Sebagai persiapan, konsolidasi tim kabupaten diselenggarakan WTM di Kantornya, Jalan Wairklau Maumere (9/02). Kegiatan diskusi ini dipandu oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM - CEPF). Yang hadir dalam pertemuan tersebut, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM), Wihelmus Woda (Koordinator Advokasi dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Prog. CEPF), Aleks Bambang (Koordinator Advokasi Pertanian), Marta Muda (Koordinator Advokasi, Riset dan Pengelolaan Lingkungan Program Misereor) dan 2 Staf Fasilitator Lapangan.
Dalam pembukaan, Herry menyapa para peserta pertemuan Dinas Sosial, UPT Kehutanan Sikka dan Badan Lingkungan Hidup serta para staf WTM. Bahwa dahulu kita seringkali bertemu untuk kegiatan forum multi pihak kehutanan yang berjalan cukup bagus. Saat ini kita bertemu kembali untuk merajut relasi itu dengan melakukan kegiatan penghijauan bersama sebagai wujud penyelamatan kawasan mata air di Egon Ilimedo secara bersama-sama. Oleh karena itu kita bertemu lagi dalam rangka memperingati hari kasih sayang (14 February), sebagai "Green Valentines Day". Untuk pelaksanaan kegiatan ini, Kami coba buat satu kerangka sederhana untuk menjadi panduan kita bersama.
Bahwa, dalam proses Studi Pengelolaan Sumber daya Alam (PSDA) teridentifikasi beberapa permasalahan yang ditemui di kecamatan Mapitara, seperti Konflik tapal batas 84 dan 32, debit mata air menurun bahkan kering. Kemudian kita juga menemukan di sekitar kawasan mata air ada wilayah kelola rakyat (kebun milik warga). Selain itu, WTM juga melihat beberapa persoalan seperti pendapatan warga di sekitar kawasan sangat rendah, Ujar Herry.
Selain permasalahan, juga ditemukan potensi di sana seperti, Kawasan Hutan Lindung, Masyarakat Adat, Ada Kawasan Sumber Mata Air, Program Perhutanan Sosial, Ada warga di sekitar kawasan. Kami juga coba mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam mengelolah kawasan seperti UPT Kehutanan Sikka, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Gereja, Puskesmas, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Sekolah, PPL, BPD dan Babinsa.
Menanggapi permasalahan tersebut, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa "Awalnya kami juga bingung karena kami harus memfasilitasi teman-teman petani yang sebenarnya adalah pelaku. Kami kemudian mendata di setiap desa ada berapa pohon yang ditebang dan siapa pelakunya. Kami melakukan hal ini bukan untuk melaporkan mereka tetapi sebagai proses penyadaran. Dan saat ini kami melihat perkembangannya cukup baik karena hampir semua elemen di sana mulai terlihat perubahan pola pikir yang sadar lingkungan, baik itu warga, Pemdes hingga Sekolah-sekolah. Untuk kami ini adalah sebuah perubahan yang cukup baik, ujarnya.
Sedangkan Y. D. Parera (Kabid. Tata Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Sikka) menyampaikan seputar perilaku manusia. Bahwa faktanya, seperti warga kurang mengerti, sedang mengerti dan sudah mengerti. Kemudian mengenai seputar konsep ADIWIYATA itu memang sedang digalakan mulai saat ini mulai dari tingkat TK hingga SMA. Satu hal yang membuat saya sedikit terganggu adalah masalah kekurangan air di PUSKESMAS Mapitara. Sebenarnya itu masalah jaringan perpipaan.
Parera menambahkan, bahwa sehubungan dengan kegiatan ini, saya berpikir bahwa kita semua punya pemikiran yang sama yaitu PEMYELAMATAN LINGKUNGAN. Ini adalah sebuah gerakan yang luar biasa. Namun sayangnya konsep yang luar biasa ini terlambat kita diskusikan setelah pembahasan RENSTRA. Kita akan perjuangkan di tahun 2018 nanti. Kebetulan sekali Mapitara belum mendapat perhatian untuk penyelamatan Lingkungan. Kita saat ini punya anakan nangka 500 anakan dan akan diangkut dengan mobil sampah. Kami berharap 25 staf yang bisa berpartisipasi, ujar mantan camat Waiblama.
Sedangkan Y. Matalim Blikoleng, yang mewakili UPT Kesatuan Pengelolaan Kehutanan Sikka, mengatakan bahwa Apa yang disampaikan tadi itu hampir sama dengan konsep yang dibangun oleh kami di kehutanan. Kami sangat senang karena dilibatkan secara langsung, dan kami juga berharap semoga kegiatan ini membawa dampak dalam pola pikir yang pro lingkungan. Untuk saat ini, kami membantu 50 anakan Beringin dan Ara.
Selain itu, La Ana peserta dari Dinsos mengatakan bahwa Kami dari dinas Sosial tidak memiliki sumbangan anakan, tetapi kami punya personel relawan yang akan ikut terlibat bersama. Kami selalu siap tenaga. Kami juga berharap untuk WTM menyurati Bupati sehingga gerakan ini akan lebih baik.
Setelah presentasi itu, dilanjutkan dengan diskusi bersama yang mana setiap dinas yang hadir menanggapi dan menyatakan kesanggupannya untuk bergabung dalam kegiatan dimaksud. Dari pertemuan itu, dihasilkan beberapa rekomendasi bahwa (1). Kegiatan ini awalnya direncanakan akan dilakukan pada tanggal 14 Februari 2017, sebagai wujud dari Green Valentine days. Hanya saja bahwa Sikka dilanda bencana puting beliung dan angin kencang, kegiatan akan mengalami penundaan hingga 22 Februari 2017. (2). Menyongsong kegiatan penghijauan mata air yang akan dilakukan itu, diidentifikasi persiapan benih yang mana Dinas Lingkungan Hidup Sikka menyiapkan 5oo anakan, WTM (1000 beringin), Petani dampingan 900 anakan beringin, ara, lago, UPT Kehutanan (50 anakan beringin). (3). Pemetaan kondisi lokal terutama tentang sumber mata air yang akan menjadi wilayah sasar penghijaauan karena dinilai urgen dilakukan penghijauan, yang mana mengalami penurunan debit pada saat musim panas. Beberapa mata air yang mau dihijaukan diantaranya: Hebing (Wair Tena dan Kara Wair), Hale (Wair Puad dan Habi Narin), Natakoli (Wair Lagi dan Wair Toke), Egon Gahar (Wair Sokan Petut).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar