Maumere, PK - Kelompok tani Tuke Laka melakukan pengelolaan hasil minyak kelapa, sebagai salah satu alternatif pendapatan rakyat.
Kegiatan itu dilakukan oleh anggota dihadiri Aleks Bambang (Fasilitator Lapangan WTM) dan Herry Naif (Koordinator Advokasi, Riset, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil WTM) di Magetake, Desa Korobhera, Kecamatan Mego, Minggu, (13/03/2016)
Dominikus Nira, Ketua Kelompok Tani Tuke Laka kepada wartawan di Magetake menceritakan kalau kelompok taninya didirikan sejak tahun 2005. Sejak berdirinya kelompok ini bergabung dengan WTM karena itu semua pola pertanian yang dilakukan petani adalah pertanian organik.Ia mengatakan, pada awalnya kelompok ini beranggotakan 16 orang, dalam perjalanan ada 4 orang yang mundur. Karena itu hingga kini anggotanya 12 orang, diantaranya 6 laki-laki dan 6 perempuan.
"Kami tidak membutuhkan jumlah anggota yang besar tetapi keseriusan menjalankan apa yang menjadi komitmen bersama. Sekarang dana kelompok kami sudah 4 jutaan lebih, hasil dari iuran anggota, kata Nira.
Ia menjelaskan, kegiatan pelatihan pengolahan minyak kelapa yang dilakukan sungguh bermanfaat bagi anggota kelompok. Pasalnya, banyak kelapa yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonom keluarga. Selain itu, memenuhi kebutuhan minyak dari anggota untuk perlahan meminimalisir penggunaan minyak dari luar daerah dan lebih diutamakan adalah membangun solidaritas bersama dalam kelompok.
Kegiatan ini juga dilakukan sebagai praktek lapangan yang pernah dilakukan oleh WTM dihadiri oleh kader tani dan beberapa petani dari desa itu. Kami mau mempraktekan ilmu yang sudah kami dapat melalui kunjungan silang di Nanghure, kelurahan Wuring yang mengola minyak kelapa murni," ujar Nira.
Herry Naif, mengapreseasi semangat dan solidaritas kelompok yang sedang dikembangkan.
Menurutnya, apa pun aktifitasnya, solidaritas diantara anggota menjadi modal dalam upaya memperbaiki kualitas hidup. Tanpa semangat ini maka semua akan luntur dan terbuai dalam pergeseran semangat individualisme yang kian hari menggeser semangat kolektifitas masyarakat.
Lebih dari itu, WTM secara kelembagaan ingin mendorong petani dampingannya agar memanfaatkan potensi wilayahnya menjadi sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Malah kapasitas petani selain bidang pertanian organik, petani harus ditingkatkan kapasitasnya agar lebih maju dalam berbagai hal. Tak terlupakan adalah advokasi kepada pemerintah desa agar kempentingan petani diakomodir dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Sekarang ada peluang yang bisa dimanfaatkan warga di tingkat desa. Ini hanya bisa dilakukan bila petani punya semangat dan tekad yang sama (ris).
Sumber: Pos Kupang, Kamis, 17 Maret 2016, Hal. 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar