekutif daerah terpilih memimpin diskusi para peserta PDLH bersama ketiga calon Eksekutif Nasional, Pius Ginting, Yaya Nurhidayat dan Rio Rompas. Ketiga calon Eksekutif Nasional tersebut di depan forum menyampaikan mengenai apa yang akan dilakukan ketika dirinya terpilih sebagai Eksekutif Nasional ke depan.


















Sabtu, 13 Februari 2016

ANGGOTA SIKKA LAKUKAN RAPAT PERSIAPAN PDLH WALHI NTT

Dalam rangka mempersiapkan Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) ke-v, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) NTT. Pertemuan ini adalah ritus tahunan WALHI untuk mengevaluasi kinerja periodik Eksekutif Daerah (ED) Walhi  dan  selain itu sebagai momentum politik karena juga dilakukan suksesi kepemimpinan.Rapat persiapan ini dilakukan di Kantor Wahana Tani Mandiri (WTM) (12/01).

Dalam acara rapat persiapan yang dipimpin Herry Naif, memberi gambaran soal perkembangan konsolidiasi dengan Anggota WALHI NTT di Timor, Sumba dan Flores. Dari konsolidasi melalui telpon banyak anggota yang siap hadir sekalipun transportasi ditanggung masing-masing. Sedangakan komunikasinya dengan eksekutif Nasional, mereka meminta gambaran kongkret soal persiapan WALHI NTT dalam menyambut momentum ini, demikian putra Timor yang sedang memimpin WALHI NTT.

Lebih lanjut, Carolus Winfridus Keupung yang adalah ketua Dewan Daerah dan Direktur Wahana Tani Mandiri mengatakan bahwa penginapan PUSKOLAP Jiro Jaro itu untuk kegiatan WALHI dipakai gratis, itu kontribusi lembaga buat WALHI.

Sedangkan, yang hadir dalam pertemuan itu, Sesko Bero (PBH Nusra), Rosmistika (Sanres), Eka Rihi (Bangwita) dan Fransikus Anjelinus (YP2R) menyepakati agar setiap lembaga di Sikka menanggung konsumsi selama kegiatan berlangsung.
Menutup acara rapat ini, diucapkan terima kasih banyak atas kebersedian kawan-kawan yang selalu mendukung gerakan-gerakan WALHI baik secara moril maupun materil, demikian ujar Herry.

PEMULIAN PADI: KEDAULATAN BENIH



 Secara historis-kultural, padi merupakan sebuah tanaman yang diyakini sebagai dewi. Atau dalam sebutan orang sikka dua nalu pare. Legenda tentang “dua nalu pare” dikisahkan bahwa pada suatu waktu terjadi kelaparan yang menimpah wilayah Sikka. Pada saat itu, semua pemuka adat dari Tana ai, Lio, Koting, Sikka, Nita, Kangae, Nuhan (Palue) berkumpul dan memperbincangkan bagaimana mengatasi permasalahan kelaparan/paceklik di wilayah tersebut. Kemudian direncanakan para tokoh adat untuk diadakan persembahan darah gadis perawan kepada leluhur. Sejak upacara saat itu, tumbuhlah dan menyebarlah padi di wilayah kabupaten Sikka. Sejak itu, diyakini bahwa padi adalah dewi yang mana akan memberi makan pada warga saat kelaparan/paceklik. Cerita ini, hingga hari ini masih diceritakan sebagai sebuah legenda padi. Dari cerita ini pula mau diinformasikan bahwa bagaimana secara sosio-kultural orang di Kabupaten Sikka menghormati tanaman padi sebagai sebuah makanan.
Secara faktual, tanaman padi hakekatnya menjadi penting bagi kehidupan manusia, menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi manusia. Tidak heran bila kemudian orang mencari cara untuk mengoptimalkan tanaman padi. Teknik budidaya yang baik dan peningkatan kemampuan berproduksi melalui usaha tani. Peningkatan kemampuan tanaman adalah usaha untuk memperbaiki karakter tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul. Usaha ini disebut pemulian tanaman.
Pemulian tanaman (plant breeding) adalah perpaduan antara seni (art) dan ilmu (science) dalam merakit karagaman genetik suatu populasi tanaman tertentu menjadi lebih baik atau unggul dari sebelumnya. Pemulian tanaman sebagai seni terletak pada kemampuan dan bakat para pemulia tanaman (plant breeder) dalam merancang dan melakukan proses seleksi (memilih) bentuk-bentuk tanaman baru yang ingin dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan selera petani dan juga sesuai dengan tantangan permasalahan yang sedang dan akan berkembang dalam kurun waktu 3-10 tahun.
Penelitian perkawinan silang benih padi varietas lokal sebagai upaya pemuliaan benih padi. Penelitian ini diawali dengan pelatihan dan diskusi mengenai perkawinan silang bersama Petani Peneliti asal Lembor, Mathias Pagang.
Mengawali kegiatan penelitian, Mathias menjelaskan mengenai proses penelitian yang akan dilakukan sejak pemilahan bibit padi yang unggul dengan mengidentifikasi varietas padi yang hendak diteliti atau dikawinkan seturut keinginan peneliti. Setiap varietas padi lokal tentunya memiliki karakter yang berbeda. Untuk itu, para peneliti harus mengidentifikasi mengenai keunggulan dan kelemahan dari padi. Setelah itu menentukan pilihan keinginan yang mau diperoleh dari hasil perkawinan tersebut. Bahwa “selama ini, petani ditindas oleh korporasi-korporasi yang mampu membayar para peneliti benih dan kemudian itu disebarkan kepada petani”.
Secara teoritis, hal ini perlu dilakukan demi proses pemulian benih padi varietas lokal, karena pada rentang waktu tertentu padi akan kembali menjadi seperti karakter varietas awal. Atau dalam ilmu pertanian dikatakan bahwa pengembangan padi pada F26, padi itu akan kembali seperti karakter awal. Untuk itu, proses pemulian melalui perkawinan silang antar varietas perlu dilakukan.
Kegiatan “Penelitian Perkawinan Benih Padi” di Jiro-Jaro, Tana Li, Desa Bhera, Kecamatan Mego (19-20 November 2015). WTM melakukan kegiatan ini berkat dukungan kerja sama dengan Miserior. Beberapa persiapan seperti; menyiapkan kerangka studi, melakukan komunikasi dan koordinasi dengan nara sumber (Mathias Pagang) dan para petani peneliti dari tiga (3) kecamatan yakni: Mego, Tanawawo dan Magepanda.
Pelaksaaan kegiatan studi ini dikoordinasikan oleh Pusat Riset dan Pengelolaan Lingkungan JIRO-JARO yang merupakan salah satu bidang penelitian dan pengembangan di Wahana Tani Mandiri. Dalam pelatihan ini, sebagai percobaan penelitian bagi peserta panitia menyiapkan padi chiheran dan Super. Dua varietas ini sengaja dipilih panitia karena yang dekat dengan puskolap Jiro-Jaro. Dari hasil percobaan penelitian tersebut, para petani peneliti mengikuti prosesnya secara detail dan serius agar kemudian bisa dipraktekan di kebunnya. Hasilnya semua padi yang dikawinkan sebagian besar membentuk bulir.
Rencananya, hasil studi Penelitian Benih Padi akan didokumentasikan sejak awal penelitian hingga sampai pada proses perkawinan benih serta bagaimana hasil penelitian tersebut, dalam bentuk buku atau film dokumenter yang akan diterbitkan oleh Wahana Tani Mandiri dan Pusat Riset dan Pengelolaan Lingkungan Jiro-Jaro, yang mana akan dimanfaatkan juga sebagai metode sharing pengalaman dan pembelajaran bagi petani lainnya.
Untuk itu, kegiatan yang diikuti oleh 6 (enam) petani peneliti dan para staf WTM. Sebelum mengakiri kegiatan tersebut, peserta membuat perencanaan bersama sebagai keberlanjutan kegiatan. Petani peneliti akan melakukannya di kebun masing-masing dengan mengidentifikasi padi varietas lokal yang ada di kampungnya. Kegiatan ini akan didampingi oleh fasilitator dan Tim WTM. Sedangkan para staf WTM pun akan melakukan penelitian di Kebun pangan Jiro – Jaro.
Setiap peneliti telah menentukan varietas padi lokal yang akan diteliti sesuai dengan keinginannya yang disebut varietas idaman. Varietas idaman adalah varietas yang diinginkan oleh petani dimana varietas ini mempunyai banyak kelebihan dan tentunya sesuai dengan daerah setempat. Untuk mendapatkan varietas idaman kita harus menganalisa sumber bahan baku, yaitu: varietas lokal, varietas baru dan kerabat liar.

Alasan Pemilihan Peserta dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan petani peneliti di wilayah dampingan Wahana Tani Mandiri (WTM) yakni: Kec. Magepanda, Tanawawo dan Mego. Petani peneliti dipilih secara acak dari setiap kecamatan.
Dari perencanaan itu, kemudian kegiatan tersebut dihadiri oleh 6 petani peneliti yakni: Kanis Garu, desa Done, Magepanda, (Padi IR 64 dan Super), Beatriks Rika, desa Bhera, Mego, (Pare Kupa vs Pare Mite) Florianus Herizon Webron, Renggarasi – Tanawawo, (Pare Gama vs Pare gorotuna) Yosef Siprianus Rehing, Bu Selatan, (Pare ), Kanisius Maku (Koro Bhera) dan Agustinus Tiga, Renggarasi – Tanawawo(Pare Weteredhe vs Pare Oda). Selain itu juga para staf juga akan melakukan penelitian di Kebun contoh di Puskolap Jiro Jaro.
Tujuan Penelitian
  • Menyediakan informasi yang holistik tentang varietas padi lokal dan karakter masing-masing varietas yang diidentifikasi dan dikawinkan;
  • Menjadikan Petani sebagai peneliti dalam meningkatkan kapasitas dan penemuan varietas baru (pemulian) padi;
  • Memperdalam hasil penelitian benih demi terciptanya laboratorium padi lokal di Puskolap Jiro-Jaro
Ruang Lingkup Penelitian
  • Masalah apa saja yang dihadapi petani dalam mengembangkan benih padi lokal?
  • Mencatat setiap fase perkembangan padi agar mengetahui permasalahan agar bisa mengetahui faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan dalam menemukan benih varietas padi lokal yang unggul
  • Bagaimana solusi atas permasalahan yang dihadapi petani dalam upaya pemenuhan bibit/benih padi
Proses dan Tahanpan Penelitian
Beberapa tahapan proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya:
  1. Pemilihan bibit/benih yang mau dikawinkan
    Dalam rangka mencapai tujuan pemulian tanaman sesuai dengan varietas idaman maka peneliti perlu menyusun dan mengidentifikasi berbagai padi lokal serta membuat analisa kelebihan dan kekurangan dari varietas padi tersebut. Beberapa analisis itu mengacu pada beberapa aspek: Umur Padi, anakan, sifat tahan hama, Rasa Nasi, Harga, Tahan Rebah, Warna beras, dan umur genja.
  1. Penetuan Varietas yang diteliti
    Dari hasil identifikasi tersebut, peneliti telah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari varietas tersebut maka peneliti dapat menentukan varietas yang hendak dikawinkan/diteliti.
  1. Koleksi varietas pilihan
    Apabila peneliti belum memiliki varietas yang mau diteliti maka harus mencari pada sesama petani di kampung itu atau di kampung lainnya;
  1. Penentuan dan penyiapan Lahan/polibag
    Pada tahap ini peneliti menentukan tempat/lokasi kebun yang mau dilakukan penelitian. Kalau ada yang ingin mengembangkannya di polibag maka harus disiapkan polibagnya.
  1. Penanaman Bibit Padi
    Pada tahap ini, peneliti melakukan penanaman varietas padi yang mau diteliti atau dikawinkan dengan memperhatikan umur padi tersebut, agar waktu penyerbukan bersamaan sehingga penelitian bisa dilakukan.
  1. Perawatan Tanaman
    Pada tahap ini, peneliti hendaknya selalu merawat tanaman agar tumbuh subur dan diperoleh benih yang unggul;
  1. Pemilihan malai yang siap kawin
    Setelah padi mulai siap kawin maka perlu diseleksi malai jantan dan betina yang cocok atau siap kawin;
  1. Pengguntingan malai betina (emaskulasi)
    Emaskulasi adalah pembungan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Padi termasuk salah satu tanaman hermaprodit dan fertil. Apabila ada 2 varietas maka paling kurang ada 4 pohon yang siap digunting. Misalnya; Malai betina varietas A dan B. Maka varietas A dan B digunting lalu A yang digunting dikawinkan dengan malai jantan B dan sebaliknya bila B yang digunting maka malai jantan A siap dikawinkan dengan malai bentina B.
  1. Pembungkusan malai betina yang digunting
    Pembungkusan untuk malai betina yang sudah digunting/dikebiri.Pada tahap ini peneliti hanya memiliki waktu sehari untuk mengawinkan malai jantan dan betina.
  1. Perkawinan Silang antar malai yang digunting (Betina) dan Malai Jantan
    Perkawinan antara malai yang sudah digunting (betina) dengan Sari yang tidak digunting (jantan). Misalnya, varietas A dan B digunting lalu A yang digunting dikawinkan dengan malai jantan B dan sebaliknya bila B yang digunting maka malai jantan A yang dikawinkan. Ingat pada tahap ini, peneliti hanya memiliki waktu sehari saja. Bila lebih dari waktu sehari maka perkawinan tidak bisa dilangsungkan. Waktu perkawinan itu pukul 09.00 – 10.00 karen saat itu pori-pori si malai betina lagi terbuka. Alat dan bahan yang perlu disiapkan peneliti adalah: Gunting, Pinset/tusuk gigi, amplop, spidol, klip, label, ember, lakban
  1. Pengamatan Hasil
    Pada tahap ini peneliti mengamati malai betina yang digunting apakah keesokan harinya setelah pengguntingan itu nampak hijau/putih. Bila hijau maka penelitian anda berhasil dan padi tersebut bisa dikawinkan. Pengamatan ini dilakukan setelah 6-7 hari perkawinan. Setelah pengamatan malai tersebut harus kembali dibungkus sampai padi tersebut menguning/dewasa.
  1. Panen Benih hasil perkawinan (F1)
    Apabila dari pengamatan dilihat bahwa padi hasil perkawinan itu sudah menguning atau siap panen maka peneliti perlu mengambilnya dan mengeringkannya pada tempat yang dapat dipantau. Setelah mengering maka disimpan sebagai benih padi (F1) siap dikembangkan.
  1. Penanaman Benih (F1)
    Penanaman benih (F1) kemudian menghasilkan F2 dan seterusnya hingga F4 akan menjadi padi yang unggul sesuai dengan karakter yang diinginkan peneliti
  1. Laboratorium Benih Padi
    Setelah panen F1, setiap peneliti hendaknya memberikan bibit ke Puskolap Jiro Jaro sebagai pusat laboratorium varietas lokal. Ini dimaksudkan sebagai kampanye atas hasil penemuan benih padi hasil penelitian para petani








Senin, 08 Februari 2016

Hujan Bukan Saja Berkah, Tetapi Bisa Jadi Bencana

Pada musim penghujan tahun ini sangat tidak pasti. Bahwa musim hujan diawali pada bulan desember setelah itu kekeringan panjang. Namun seminggu terakhir ini hujan terus mengguyur kota maumere dan sekitarnya.

Kanis Garu, Kader Tani Desa Done, Magepanda
Kanis Garu (Kaderi Tani WTM) yang ditemui di rumah tinggalnya (8/02) mengatakan bahwa "Hujan yang mengguyur wilayah Kecamatan Magepanda sejak tanggal 29 Januari ini ternyata bukan berkah bagi petani di Done yang mana membawa bencana banjir, yang mana persawahan puu naka menjadi korban". Ujarnya

Lebih lanjut, Kanis menjelaskan bahwa padi yang saya tanam untuk kebutuhan penelitian saya akan varietas padi lokal dengan kawin silang harus terhanyut. Padahal tanggal 22 Januari saya sudah sama dua kelompok bergotong royong menanam padi sawah di lokasi tersebut. Dari hitungan saya kurang lebih ada 38 Ha yang rusak itu adalah milik sawah dari 63 KK. Sedangkan ada 28 KK adalah anggota kelompok tani yang didampingi WTM selama ini.

Bukan hanya persawahan yang jadi korban tetapi menurut Kanis Garu (Kader Tani WTM) menyatakan bahwa, masih ada 4 kerbau, sapi 3 ekor, Kambing 7 ekor. Dan kerugian lain belum tercatat detail karena banyak pisang dan lain-lain.

Pada saat Banjir, tanggal 31 juga Pemkab Sikka juga kunjungan ke lokasi bencana. Semua data kerusakan sudah didatakan, tetapi sampai hari ini belum ada informasi lanjut.

Kanis yang adalah kader tani WTM juga pada kesempatan itu menyatakan bahwa banjir ini juga akibat pengelolalan kebun yang tanpa pola usaha tani yang baik. Tidak ada teras sering di lahan-lahan yang miring. Padahal bila ada teras sering dan tanaman teras tentunya air yang ada itu tertawan dalam kebun ataupun bila hujan berlebih maka tidak terjadi hujan karena airnya sudah terbagi.

Rabu, 03 Februari 2016

EVALUASI PANITIA DAN PERENCANAAN STAF WTM

Kesibukan lembaga tidak memudarkan semangat dari kru WTM. Setelah beberapa hari sibuk dengan persiapan perayaan syukur Hari Ulang Tahun ke-20, dilanjutkan dengan pertemuan evaluasi kader yang berlangsung seharian kemarinnya. Namun keesokannya para staf WTM kembali berkumpul lagi di Kantor WTM yang berada di Maumere untuk melakukan evaluasi kepanitian dan sekaligus membuat perencanaan bulanan (02/02).

Win Keupung: Evaluasi Bulanan dilakukan penuh persaudaraan
Kegiatan ini, awalnya dipimpin oleh Direktur. Beliau memfasilitasi mengenai sistem dan manajemen kelembagaan terutama dalam pengimplementasian program dan kegiatan-kegiatan kelembagaan. WTM punya corak khusus dalam sistem dan manajemen, terutama dalam pengembangan usaha pertanian. Kita juga tidak hanya melakukan kegiatan-kegiatan di kelompok tani tetapi kita juga perlu terlibat dalam advokasi hak-hak petani yang tidak diperhatikan. Karena itu, perlu dirancang agar adanya pertemuan para kader tani dengan pemimpin di SIkka agar membahas soal kepentingan petani.

Setelah itu, beliau harus meninggalkan pertemuan karena kedukaan dan dilanjutkan oleh Herry dalam memfasilitas evaluasi kepanitaan Perayaan Syukur HUT ke-20. Kegiatan ini diawali dengan tanggapan dari setiap staf tentang acara tersebut. Banyak hal disampaikan di sana dan kemudian dirangkum oleh fasilitator bahwa kekurangan dan kelebihan adalah milik WTM. Evaluasi ini menjadi pembelajaran agar kegiatan-kegiatan selanjutnya tidak mengalami problem yang sama.

Selain itu juga disinggung mengenai efesiensi dan efektifitas kerja yang harus ditingkatkan dalam berbagai aspek agar setiap kita sungguh bermanfaat bagi lembaga ini. Setiap kita harus punya sikap dan nilai yang memberi dukungan dalam membesarkan lembaga ini, demikian ujar Herry.

Setelah evaluasi dilakukan, Herry selaku ketua panitia perayaan HUT membubarkan kepanitian.

Bukan hanya sampai di sini, kemudian setiap staf WTM perlu membuat perencanaan bulanan agar menghindari kesimpangsiuran pelaksaan kegiatan di kelompok dan kantor. Tanpa perencanaan, diyakini bahwa setiap staf tidak punya arahan kerja yang jelas.

Dalam presentasi perencanaan, Wil Woda selaku koordinator Kabar Nuhang meminta kepada para fasiltator lapangan agar setiap kegiatan didokumentasikan dengan baik terlebih dibuatkan dalam sebuah pemberitaan agar kemudian diseleksi untuk diterbitkan pada Kabar Nuhang yang rencanya akan dicetak dalam minggu ini, demikian ujar putra asal takaiku.

<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...