Dari hasil usahanya itu Tres memperoleh hasil yang cukup memuaskan. Jika dihitung secara keseluruhan Tres sudah memiliki penghasilan di masa SMA-nya berkisar Rp. 800.000 hingga Rp. 1.000.000 di tiap kali panen.
Saat ini ia sedang serius menekuni usaha tanaman lombok di kawasan mata air Pita Oka. Karena ketekunannya dalam mengembangkan tanaman lombok, saat ini Tress bukan hanya membiayai diri tetapi bisa membiayai adik-adiknya.
Menurut pengakuannya, sebagai anak perempuan sulung yang saat ini masih bersama orang tuanya, ia berjuang keras untuk membiayai kuliahnya dan adik laki-lakinya yang berada di bangku SMA, serta kedua orang tuanya. Saat ini, Tress menjadi tulang punggung keluarganya sebab ayah dan ibunya sudah tua. Demi kebahagiaan kedua orang tuanya dan adik-adiknya Tres rela mengorbankan masa mudanya dengan memfokuskan diri untuk mengembangkan usaha tanaman hortikutura. Sebagai salah satu mahasiswa yang tinggal di desa, Tress juga dipercaya sebagai bendahara desa dan kader Tani Wahana Tani Mandiri.
Ditengah kesibukannya itu, Tres juga harus pintar untuk membagi waktunya karena ia harus menjalankan tiga aktifitas yang sangat penting yakni, usaha tani, kuliah dan bendahara desa. Apalagi jarak antara kampus yang berada di kota Maumere, ibukota kabupaten Sikka dan rumahnya sangat jauh. Kampung Oepase (Desa Napugera) di pelosok kecamatan Mego yang fasilitas jalannya sangat memprihatinkan.
Sehingga untuk sampai ke kota Maumere, Tres harus menghabiskan uang transportasi sekitar Rp. 150.000-Rp. 200.000 dalam setiap perjalanannya. Untuk menyiasatinya anak keempat dari enam bersaudara ini membuat jadwal aktifitasnya, yakni tiga hari bekerja di kantor dan tiga hari kuliah. Selama enam hari itu, Tres selalu meluangkan waktunya untuk mengurusi tanaman lomboknya. Saat ini tanaman lombok keriting yang dikembangkannya siap dipanen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar