(Koordinator Program WTM-CEPF)
Akselerasi pembangunan berintensi meningkatkan kesejahteraan seolah menjadi kabar-hibur bagi manusia yang tidak terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam. Eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan daya tampung dan daya dukung (carrying capacity) lingkungan berakibat pada kian merosotnya kualitas lingkungan.
Beberapa faktor penyebab kemerosotan kualitas lingkungan di Indonesia, seperti adanya destructive logging, ekspansi industri pertambangan, reklamasi pantai, konversi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan. Ke-semua-nya diidentifikasi sebagai aktivitas yang terberi dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak pada nilai-nilai eco-humanis.
Berbeda dengan Kawasan lindung Egon Ilimedo merupakan salah satu kawasan hutan di Kabupaten Sikka yang memiliki luas 19.456,80 ha atau 78,6% dari total luas kawasan hutan Kabupaten Sikka 24,738,43 ha, karena mencakupi tiga kecamatan yakni, Waigete, Mapitara dan Doreng yang telah menjadikan kawasan hutan Egon Ili Medo sebagai susu dan madu bagi hidupnya. Atau bagi masyarakat Sikka kawasan ini adalah paru-paru kabupaten Sikka. Pemberian alam seutuhnya dijadikan sebagai hakikat dasar dalam pengelolaan sumber daya alam. Mereka menjadikan alam sebagai pusat hidup mereka (kosmosentris).
Tidak heran bila warga pada empat (4) desa, yakni: Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing berusaha mempertahankan hidup dan eksistensinya (struggle for life and struggle for existence) di tengah perdebatan akan tapal batas yang berdampak pada ruang kelola mereka. Hutan menjadi sebuah ruang penting bagi kehidupan manusia yang mana memberi nilai keseimbangan ekologi.
Fungsi dan peran kawasan Egon seharusnya memberikan layanan yang baik dan nyaman mulai terganggu. Hal ini disebabkan berbagai aktifitas, seperti: perambahan hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan kawasan Egon. Pada kawasan ini sering terjadi erosi, banjir dan menurunnya debit air di beberapa sumber mata air. Selain itu, Iklim mikro di wilayah ini pun terganggu. Padahal iklim mikro dibutuhkan untuk memberi kenyamanan pada manusia dan perkembangan tanaman yang lebih baik pada wilayah yang terbatas, khususnya kawasan Egon Ilimedo maupun kabupaten Sikka.
Permasalahan utama di kawasan Egon adalah terjadinya perambahan hutan atau pembukaan lahan kebun dalam kawasan hutan dan penebangan pohon (destructive logging).
Dari catatan Dinas Kehutanan Sikka, aktifitas perambahan ini dilakukan hampir setiap saat dan berdampak luas pada rusaknya 280 ha hutan di Kecamatan Mapitara wilayah Egon Ilimedo desa Hale (130 Ha), Egon Gahar 100 Ha, Natakoli (50 Ha) yang menimbulkan debit 8 mata air menurun yaitu mata air, Wair Oridar, Napun Urut (Natakoli), Napun Ewa, rejo gajot (Egon Gahar) Napun Dagar (Hebing), Wair Heni, Wari Boto (Hale). Pada Wilayah desa Hale, Hebing dan Egon Gahar, perambahan sudah mendekati puncak Gunung Egon.
Beberapa gagasan dan permasalahan yang diungkap di atas, Wahana Tani (WTM) dalam kerja samanya dengan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF) melalui Program “Improving Ecosystem Manajemen and Livehoods arround Mt. Egon” yang berkelanjutan di kawasan Egon Ilimedo dan bersama beberapa stakholder di Kabupaen Sikka akan dilakukan Gerakan Penyelamatan Sumber Mata Air. Untuk itu, diselenggarakan Penghijauan di empat (4) titik mata air di Kecamatan Mapitara.
Gerakan penyelamatan Sumber Mata Air dari para pihak (Stakeholder), seperti: (UPT Kesatuan Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, Tagana, Koramil Bola, Pemerintah Kecamatan Mapitara, empat (4) Pemerintah Desa (Hale, Natakoli, Egon Gahar dan Hebing), OMK Paroki Hebing). Gerakan ini hendaknya mampu menularkan gerakan cinta lingkungan kepada masyarakat Mapitara dan menjadikan konservasi sumber mata air dan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Sebetulnya kegiatan ini dirayakan pada hari Valentine’s Day pada 14 Februari lalu sesuai dengan tradisi Gerejani yang mana diperingati sebagai hari kasih-sayang antar remaja atau dalam keluarga tetapi momentum tahun ini, WTM bersama para stakeholder dan warga Mapitara menamainya “Green Valentine’s Day”. Kasih sayang warga dan Pemkab Sikka dicurahkan pada kawasan Egon Ilimedo.
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut diantaranya: (1) Memotivasi masyarakat Mapitara untuk melihat akan pentingnya konservasi tanah dan air bagi kehidupan masyarakat Mapitara; (2) Membangun kesadaran ekologis akan penyelamatan ekologi kawasan Egon Ilimedo menjadi bagian hidup warga; (3) Meningkatnya partisipasi para pihak dalam upaya penyelamatan ekologi di kawasan Egon Ili Medo; (4) Menjadikan momentum ini sebagai Green Valentine’s Day;
Diharapkan bahwa kegiatan ini memiliki dampak riil bagi warga dan pemerintahan lokal diantaranya: (1) Terbangunnya kesadaran ekologis untuk melestarikan lingkungan hidup; (2) Terkonsolidasinya para pihak yang berkaitan dengan isu penyelamatan lingkungan hidup; (3) Terbangunnya paradigma penyelamatan ekologi kepada para pengambil kebijakan lokal di kecamatan Mapitara; (4) Perubahan paradigma terhadap proses pengurusan lingkungan hidup di tingkat pemerintah desa.
Setelah kegiatan ini akan dilakukan workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) dan Penyusunan Peraturan Desa (PERDES) pada 4 desa (Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing). Peraturan ini dimaksud mengatur tentang proses dan pengelolaan sumber daya alam berdasarkan potensi dan analisa resiko yang akan ditimbulkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar