Dalam pembukaan itu, Herry Naif, Direktur Walhi NTT (2011-2016) mengatakan bahwa selama 4 tahun kepemimpinannya banyak tantangan dan badai yang dialami itu sebagai cambuk untuk terus menghantar Walhi NTT menuju yang lebih baik. Bahwa Walhi NTT yang selama ini beredar di Kabupaten, selama periode ini telah diletakan di Kota Kupang sebagai propinsi. Diharapkan tidak berpindahnya Walhi NTT dari kabupaten atau pulau ini semakin menguatkan walhi dalam kerja-kerja advokasinya. Cukup periode saya yang mengalami banyak hal negatif, tukasnya.
Sedangkan Winfridus Keupung, Ketua Dewan Daerah dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Eksekutif Daerah periode ini dalam keterbatasannya telah meletakan nilai-nilai advokasi. Dengan dasar ini, kita berharap kepemimpinan Walhi NTT ke depan akan lebih baik. Sedangkan, De Sineba yang mewakili Dewan Nasional mengucapkan selamat ber-PDLH bagi Walhi NTT dengan membuka acara tersebut.
Kegiatan PDLH diawali dengan pembahasan tata tertib, yang dipimpin oleh Win Keupung dan Rafael Raga. Setelah itu dilanjutkan dengan Diskusi "Mempertegas Akses dan Kontrol Rakyat terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam di NTT" dengan 4 panelis yakni: Rio Rompas, calon Eksekutif Nasional (Pengelolaan Sumber daya alam yang berpihak pada Rakyat dan Lingkungan Hidup), Paulus Nong Susar (Wabup Sikka) tentang Responsivitas kebijakan negara dalam mengatasi problem-problem lingkungan yang ada di NTT dan Sikka, John Bala, Aktifis HAM, Mantan Direktur PBH Nusra mengulas mengenai Gerakan Rakyat dan HAM dalam korelasinya dengan penyelamatan Lingkungan Hidup. Diskusi panel ini yang dimoderatori oleh Herry Naif (Direktur WALHI NTT) berjalan seru. Menariknya, Paulus Nong Susar menyatakan bahwa kehadiran Walhi itu penting karena kami selalu diingatkan agar memperbaiki kebijakan-kebijakan yang ada. Beberapa kasus yang ada selalu Walhi memberi kritikan. Kita butuh itu, demikian kata mantan direktur Sanres.
Seusai diskusi panel, kembali dilanjutkan dengan agenda-agenda PDLH. Dalam sidang komisi A yang membahas tentang persoalan internal Walhi bahwa menyikapi kelesuan semangat partisipasi anggota, perlu dibentuk tim panitia ad hoc untuk memverifikasi keanggotaan agar memastikan keanggotan Walhi NTT. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan beberapa hal penting di tingkat manajerial di eksektif daerah. Sedangkan Komisi B yang membahas tentang persoalan-persoalan lingkungan yang ada di NTT melihat bahwa perubahan iklim yang sedang terjadi ini semestinya disikapi dengan sebuah kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Bahwa Kedaulatan pangan semestinya menjadi cita-cita bersama. Untuk itu, dibutuhkan usaha pertanian terpadu (selaras alam) dan menolak semua bentuk tindakan eksploitatif, terutama pertambangan yang ada di NTT. IUP SMR dan beberapa IUP lain di NTT, harus dicabut oleh Pemerintah karena itu tidak menguntung rakyat NTT dan lingkungan tetapi hanya menguntungkan para kapitalis.
Sebelum mengakhir acara PDLH dilakukan Debat calon Eksekutif Daerah Walhi NTT periode (2016-2020). Dari bursa pencalonan itu, terdaftar 3 calon yakni: Melky Nahar, Umbu Wulang dan Darma Yustinus. Ketiga calon ED mempresentasikan mengenai visi-misi yang menjadi dasar untuk dilakukan setelah terpilih sebagai Eksekutif Daerah ke depan.
Dari kampanye itu, kemudian dilakukan pemilihan yang mana para peserta PDLH mengunggulkan dan kemudian menetapkan Umbu Wulang sebagai Eksekutif Daerah periode, 2016-2020. Setelah itu dilakukan acara serah terima jabatan dari Herry Naif kepada Umbu Wulang. Acara ini berjalan meriah yang dipimpin langsung oleh Longginus Don (Direketur Sanres).
Setelah acara serah-terima, Umbu Wulang eksekutif daerah terpilih memimpin diskusi para peserta PDLH bersama ketiga calon Eksekutif Nasional, Pius Ginting, Yaya Nurhidayat dan Rio Rompas. Ketiga calon Eksekutif Nasional tersebut di depan forum menyampaikan mengenai apa yang akan dilakukan ketika dirinya terpilih sebagai Eksekutif Nasional ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar