Selasa, 29 Agustus 2017

BPJS TENAGA KERJA MAUMERE SOSIALISASI DI WTM

Sosialisasi Hak-hak Tenaga Kerja dari BPJS Ketenagakerjaan Maumere (29/8)
Maumere, KN. Mengakhiri aktifitas bulan Agustus, kru Wahana Tani Mandiri kembali berkumpul di Sekretariat WTM di Jalan Wairklau Maumere, Belakang kantor Dinas Koperasi Lama. Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud dari monitoring dan evaluasi terhadap berbagai aktifitas yang dilakukan baik oleh staf lapangan ataupun para koodinator Bidang dan Koordinator Program.

Kegiatan evaluasi ini dihadiri oleh Carolus Winfridus Keupung, Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM) dan Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF, Martha Muda (Koordinator Bidang Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan Hidup), Alexander Saragi (Koordinator Pertanian) dan Will Woda (Koordinator Advokasi program CEPF) dan semua fasilitator lapangan baik pada program CEPF maupun Misereor. Evaluasi ini dilakukan pada hari Selasa, 29 Agustus 2017.

Winfridus Keupung, Direktur WTM, dalam pembukaan evaluasi mengatakan bahwa pertemuan bulanan ini menjadi hal yang penting. Bahwa setiap kita harus mengharga pertemuan bulanan karena ini sebagai bentuk evaluasi dan penghargaan terhadap berbagai aktifitas yang sudah dilakukan sebulan.

Karena itu, saya berharap kegiatan evaluasi ini harus diikuti oleh setiap staf WTM. Bila kita tidak menghadiri acara tersebut, bagaimana kita bisa mengetahui perkembangan kegiatan lapangan, ujar Keupung.

Evaluasi yang dipimpin oleh Alex Saragi itu dilanjutkan dengan presentasi dari fasilitator lapangan dari wilayah Program Misereor yakni; Yohanes Dawa dan Martinus Maju. Kedua fasilitator tersebut mempresentasikan tentang perkembangan perumusan peraturan desa yang sedang dilakukan dan penelitian kawin silang (pemulian benih), kaji banding dan kaji terap.

Selain itu, Martinus Maju menegaskan bahwa aktifitas penelitian tengah berlangsung dan diharapkan koordinasi yang bagus antar staf agar kegiatan ini berlangsung sukses.

Setelah itu, dilanjutkan dengan sosialisasi dari Juni Kenedi, Staf  BPJS Ketenagakerjaan Maumere, tentang pentingnya para tenaga kerja mengikuti program ini karena ini ada manfaatnya bagi para tenaga kerja.

Ada tiga manfaat yakni: jaminan kecelakaan, jaminan hari tua, jaminan kematian dan ada jaminan pensiun yang sementara di proses, kata Juni Kenedi.

Presentasi ini, mendapat respon positif dari para kru-WTM dengan mengisi beberapa format yang disiapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan. (Ryn -KN)

Jumat, 25 Agustus 2017

KAWASAN EGON ILIMEDO PERLU DIKELOLA SECARA ECO-POPULIS

WORKSHOP:

PARADIGMA PERWUJUDAN PENGELOLAAN KAWASAN EGON ILIMEDO YANG ECO-POPULIS  Bagian (1), Proses Rabu, 23 Agustus 2017

Maumere, KN. Dalam upaya penyelamatan dan perlindungan kawasan Egon Ilimedo perlu dibangun sinergisitas kinerja antar para pihak.  Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Burung Indonesia dan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan tema: “Paradigma Perwujudan Pengelolaan Kawasan Egon Ilimedo yang Eco-Populis”  di pelataran Gereja Paroki Hebing (23/08).

Kegiatan ini dibuka oleh Paulus Nong Susar Wakil Bupati Sikka, didampingi oleh Theresia M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dan Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dan para Panelis, yakni: Vitalis Nong Fendi (Kepala UPT-KPH Sikka), Agustinus Dj. Koreh (Kepala BKSDA Unit Flores bagian Timur), Romo Tasman Ware (Pastor Paroki Renya Rosari Hebing), Rafael Raga (Ketua DPRD Sikka), Markus Dua Lima (Wakili Kepala Dinas Pertanian Sikka) dan Yunida Polo (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sikka), Yohanes Suban Kleden (Fasilitor dari PBH Nusra), Kapolsek Bola, Para Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua Kelompok Tani, Kader Tani.


Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kawasan lindung Egon Ilimedo merupakan salah satu kawasan hutan di Kabupaten Sikka yang memiliki luas 19.456,80 ha atau 78,6% dari total luas kawasan hutan kabupaten Sikka 24,738,43 ha.  Kawasan ini mencakupi beberapa kecamatan, yakni: Waigete, Mapitara, Doreng, Talibura, Waiblama, Bola, dan Hewokloang yang telah menjadikan kawasan hutan Egon Ili Medo sebagai susu dan madu bagi hidupnya.

Bahwa, Pemberian alam seutuhnya dijadikan sebagai hakikat dasar dalam pengelolaan sumber daya alam yang mana dijadikan sebagai pusat hidup mereka (kosmosentris). Tidak heran, bila warga pada empat (4) desa di kecamatan Mapitara, yakni: Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing berusaha mempertahankan hidup dan eksistensinya, struggle for life and struggle for existence di tengah perdebatan akan tapal batas 1932 dan 1984 yang berdampak pada sempitnya dan ketidakpastian ruang kelola mereka.


Hutan dipahami sebagai sebuah ruang penting bagi kehidupan manusia yang mana memberi nilai keseimbangan ekologi. Fungsi dan peran kawasan hutan Egon Ilimedo seharusnya memberikan layanan alam yang baik dan nyaman mulai terganggu. Hal ini disebabkan berbagai perilaku negatif, seperti: perambahan hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan kawasan Egon Ilimedo. Atau secara umum, dilihat bahwa penyebab kemerosotan kualitas lingkungan, seperti adanya destructive logging, persoalan pal batas yang belum tuntas, kesadaran ekologis masih rendah dan masyarakat di kawasan sebagai objek, sebelum adanya perubahan paradigma pengelolaan hutan. Fakta-fakta ini diidentifikasi sebagai situasi yang terberi dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak pada nilai-nilai eco-humanis, ungkap Win.

Theresia M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dalam sambutannya mengatakan bahwa kita di sini belum banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan dan bagaimana pentingnya kawasan Egon Ilimedo bagi kita. Bahwa, Kalau bapak menanam maka ibu merawatnya. Kalau kita rawat dengan baik maka kenikmatan itu akan dinikmati generasi ke generasi. Mari kita mulai pola hidup sehat dan cinta lingkungan, ajak Ibu Silmeta.

Paulus Nong Susar (Wakil Bupati Sikka) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kegiatan ini mengingatkan saya akan kerja WTM ketika zaman bupati Lorens Say hingga sekarang. Untuk itu, saya mewakili pemerintah kabupaten Sikka mengucapkan terimakasih kepada LSM (WTM) yang bekerja dalam penyelamatan lingkungan.

Pemerintah daerah akan membuat perda pengelolaan sumber daya alam. Dalam kaitan dengan pengelolaan lingkungan ini kita dari pemerintah perlu memberi bimbingan dan edukasi seperti menertibkan mereka yang membangun rumah di dalam kawasan. Kemudian ada program yang kita kenal dengan HKM. Itu adalah ruang yang diberi pemerintah kepada masyarakat untuk mengelolah hutan dengan baik. Sedangkan Bapak-Ibu guru bisa memasukan ini sebagai Materi Mulok untuk diajarkan di Sekolah-sekolah, harap Nong Susar.

Pertemuan hari ini dan besok kita coba mengecek kondisi kebunnya masing-masing dan menceritakan. Lalu pemerintah melihat pada hutan yang bukan hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial. Hari ini sampai besok menjadi waktu yang sangat bermanfaat untuk kita diskusikan bersama  dalam rangka penyelamatan lingkungan alam, ajak Wabup Sikka.
Setelah ceremonial pembukaan para panelis mempresentasikan materi sesuia dengan topik yang dipercayakan. Diskusi panel ini dipandu  oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra).

Setiap panelis menyampaikan materi sesuai dengan topik yang dipercayakan. Bisro Sya’Bani (Kementrian KLHK-Dirjen KSDAE): Paradigma Baru Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Rakyat. Dalam presentasi itu, beliau mengawali dengan ucapaan maaf dari Dirjen dari KSDA yang tidak bisa menghadiri pertemuan. Tapi menurutnya kita harus mengorangkan orang, karena itu saya ditunjuk mewakili beliau.


Saya coba mengemukakan beberapa produk hukum yang mana sebagai dasar bahwa ada perubahan paradigma dimana rakyat diberi ruang mengelola dalam kawasan tetapi dalam rambu-rambu yang mana hutan tetap lestari. Pertama: Pasal 49 PP.108/2015 Tentang Revisi PP.28/2011 tentang Pengelolaan KSA dan KPA (mengatur tentang desa konservasi, akses HHBK, fasilitasi kemitraan, Izin Jasa Wisata alam) kepada masyarakat; Kedua Permen LHK nomor P.43/Menlhk/Setjen/2017 tentang Pemberdayaan Masyarakat di sekitar KSA dan KPA (penjabaran pengaturan desa konservasi, akses HHBK, fasilitasi kemitraan, pondok wisata dan Izin Jasa Wisata alam). Ketiga Permenhut No P.64/Menhut-II/2013, tentang Pemanfaatan air dimana untuk mikro hidro dan mini hidro non komersial diperuntukan untuk masyarakat. Keempat, Permenhut NoP.48/Menhut-II/2010, Keberpihakan kepada pelaku usaha jasa wisata alam bagi masyarakat setempat. Kelima Permenhut P.85/Menhut-II/2014 jo.Permen LHK Nomor P.44/Menlhk/ Setjen/2017, tentang kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA -mengatur antara lain peran penguatan fungsi oleh masyarakat dan kemitraan konservasi. Keenam, Permen LHK No P.83/2016, tentang Perhutanan Sosial.

Selain itu juga, beberapa bentuk-bentuk Pemberdayaan Masyarakat, pengembangan Desa Konservasi; pemberian akses; fasilitasi kemitraan; pemberian izin pengusahaan jasa wisata alam; dan pembangunan pondok wisata, ungkap Bisroh.

Vitalis Nong Fendi (Kepala UPT-KPH Sikka) membawa materi “Meneropong Upaya-upaya Penyelamatan dan Apa Peran Kawasan Egon Ilimedo”. Dalam presesntasinya, dikemukakan, bahwa hutan Egon ilimedo merupakan kawasan terbesar yang meliputi beberapa kecamatan yakni Waiblama, Waigete, Talibura, Hewokloang dan Mapitara. Dalam pengawasannya bukan hanya UPT KPH tetapi juga BKSDA. Yang menjadi problem adalah jalur transportasi yang dibukan melewati kawasan hutan. Dalam peraturan kementerian itu banyak sekali larangan seperti tidak boleh membawa bahan bakar, korek api dll. Bulan lalu hutan kita terbakar selua 200-an ha. Kemudian di wilayah tersebut  ada penggalian pasir dan batu.

Saya berharap bahwa pengawasan kawasan Egon Ilimedo itu kita perlu bersama-sama bukan hanya kami. Apalagi kapasitas polisi kehutanan kami sangat kurang, ujar Nong Fendi.
Biasanya yang diambil paling banyak dari hutan adalah hasil kayu. Banyak kali kami temukan gelondongan kayu dan balok balok kayu yang tertumpuk tetapi ketika ditanya warga sekitar tidak tahu. Ini salah satu bentuk kerjasama yang sangat tidak terpuji, ungkap Kepala KPH Sikka.


Sedangkan, Agustinus Dj. Koreh: Kepala BKSD Sikka: Potret Eksistensi dan Ancaman Satwa Liar di Kawasan Egon Ilimedo”. Agus menyampaikan bahwa: Di kawasan Egon Ilimedo masih banyak jenis flora yang masih banyak seperti “ai wair (tumbuhan bawah) dan arananan”. Jenis ini ada di suaka margasatwa.

Ada juga mamalia seperti rusa, landak, monyet dll dalam kajian ini tidak kami temukan. Mungkin karena keterbatasan personel dan biaya, namun berdasarkan informasi masyarakat masih ditemukan. lalu ada 7 jenis burung dari 11 famili, ujarnya.

Yunida Pollo, Kepala Dinas Lingkungan Hidup: “Perspektif Penyelamatan Lingkungan Hidup dan Apa Perannya”. Kita harus memahami bahwa lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga. Berdasarkan panduan hukum, intervensi kami lakukan, tetapi untuk egon ilimedo belum terlalu kami intervensi. Kami fokus pada sumber daya air dan iklim mikro dimana masyarakat merasa nyaman dan tidak terganggu berada di lingkungannya, ungkap Ibu Kadis.

Selain itu, intervensi kami juga pada DAS. Ada juga yang kami sebut RTH publik dan beberapa RTH privat. Kami juga melakukan kajian terhadap setiap usaha kegiatan. Untuk Mapitara belum sempat kami kaji tetapi belum ada permohonan yang masuk, tetapi ke depan kami akan mencoba untuk terlibat melalui program-program dari dinas kami, urainya.

Rm. Tasman Ware, Pr: Pastor Paroki Renya Rosari Hale-Hebing: “Pandangan Gereja Masa Kini dalam Upaya Penyelamatan Kawasan Lindung”. Beliau mengawali presentasinya dengan mengutip pernyataan Mahatma Gandi: “Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan satu manusia yang rakus”

Di tahun terakhir ini ada ensilklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik ini paus mengkritik sifat konsumerisme manusia yang menyebabkan kian rusaknya bumi. Ensiklik Laudato si merupaka ensiklik kedua. Paus Fransiskus mengajak supaya kita melihat ibu bumi kita, sebagai rumah kita. Kalau bumi ini adalah rumah kita mengapa kita harus merusaknya? sebagai saudari kita perlu juga kita menmperlakukan bumi seperti ibu kita, kutipnya.

Untuk konteks kita di Egon Ilimedo adalah perambahan, pembukaan lahan baru dan kebakaran. Ini adalah sebuah perilaku negatif yang mestinya perlu dilihat dan ditata bagaimana menemukan sebuah pola pegelolaan yang tepat.

Hengky Sali (yang diwakili Markus Dua Lima): Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sikka: “Memotret Pola Pertanian Berkelanjutan dalam Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup di Sikka”.
Markus dalam presenasinya menyampaikann bahwa ada lima bidang di dinas: yakni bidang perkebunan (TUP), bidang tanaman pangan dan horti, bidang budidaya ternak dan kesehatan hewan,  bidang penyuluhan dan bidang sarana prasarana pertanian.
Dalam konteks hari ini, Markus bertanya: Mengapa di satu pulau perlu kawasan hutan? Di situ ada hutan maka ada tanah. Ada hutan maka mata air. Untuk itu pertahankan kondisi kawasan kita, jelasnya.


Rafael Raga, Ketua DPRD Sikka“Potret Legislasi dalam Penyelamatan Kawasan Egon Ilimedo”. Pertama-tama apreseasi kepada panitia yang mendorong upaya pengelolaan kawasan Egon Ilimedo yang eco-populis. Pengelolaan yang eco populis berarti pengelolaan yang  pro-rakyat. Dulu kami selalu melakukan demo karena penetapan tapal batas sebab dianggap mempersempit ruang kelolah rakyat. Di Nangahale tapal batasnya di pinggir jalan memang.

Saat ini wewenang kehutanan dilimpahkan ke propinsi. Akan tetapi tanggung jawab menjaga hutan itu adalah tugas kita semua. Karena fungsi hutan sangat penting untuk kehidupan manusia. Dalam aturan itu dalam satu pulau harus  mengalokasikan lahan 30 % menjadi hutan. Kita di sikka baru 23,9 %. Untuk itu kita perlu melakukan perlindungan atau konservasi.


Lebih lanjut Rafael, menegaskan bahwa konservasi berarti menjaga dan merawat yang ada serta menanamnya lagi. Yang ada jangan dibongkar untuk ditanam kembali.

Seusai panel, dilakukan foto bareng bersama para panelis dan para peserta kegiatan workshop dan dilanjutkan dengan pembagian komisi untuk memperdalam bahasan dari para materi yakni: Komis A: Pengelolaan dan Pengawasan dan Komsi B: Kebijakan. Kedua komisi ini sampai pada rekomendasi yang akan dishare pada semua institusi yang berkepentingan dengan penyelamatan kawasan Egon Ilimedo. (Ryn-KN)

Kamis, 24 Agustus 2017

WTM, BURUNG INDONESIA DAN CEPF LAKUKAN WORKSHOP: PARADIGMA PERWUJUDAN PENGELOLAAN KAWASAN EGON ILIMEDO YANG EKO-POPULIS

WTM, BURUNG INDONESIA DAN CEPF LAKUKAN WORKSHOP:
PARADIGMA PERWUJUDAN PENGELOLAAN 
KAWASAN EGON ILIMEDO YANG EKO-POPULIS

Maumere, KN. Dalam upaya penyelamatan dan perlindungan kawasan Egon Ilimedo perlu dibangun sinergisitas kinerja antar para pihak.  Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Burung Indonesia dan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan tema: “Paradigma Perwujudan Pengelolaan Kawasan Egon Ilimedo yang Eco-Populis”  di pelataran Gereja Paroki Hebing (23/08).
Kegiatan ini dibuka oleh Paulus Nong Susar Wakil Bupati Sikka, didampingi oleh Theresia M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dan Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dan para Panelis, yakni: Vitalis Nong Fendi (Kepala UPT-KPH Sikka), Agustinus Dj. Koreh (Kepala BKSDA Unit Flores bagian Timur), Romo Tasman Ware (Pastor Paroki Renya Rosari Hebing), Rafael Raga (Ketua DPRD Sikka), Markus Dua Lima (Wakili Kepala Dinas Pertanian Sikka) dan Yunida Polo (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sikka), Yohanes Suban Kleden (Fasilitor dari PBH Nusra), Kapolsek Bola, Para Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua Kelompok Tani, Kader Tani.
Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kawasan lindung Egon Ilimedo merupakan salah satu kawasan hutan di Kabupaten Sikka yang memiliki luas 19.456,80 ha atau 78,6% dari total luas kawasan hutan kabupaten Sikka 24,738,43 ha.  Kawasan ini mencakupi beberapa kecamatan, yakni: Waigete, Mapitara, Doreng, Talibura, Waiblama, Bola, dan Hewokloang yang telah menjadikan kawasan hutan Egon Ili Medo sebagai susu dan madu bagi hidupnya.
Bahwa, Pemberian alam seutuhnya dijadikan sebagai hakikat dasar dalam pengelolaan sumber daya alam yang mana dijadikan sebagai pusat hidup mereka (kosmosentris). Tidak heran, bila warga pada empat (4) desa di kecamatan Mapitara, yakni: Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing berusaha mempertahankan hidup dan eksistensinya, struggle for life and struggle for existence di tengah perdebatan akan tapal batas 1932 dan 1984 yang berdampak pada sempitnya dan ketidakpastian ruang kelola mereka.
Hutan dipahami sebagai sebuah ruang penting bagi kehidupan manusia yang mana memberi nilai keseimbangan ekologi. Fungsi dan peran kawasan hutan Egon Ilimedo seharusnya memberikan layanan alam yang baik dan nyaman mulai terganggu. Hal ini disebabkan berbagai perilaku negatif, seperti: perambahan hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan kawasan Egon Ilimedo. Atau secara umum, dilihat bahwa penyebab kemerosotan kualitas lingkungan, seperti adanya destructive logging, persoalan pal batas yang belum tuntas, kesadaran ekologis masih rendah dan masyarakat di kawasan sebagai objek, sebelum adanya perubahan paradigma pengelolaan hutan. Fakta-fakta ini diidentifikasi sebagai situasi yang terberi dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak pada nilai-nilai eco-humanis, ungkap Win.
Theresia M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dalam sambutannya mengatakan bahwa kita di sini belum banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan dan bagaimana pentingnya kawasan Egon Ilimedo bagi kita. Bahwa, Kalau bapak menanam maka ibu merawatnya. Kalau kita rawat dengan baik maka kenikmatan itu akan dinikmati generasi ke generasi. Mari kita mulai pola hidup sehat dan cinta lingkungan, ajak Ibu Silmeta.
Paulus Nong Susar (Wakil Bupati Sikka) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kegiatan ini mengingatkan saya akan kerja WTM ketika zaman bupati Lorens Say hingga sekarang. Untuk itu, saya mewakili pemerintah kabupaten Sikka mengucapkan terimakasih kepada LSM (WTM) yang bekerja dalam penyelamatan lingkungan.
Pemerintah daerah akan membuat perda pengelolaan sumber daya alam. Dalam kaitan dengan pengelolaan lingkungan ini kita dari pemerintah perlu memberi bimbingan dan edukasi seperti menertibkan mereka yang membangun rumah di dalam kawasan. Kemudian ada program yang kita kenal dengan HKM. Itu adalah ruang yang diberi pemerintah kepada masyarakat untuk mengelolah hutan dengan baik. Sedangkan Bapak-Ibu guru bisa memasukan ini sebagai Materi Mulok untuk diajarkan di Sekolah-sekolah, harap Nong Susar.
Pertemuan hari ini dan besok kita coba mengecek kondisi kebunnya masing-masing dan menceritakan. Lalu pemerintah melihat pada hutan yang bukan hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial. Hari ini sampai besok menjadi waktu yang sangat bermanfaat untuk kita diskusikan bersama  dalam rangka penyelamatan lingkungan alam, ajak Wabup Sikka.
Setelah ceremonial pembukaan para panelis mempresentasikan materi sesuia dengan topik yang dipercayakan. Diskusi panel ini dipandu  oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra).

           
Setiap panelis menyampaikan materi sesuai dengan topik yang dipercayakan. Bisro Sya’Bani (Kementrian KLHK-Dirjen KSDAE): Paradigma Baru Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Rakyat. Vitalis Nong Fendi: Kepala Unit Pelaksana Teknis, Pengelolaan Kawasan Hutan (UPT-KPH): “Meneropong Upaya-upaya Penyelamatan dan Apa Peran Kawasan Egon Ilimedo” Agustinus Dj. Koreh: Kepala BKSD Sikka: Potret Eksistensi dan Ancaman Satwa Liar di Kawasan Egon Ilimedo”. Yunida Pollo: Kepala Dinas Lingkungan Hidup: “Perspektif Penyelamatan Lingkungan Hidup dan Apa Perannya”. Rm. Tasman Ware, Pr: Pastor Paroki Renya Rosari Hale-Hebing: “Pandangan Gereja Masa Kini dalam Upaya Penyelamatan Kawasan Lindung. Hengky Sali (yang diwakili Markus Dua Lima: Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Sikka: “Memotret Pola Pertanian Berkelanjutan dalam Upaya Penyelamatan Lingkungan Hidup di Sikka”. Rafael Raga: Ketua DPRD Sikka“Potret Legislasi dalam Penyelamatan Kawasan Egon Ilimedo”

Kamis, 17 Agustus 2017

WTM DAN PEMDES HEBING SELENGGARAKAN LOMBA PEMBUATAN TERASERING BINGKAI A

Maumere, KN.Desa Hebing, Kecamatan Mapitara yang dinilai salah satu wilayah pelosok di Kabupaten Sikka. Desa ini terletak di belakang gunung api Egon. Untuk sampai pada wilayah ini harus menggunakan truk yang dirancang agar bisa ditumpangi warga. Dalam bahasa orang Sikka atau Flores umumnya adalah Bis Kayu.

Di desa ini, memang secara fisik memiliki panorama yang indah karena bila kita menelusurinya ada beberapa wilayah destinasi wisata yang cukup menakjubkan, misalnya ada beberapa air terjun yang unik, sumber mata air panas dan pesisir pantai putih di wilayah Nenbura sebagai pintu masuk ke wilayah Mapitara.

Kini, desa Hebing menjadi pusat kota dari Ibukota kecamatan Mapitara setelah dimekarkan dari wilayah kecamatan Bola. Secara historis dan geneologis, para warga Hebing itu berasal dari Lio, Sabu dan beberapa suku lokal di kabupaten Sikka.

Poktan St. Ana dan Kasih Setia Galit, Hebing
Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 Republik Indonesia, hampir diseantero Nusantara menyelenggarakan berbagai kegiatan sebagai momentum untuk memeriahrayakan hari kemerdekaan tersebut. Warga Indonesia berbondong-bondong ke pusat-pusat perayaan untuk menyaksikan berbagai kegiatan tersebut entah hanya sebagai penonton atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan itu.

Warga desa Hebing tak kalah dari wilayah lain sekalipun berada di belakang gunung api Egon. Bahwa sebagai salah satu wilayah dampingan WTM kemudian berinisiasi bersama Pemerintah Desa Hebing mengadakan perlombaan pembuatan Terasering Bingkai A untuk kelompok-kelompok tani di wilayah desa Hebing.

Poktan Watukogang, Juara III Lomba Terasering
Beberapa kriteria penilaian yang disampaikan sebelum perlombaan sebagai persyaratan untuk menentukan pemenangnya adalah: 1. Jumlah peserta terdiri dari 5-7 orang dari anggota kelompok tani; 2. Panjang Teras 5M; 3. Tinggi gulut 30Cm; 4. Persiapan alat dan bahan

Dari pembukaan hingga pelaksanaan kegiatan, terdapat 9 Kelompok tani yang siap mengikuti perlombaan tersebut diantaranya: Poktan Watu Kogang, Poktan Kasih Setia, Poktan Santa Ana Galit, Poktan Rulaling, Poktan Cinta Sesama, Poktan Watu Wawit, Poktan Hewer Liman, Poktan Baru Muncul dan Poktan HKm Gawer Gahar.

Kegiatan pembuatan terasering dilakukan oleh setiap kelompok tani peserta perlombaan di kebun salah satu anggota pada hari senin, 14 Agustus 2017. Setelah dilakukan roadshow penilaian oleh Tim Juri yang terdiri dari 5 Kader Tani WTM, Ignas Surya  Dharma Moat Bora (PPL Swadaya desa Hebing), Serfasius Nong Epi (Perwakilan dari Pemdes Hebing), dan Marianus Mayolis (Fasilitator WTM).

Dari pemantauan hasil terasering yang dilakukan Tim Juri, tanggal 15 Agustus 2017 kemudian secara tim diputuskan 3 pemenang yakni: Juara 1, Kelompok Tani Cinta Sesama, Juara 2 Kelompok Tani Hewer Liman dan Juara 3 Kelompok Watu Kogang.

Pengumuman dan penyerahan hadiah berupa alat-alat pertanian dan sertifikat kepada para pemenang dilakukan pada hari Kamis, 17 Agustus 2017 di lapangan Mapitara sesudah Upacara Penurunan Bendera.  Acara penyerahan hadiah ini diserahkan oleh Camat Mapitara (Theresia M. D. Silmeta), Sekretaris Kecamatan Mapitara, dan Arkadius Reti (Ketua BPD Hebing). (KN-Olis)









Rabu, 16 Agustus 2017

IPNES IKUT MEMERIAHRAYAKAN HUT KE-72 RI

Regu 1 IPNeS dilepas Sekda Sikka
Maumere, KN. Ikatan Perempuan Nelayan Sikka (IPNES), sebulan dibentuk atas kerja sama Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan yang didukung Oxfam. IPNeS dibentuk sebagai salah satu organisasi yang beranggotakan perempuan nelayan di Sikka yang berasal dari desa atau kelurahan di pesisir wilayah pantai Utara Sikka ataupun Pantai Selatan Sikka.

Ada berbagai aktifitas yang telah dilakukan. Ada berbagai topik yang sudah dibahas. Namun dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia, IPNeS berniat untuk turut berpartisipasi dalam memeriahrayakannya melalui gerak jalan. Kegiatan ini sebagai wujud campaign bahwa ada organisasi perempuan nelayan yang sedang tumbuh dan berkembang dalam memperjuangkan hak-hak nelayan perempuan yang selama ini terabaikan atau tidak diakomodir dalam berbagai kebijaan negara.

IPNeS pada kesempatan itu dibagi menjadi dua regu, yang mana setiap regu menjadi 20 peserta. IPNeS mencatat sejarah yang berbeda dalam gerak jalan itu. Karena hampir semua peserta gerak jalan adalah peserta dari SKPD-SKPD di Sikka.

Kegiatan gerak jalan ini diawali di lapangan kota baru, depan kantor Bupati Sikka. Para peserta IPNeS dilepas bersama dengan peserta-peserta yang lain. Kegiatan ini berlansung pada hari, Selasa (15/08/17)

Ketika dibaca nama IPNeS, para hadirin semua bertepuk tangan. Dan malah ada yang berceloteh bahwa sore ini ikan tidak ada di pasar. Guyonan ini menjadi menarik bahwa IPNes menjadi grup yang berbeda dan mendapat perhatian dari publik.

Seusai mengikuti gerak jalan para peserta gerak jalan dari IPNeS berkumpul di kantor WTM, jalan Wairklau Maumere, sebagai wujud solidaritas dan kebersamaan.

Lely, Ketua IPNeS mengucapkan terima kasih kepada para peserta gerak jalan. Bahwa menjadi pemenang bukan target kita, yang penting bahwa keterlibatan kita sebagai bentuk campaign bahwa ada perempuan-perempuan nelayan yang bersolidaritas satu sama lain. (Ryn-KN)

Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

KETIKA TUHAN MENCIPTAKAN INDONESIA
Sebuah Refleksi di HUT ke-72 RI

"Indonesia tanah air beta, di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua... hingga nanti menutup mata" demikian ungkap seorang bapa sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Judulnya Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia. Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan-Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang". 

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang. Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?"
 "O... itu, "kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. 
Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. 
Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. 
Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah, suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni. 

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2′ di pemerintahannya). Sehingga sampai kapan pun, pemerintahannya tunduk dengan kaum bermodal yang memperbodoh mereka.

Dan untuk rasa terima kasih untuk Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72 tahun, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa yang tidak tahu terima kasih ini. Terima kasih juga kepada Soekarno yang mampu melawan dunia internasional yang dinilainya membawa penindasan.

Minggu, 13 Agustus 2017

WTM - CEPF DISTRIBUSI 60 EKOR AYAM UNTUK KELOMPOK HKM 2

Penyerahan simbolis dari Yanto (Faslap WTM) kepada Bernadus Gete Ketua Kel.
Maumere, KN. Salah satu aktifitas program Improving ecosystem Management and Livehoods around Mt. Egon - Indonesia kerja sama WTM dengan Crytical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) adalah pendistribusian sebagai stimulans bagi petani dampingan WTM. 

Untuk itu dilakukan penyerahan simbolis bantuan ternak ayam sebanyak 60 ekor kepada Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) 2, dusun Welit, Desa Egon Gahar, kecamatan Mapitara. Kegiatan penyerahan simbolis ini dihadiri oleh Bernadus Gete (Ketua Kelompok HKm2), Yustinus Yanto (Fasilitator lapangan WTM) dan para anggota kelompok HKm 2 (Minggu, 13/08/17).

Bernadus Gete, Ketua HKm2 dalam sambutannya mengatakan bahwa program WTM-CEPF sangat baik dan menyentuh kebutuhan masyarakat, sehingga dengan bantuan ternak ayam ini hendaknya kita mengikuti apa yang kita pelajari tentang bagaimana melakukan budidaya ternak ayam yang baik.

Lebih dari itu, kita berharap bahwa ayam yang didistribusi ini tumbuh dan berkembang agar membantu meningkatkan pendapatan dari setiap kita, harap staf desa Egon Gahar.


Anggota Kel. HKm 2 sedang menunjukkan ayam yang diperolehnya (13/08)
Sedangkan Yustinus Yanto, Fasilitator Lapangan WTM-CEPF mengatakan bahwa bantuan ternak ini merupakan sebuah upaya untuk merangsang usaha kawan-kawan petani terutama sebagai upaya peningkatan populasi ayam di Egon Gahar. 

Saya yakin bahwa kalau bapak-ibu anggota memelihara sesuai dengan sebuah metode budidaya ternak yang kita fasilitasi dan praktek selama ini tentunya ayam-ayam yang hari ini dibagikan itu mendorong sebuah upaya peningkatan pendapatan keluarga. (YY-KN)





KADER TANI DILANTIK SEBAGAI PEMPIMPIN DESA HALE

Albertus Ruben bersama Istri, Anak dan Antonius A. Yani (Ketua BPD Hale)
Maumere KN, Setelah pertarungan melawan tiga rekannya beberapa pekan lalu dalam ajang Pemilihan Kepala Desa (Pilkades), Albertus Ruben akhirnya dilantik menjadi Kepala Desa Hale periode 2017-2023 Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka.  Acara pelantikan diselenggarakan di Ibukota Kabupaten Sikka, Maumere, pada tanggal 09 Agustus 2017 di gedung Sikka Convension Center (SCC) bersama 36 kepala desa lainnya.

Saat ditemui tim KN usai acara pelantikan di kediamannya,  Albertus Ruben menyatakan bahwa dirinya akan serius mengurus Hale kedepan. Menurut Ruben, Desa Hale selama ini sungguh prihatin dalam urusan pemerintahan desa dan nyaris kembali ke desa induk Hebing. Hal ini dipantau melalui keluhan masyarakat selama dirinya menjadi anggota BPD dan aktif sebagai Kader Tani melalui program Critical Ecosystem Patnership Found (CEPF) yang bekerjasama dengan Wahana Tani Mandiri (WTM) Sikka.

Ruben berkomitmen, bahwa selain membenahi Desa Hale secara managemen pemerintahan, ia juga berniat akan meperbaiki kondosi ekonomi masyarakatnya terutama bagi petani. Hal ini sesuai visi misi yang dipaparkan saat kampanye di empat dusun di Desa Hale beberapa waktu lalu.

Ruben mengakui, bahwa wilayahnya sungguh berpotensi dan patut disyukuri sehingga perlu dikembangkan demi kesejahteraan masyarakatnya. Dengan demikian dirinya akan dengan sungguh membangun Desa Hale secara lebih baik.

"Menurut saya, menjadi kepala desa, bukan ajang mencari pekerjaan atau popularitas menjadi utama, namun sebagai putra pribumi saya merasa prihatin dengan kampung halaman saya sendiri atas keterpurukan masyarakat dari berbagai hal yang selama ini terjadi" ungkap Ruben.

Lanjut Ruben, untuk mewujudkan visi dan misi saya, tentunya tidak terlepas dari dukungan semua masyarakat, pihak pemerintah terkait dan kepada sauadara saya yang kalah dalam pertarungan ini.

Penutur Cerita: Mus Mulyadi (Fasilitator Lapangan WTM-CEPF)

Selasa, 08 Agustus 2017

HIKMAH DARI SUDUT KEBUN

HIKMAH DARI SUDUT KEBUN
(sebuah Permenungan)
Mus Mulyadi
Albertus Ruben, Kepala Desa Hale bersama teman-teman Kadernya pada Acara Pemangkasan Kakao di Hale

Ketika kita mengikuti pertemuan atau diskusi formal di kantor-kantor atau dalam sebuah rapat yang digelar resmi tentunya merupakan hal yang lazim dilakukan dan tidak sedikit orang berkomentar bahwa situasi ini cukup melelahkan.

Ruangan yang gerah, monopoli pembicaraan, perbedaan pendapat tanpa solusi, melebarnya pokok pembicaraan, alhasil melelahkan saraf otak dan akhirnya kadang berdampak buruk pada implementasi yang tidak maksimal usai membuat suatu kesepakatan.

Sebuah metode yang berbeda alah kawan-kawan petani dampingan Wahana Tani Mandiri (WTM). Terkesan sederhana namun berarti. Cerita penuh gelak tawa dan canda ria di balik sepihnya alam terbuka di pondok-pondok, kebun-kebun ataupun di pinggir kali. Namun jangan kira hanya sekedar canda ria yang tidak berarti.

Ada segudang makna disana, persaudaraan, kekeluargaan,  terjalinannya hubungan sosial antar sesama dan sederet semangat yang siap dituntaskan.

Bukan cuma itu, mengalirnya inspirasi dari setiap peserta menjadi topik hangat, yang kemudian menjadi coretan rencana kerja kelompok.

Yah, tentu berbeda ketika berhadapan dengan sahabat tani, mereka butuh sebuah penjelasan yang mudah dicerna dengan suasana santai. Penjelasan disertai praktek adalah jawaban pasti untuk setiap persoalan.

Seperti cerita dari sahabat tani Desa Hale, Kecamatan Mapitara dibawa dampingan kader tani Albertus Ruben, Antonius Teysen dan Gerfasius Alfred yang telah menerapkan metode ini mengakui telah ada perubahan semangat di tingkat anggota kelompok tani.

WTM LAKUKAN KAJIAN PSDA DI DUA DESA

Will Woda (Koord. Advokasi CEPF sedang Fasilitasi PSDA di Dobo Nuapuu
Maumere, KN. Dalam rangka mewujudkan pelatihan Legal Drafting, dibutuhkan sebuah kajian awal sebagai materi dalam proses pelatihan tersebut. Untuk itu, dua tim tersebar di wilayah desa Dobo Nuapu'u dan Napugera. Di Dobo Nuapu'u difasilitasi oleh Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi CEPF) dan Aleks Bambang, Koordinator Pertanian WTM, yang juga dihadiri Sergius Solo, Kepala Desa Dobo.

Herry Naif, sedang Fasilitasi Kajian PSDA
Sedangkan di Desa Napugera, difasilitasi oleh Herry Naif, Koordinator Program WTM-CEPF, Martinus Maju dan Yohanes Dawa (Fasilitator Lapangan Misereor). Juga hadir pada saat itu, Stefanus Tuda.

Kedua kegiatan ini dilakukan bersamaan di desa masing-masing tetapi pada hari yang sama yakni, tanggal 5 Agustus 2017. 

Kajian di desa Napugera, menggunakan Metode PRA terkhusus alat bantu Diagram Venn (pemetaan aktor). Dalam proses itu, diidentifikasi ada begitu banyak aktor baik internal maupun eksternal yang ikut berperan di desa Napugera. 

Diidentifikasi bahwa aktor yang berperan selama ini adalah Kepala Desa, BPD, Poktan, Kelompok Wanita Tani, Dinas Pertanian/PPL, Dinas POK, Pansimas,  Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Dinas PMD, Pemerintah Kecamatan, Polisi Desa, Babinsa, OMK.

Dari berbagai aktor yang ada kemudian dibuat klasifikasi untuk menentukan jauh dekat sesuai dengna peran. Dalam kajian itu kemudian ditentukan jauh-dekat sesuai dengan peran yang dimainkan oleh para aktor. 

Kajian ini dilakukan sebagai sebuah proses awal sebelum dilakukan pelatihan legal drafting, yang mana merupakan salah satu kegiatan dari program “Peningkatan Kapasitas Petani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi” kerja sama WTM dengan Misereor. (Ryn - KN)



WTM-MISEREOR JERMAN LAKUKAN PELATIHAN PERUMUSAN PERDES

Robert Ray (Kepala Dinas PMD Sikka) dan Win Keupung (Direktur WTM)
Maumere - KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Miseror Jerman dalam Program “Peningkatan Kapasitas Petani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi”, salah satu aktivitasnya adalah advokasi kebijakan, yang mana mendorong pemerintah lokal (desa) untuk mengedepankan kebijakan yang berpihak pada petani dan kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan Pelatihan Perumusan Peraturan Desan ini dilakukan di Puskolap Jiro-Jaro, Tana Li, Desa Bhera, Kecamtan Mego, Kabupaten Sikka, (6-10/08).

Kegiatan perumusan Peraturan Desa dihadiri peserta dari Desa Dobo Nuapu’u, Napugera dan Bu Selata difasilitasi oleh Yohanes Suban Klede (PBH – Nusra). 

Sebelum pelatihan dilakukan acara pembukaan yang dihadiri oleh Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM), Robertus Ray, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Yohanes Suban Kleden (Fasilitator dari PBH Nusra).

Winfridus Keupung, mengungkapkan bahwa kerja sama WTM-Misereor Jerman ini telah berlangsung 4 (empat) tahun. Bahwa selama interval waktu ini dilihat bahwa ruang kebijakan lokal memegang peran penting dalam upaya menciptakan sebuah kebijkan yang berpihak pada kelompok tani dampingan.

Sedangkan, Robertus Ray, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat desa (PMD) dalam sambutannya mengatakan bahwa Apreseasi kepada Lembaga Wahana Tani Mandiri (WTM) yang memiliki kepedulian terhadap desa. 

Saya berharap bahwa produk Peraturan Desa yang dihasilkan itu hendaknya memperhatikan keadaan dan kebutuhan wilayah masing-masing desa. Dan kami berhadap ke depan kita bisa berkolaborasi antara pemerintah dengan LSM sebagai mitra dalam mendukung Program Pembangunan Desa.
Setelah itu, Robert Ray, memberikan materi tentang kebijakan Pembangunan dan Otonomi desa sebagai materi pertama dalam pelatihan perumusan peraturan desa.

Yoh. S. Kleden sedang memfasilitasi Pelatihan Perancancangan PERDE
Selanjutnya Yohanes Suban Kleden memfasilitasi peserta tentang bagaimana membuat sebuah peraturan desa dengan memperhatikan kaidah-kaidah hukum. Prinsipnya peraturan desa yang dibuat tidak bertentangan dengan Undang-Undang atau peraturan yang lebih tinggi. 

Yohanes juga memfasilitasi tentang bagaimana membuat Analisa ROCCIPI sebagai sebuah metode dalam pembuatan peraturan desa, karena dengan analisa ini akan membantu para peserta dalam merumuskan substansi dan pasal-pasal apa saja yang mau diutarakan dalam peraturan desa tersebut. (Ryn-KN)


Sabtu, 05 Agustus 2017

CEPF DAN PERKUMPULAN BURUNG INDONESIA MONITORING PROGRAM WTM



Herry Naif (Koord. Program WTM presentasi pelaksanaan program
Program “Improving Ecosystem Management and Livehoods Around Egon Mountion” kerja sama Wahana Tani Mandiri dengan Perkumpulan Burung Indonesia dan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) yang sudah berjalan setahun di wilayah Kecamatan Mapitara. Ada berbagai aktifitas usaha tani dan advokasi pengelolaan kawasan hutan yang lestari terus gencar dilakukan WTM itu, dimotoring dan dievaluasi bersama tim Perkumpulan burung Indonesia dan CEPF.

Karena itu, kegiatan Monitoring dan evaluasi dilakukan selama dua hari (3-4) Agustus 2017. Pada hari, Kamis 3 Agustus dilakukan diskusi dengan presentasi program oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF). Beberapa materi yang dipresentasikan adalah Kegiatan Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam yang telah dilakukan di 4 desa (Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing), Legal Drafting mulai dari pelatihan hingga pada penyusunan Peraturan Desa (PERDES), yang mana: Perdes Hebing tentang Perlindungan Kawasan Mata Air, Perdes Hebing tentang Penertiban Ternak; Perdes Natakoli tentang Perlindungan Kawasan Mata Air dan Perdes Egon Gahar tentang Pengelolaan Air Minum. Bahwa desa Hebing dan Egon Gahar sudah pada tingkatan Konsultasi ke Pemerintah Kecamatan sedangkan Hale dan Natakoli pada tingkatan Konsultasi Publik, ulas Herry.

Sedangkan pengelolaan HKm Mapi Detun Tara Gahar sudah pada tahapan Pembahasan dan Penyempurnaan Rencana Kerja Hutan Kemasyrakatan (RK-HKm) dan pembersihan lahan, diharapkan awal musim tanam, telah dilakukan penanaman sesuai dengan design kebun yang sudah direncanakan, harapnya.

Pada tanggal 4 Agustus, dilakukan Kunjungan lapangan ke Kelompok Tani Lero Bekor I, desa Egon Gahar. Kegiatan kunjungan ini dihadiri oleh Grand Director CEPF Amerika, Daniel Rohberg, Tiburtius Hani (Perkumpulan Burung Indonesia), Direktur WTM, Herry Naif Koordinator Program WTM dan para fasilitator lapangan.

Setelah dilakukan pantau beberapa kebun coklat yang sudah dilakukan pemangkasan, kebun hortikultura dan kandang ayam, dilakukan diskusi rombongan yang difasilitasi oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF). Dalam diskusi itu, menurut Daniel bahwa ia sangat bangga karena para petani sudah memulai dengan sebuah pola usaha tani yang menjadikan kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hal penting. Lebih dari itu, dia mengakui bahwa wilayah ini masih sangat hijau, dan malah ia juga mempertanyakan tentang bagaimana rakyat memenuhi kebutuhan kayu.

Menurut Anselmus Gogu (ketua kelompok tani Lero Bekor yang sekaligus kader tani) mengucapkan terima kasih kepada CEPF dan WTM yang bersedia mengunjungi kelompok kami. Bahwa penebangan pohon dilakukan setelah kami mendapatkan ijin dari Dinas Kehutanan melalui survey lokasi. Namun, kami juga tidak memungkiri kalau ada yang melakukan ilegal logging karena ada yang ingin mendapatkan banyak uang. Tetapi hampir sudah setahun aktifitas ilegal logging tidak ditemukan. semoga hal ini terus terjadi sehingga kawasan Egon Ilimedo, harapnya.

Kemudian dilanjutkan dengan diskusi Rombongan Kunjungan lapangan ini dengan para pengurus dari 4 sub kelompok HKm dari HKm Mapi Detun Tara Gahar yang dilakukan di Kantor desa Egon Gahar yang difasilitasi oleh Yustinus Yanto.

Hadir dalam diskusi itu Tiburtius Hani, Daniel Dorthberg (Grant Director CEPF) Yanvitalis Yulianus (Kepdes Egon Gahar), Win Keupung (Direktur WTM) dan Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF).

Win Keupung dalam sambutannya mengatakan bahwa Kita perlu kembali melihat pengelolaan kawasan HKm yang sudah mulai berjalan. Ada beberapa aktifitas mulai jalan. Kita sudah punya kesepakatan melalui RKHKm mengakomodir tentang berbagai hal sebagai pedoman. Kami juga sudah berkoordinasi dengan desa agar HKm yang sedang berjalan ini terus dijaga.

Kami memberi apreseasi  terhadap dinamika yang sedang terjadi. Terasa lebih rumit di awal tetapi senang karena sudah mulai berjalan.  Kami berharap bahwa ini tugas pemerintah desa ke depan. Kita berharap juga komunikasi yang sudah dibangun dengan UPT-KPH  agar apa yang sudah dibangun selama ini terjaga baik, ujar Win.

Menurut saya, tanggung jawab penyelamatan hutan ini bukan hanya tanggung jawab pemeriintah tetapi tanggung jawab warga dan kita semua. Kita semua perlu mengamankan kawasan ini. Karena kawasan ini sangat bermanfaat untuk seluruh warga sikka. Karena itu, kami dari WTM kami menempatkan staf di sini agar HKM di sini lebih aktif agar kita bergerak maju. Dan ini berdampak positif pada pengelolaan dan kehidupa nkita terutama kesejahteraan, ujar Direktur WALHI NTT (2007-2010).

Sedangkan Yanvitalis Yulius, Kepdes Egon Gahar mengulas bahwa HKm itu  prosesnya panjang. Sejak 2013, pengelolaannya mandek. Sejak pendampingan dari WTM pengelolaan HKM mulai berjalan baik. Wilayah HKm itu ada di popo regang dan Wolon Busur. 
Hari ini, saya mewakili masyarakat desa Egon Gahar menyatakan bahwa kami sangat berbangga dengan kunjungan CEPF dan Perkumpulan Burung Indonesia. Pak Daniel dari CEPF, pastinya merasakan sebuah keunikan di wilayah ini, ujar Yulius.

Sedangkan Daniel Rorberg, Grand Director CEPF Amerika mengatakan bahwa Saya senang sekali bisa melihat tempat ini. Saya di Amerika duduk di kantor tidak tahu apa yang dikerjakan oleh WTM dan Anggota Kelompok tani dan HKm di sini.

Hari ini, Saya bisa datang langsung dan melihat langsung, karena kesannya lebih enak. Kami percaya bahwa lingkungan dan manusia  itu itu penting. Kemitraan di antara dinas, masyarakat, pada akhirnya hasilnya lebih baik. Saya bisa mendukung kegiatan-kegiatan ini dengan senang hati.

Ketua Forum HKm Mapi Detun Tara Gahar, Firmus Piru mengatakan bahwa IUP HKm ada sejak tahun 2013. Tetapi karena tidak ada aktifitas maka tahun 2015 kami melakukan insiatif untuk mendistribusikan lahan pada anggota namun ditegur Dinas kehutanan dan dibatalkan. Sampai dengan 2016 juga belum ada.

Namun setelah dilakukan musyawarah besar HKm Mapi Detun Tara Gahar oleh WTM dan UPT KPH Sikka yang dihadiri oleh anggota, mulai saat itu kegiatan HKm mulai berjalan sampai hari ini. Hanya saja saya tidak mengikuti seluruh proses, ujar Kepsek Welin Watu.

Menanggapi diskusi tersebut, Benediktus Buhe, menceritakan bahwa Saya kerja di areal HKm sesuai dengan pembagian. Saya sudah buat pondok. Di Welin Watu kami sedang kerja di Popo Regang. Kami ada 20an anggota melakukan kegiatan di sana. Hingga hari ini beberapa anggota di arealnya sudah punya teras, ujar Bene.

Gonzales, anggota BPD Egon Gahar mengatakan bahwa kita gunakan areal HKm itu untuk menghijauhkan.  Kita harus menunjukkan bahwa secara turun temurun kita menjaga hutan kita. Kita makan dan minum dari hutan yang ada.

Daniel Rothberg menanggapi sharing dan diskusi dengan petani, ia mengatakan bahwa Kita punya dasar untuk lebih maju. Orang sudah mulai mengertinya. Saya melihat bahwa ini sebuah langkah yang baik, kemitraan yang baik dengan masyarakat dan pemerintah itu memberikan sesuatu yang baik dan itu mulai berjalan jelas. Kita punya harapan. Kita sudah dapat IUP, kelola dengan baik.
Sedangkan Tibur Hani dari Perkumpulan Burung Indonesia mengatakan bahwa  Saya mengajak kita semua untuk menjaga kepercayaan. Di banyak tempat, ada pengalaman negatif mereka tebang pohon dan kemudian berdampak buruk terhadap keterbatasan dan bahkan kekeringan air. IUP itu adalah kepercayaan pemerintah kepada kita untuk menjaga alam.

Kita mendapat berbagai layanan dari alam. Kalau alam sakti kita tidak bisa mendapatkan pelayanan yang baik, ujar Tibur.

Yosef Arianto salah satu peserta dari BKSDA unit Sikka menanggapi bahwa kami sangat mendukung HKm yang dibangun.  Kami lebih fokus kepada hutan konservasi. Kami tidak mengerti baik tentang HKm. Prinsipnya kami mendukung dan mendorong pengelolaan yang melestarikan hutan.


Lebih lanjut, Yosef mengungkapkan bahwa HKm semestinya lebih berkaitan dengan KPH. Egon Gahar menjadi kawasan penyanggah.  Kami juga mendukung kegiatan HKm. Namun BKSDA fokus pada yang statusnya Suaka Margasatwa. (Rin-KN)

Jumat, 04 Agustus 2017

WTM DAN PEMDES BHERA SELENGGARAKAN PELATIHAN MANAJEMEN

Martinus Maju sedang memfasilitasi Pelatihan di Lekebai (2/8/17)
Maumere-KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam Program Penguatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Usaha Tani Berbasis Konservasi, dalam kerja samanya dengan Miseror itu, dalam pelaksanaan Pelatihan Manajemen Kelompok Tani bekerja sama dengan Pemerintah Desa Bhera, Kecamatan Mego.

Kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh Simon Wara (Kepala Desa Bhera), Wihelmus Wara (Ketua BPD Bhera), Martinus Maju (Fasilitaotor Lapangan Kecamatan Mego dan Yohanes Dawa (Fasilitator Lapangan Kecamatan Tanawawo) serta Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF). Peserta kegiatan yang hadir dalam kegiatan itu adalah pengurus kelompok (ketua dan sekretaris dari 11 kelompok tani di desa Bhera).

Simon Wara, pada acara pembukaan mengatakan bahwa manajemen kelompok tani yang ada di desa Bhera baik yang didampingi WTM maupun yang belum didampinginya harus dibenahi. Bila tidak kelompok tani itu akan menjadi Bebu (bentuk dan bubar), kata Simon.

Sebelum dilakukan acara itu, dilakukan pengukuhan 2 kelompok tani yakni; Kelompok Bitawara dan Rate Wae) sebagai kelompok tani baru di desa itu.

Sedangkan, Wihelmus Wara (Ketua BPD Bhera) mengatakan bahwa kelompok-kelompok tani yang ada ini harus serius mengikuti peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga yang masuk ke desa ini, agar dari waktu ke waktu ada perubahan yang signifikan. Malah lebih bagus kalau semua kelompok dampingan yang ada di desa ini didampingi WTM, katanya.

Sedangkan Martinus Maju (Fasilitator Lapangan WTM) mengulas bahwa kelompok-kelompok tani yang ada hari ini bukanlah kelompok baru, karena telah sejak lama didampingi WTM. Hanya saja bahwa dalam sekian lama perlu ada pemugaran manajemen sehingga juga ada reorganisasi dan restrukturisasi.

Lebih dari itu, kelompok tani harus memiliki sebuah perencanaan, monitoring dan evaluasi. Karena itu akan menjadi indikator untuk dilihat sehat tidaknya sebuah kelompok tani yang ada, kata Tinus.

Herry Naif, Koordinator Program CEPF membawakan materi tentang tipe-tipe kepemimpinan dan Kerja sama. Dalam materi itu, para peserta menyebutkan berbagai tipe pemimpin yang tampak selama ini seperti: otoriter, demokratis, karismatik dll.

Dalam ulasannya, Herry menegaskan bahwa sebuah kelompok tani harus diorganisir dan memiliki manajemen yang transparan dan akuntable. Dengan itu bisa dibangun kerja sama dengan pihak luar karena secara internal sudah kuat. Tetapi bila dalam kelompok masih amburadul maka jangan bermimpi untuk bekerja sama dengan pihak luar. (Ryn-KN)



<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>

Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...