Maumere, KN. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Misereor
Jerman dalam Program: “Peningkatan
Kapasitas Petani dalam Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis
Konservasi” secara periodik (dua
bulan sekali) menyelenggarakan Brifing kader tani sebagai upaya peningkatan
kapasitas kader tani. Kegiatan ini dihadiri para kader tani dampingan dari 3 kecamatan,
yaitu: Magepanda, Mego, dan Tanawawo.
Kegiatan dilakukan di Pusat Sekolah Lapangan (PUSKOLAP)
Jiro-Jaro selama 2 hari (Jumad-Sabtu 1- 2 Juni 2017) dihadiri 23 orang, terdiri
dari kader tani 18 orang dan 5 orang staf membahas tentang Penelitian Pemulian,
Usaha Tani dan Advokasi Kebijakan terutama rencana Peraturan Desa (Perdes) yang
difasilitasi oleh para Staf WTM.
Maria Martha Muda (Koordinator Advokasi Riset dan Pengelolaan
Lingkungan) dalam Program Misereor menjelaskan bahwa penelitian yang akan
dilakukan itu ada 4 jenis diantaranya: penelitian pemuliaan tanaman padi atau
kawin silang padi, penelitian kaji banding, penelitian pupuk dan penelitian
pestisida organik.
Bahwa, penelitian sedang menjadi substansi program yang akan
banyak membutuhkan energi, yang mana hasil dari pupuk dan pestisida organik
akan dilakukan uji laboratorium. Karena itu, komposisi dan takaran bahan-bahan
harus diperhatikan sehingga uji laboratorium itu sebagai langkah positif bagi
WTM dan petani organik, ujar Martha.
Kamilus Ardianus Ardi (Kader Tani) desa Renggarasi, Kecamatan
Tanawawo mensharingkan bahwa dulu saya pernah bergabung dengan WTM sebagai
anggota binaan dan saya sudah buat uji coba pada tanaman pakai pupuk kimia dan
organik untuk membandingkan keduanya. Dari hasil kajian itu, ternyata pupuk
organik itu lebih bagus. Kalau memang sekarang WTM masih buat itu saya terus
mengikutinya karena saya sekarang adalah calon petani peneliti , ungkap
Ardianus, keder tani baru Kecamatan Tanawawo.
Sedangkan, Sipri Rehing
kader tani dan kepala dusun Woloara,
desa Bu Selatan, Kecamatan Tanawawo, penelitian cukup memberikan pemahaman
kepada petani untuk mau meneliti karena konsep ini memudahkan kami dan sebagai
alat bantu dalam proses pengamatan sampai pada mencapai hasil.
Untuk penelitian pemuliaan tanaman padi atau kawin silang padi
mereka sudah menyiapkannya, seperti: persiapan lahan, varietas padi lokal yang
mau di tanam, serta alat-alat pendukung, sedangkan yang lain lahannya masih sementara
di panen. Padi sudah kami panen tapi belum bisa diambi karena harus melalui
upacara adat, tegas Sipri.
Sedangkan, Martinus Maju (fasilitator lapangan wilayah Mego
dalam materinya tentang budidaya tanaman hortikultura, ia menyampaikan bahwa
sebagai petani harus kerja keras, tekun dan ulet.
Bahwa, petani dikatakan
mandiri kalau kita miliki semua ini, punya kebun yang ditanam. Ia menjelaskan
tentang budidaya tanaman hortikultura mulai dari pengolahan lahan sampai pada
masa panen. Untuk pengolahan lahan dan pemanfaatan pupuk jangan lupa harus
organik, tambah Tinus. Tanam sayur itu tidak susah asalkan dirawat baik, dan yang
paling penting adalah mengikuti teknik budidaya yang baik, tegas Ayah Tinus
panggilan akrabnya.
Bambang Dedy Alexanders,
(Koordinator Pertanian) menjelaskan tentang persiapan-persiapan terkait
dengan rencana kerja yang sudah disepakati bersama. Dalam bulan Juni berjalan
ini kita akan mengadakan 2 kegiatan penting bersama, yaitu kunjungan belajar
dan pelatihan PERDES.
Kegiatan Pelatihan PERDES akan diadakan di Puskolap Jiro-Jaro
akhir juni dihadiri oleh Para Kepala desa, BPD, Tokoh masyarakat, tokoh adat
dan para kader tani. Ke lima tokoh ini sebagai Tim perumus PERDES di desa
dengan tujuan agar didorong sebuah kebijakan desa yang berpihak pada petani dan
konservasi lingkungan terutama kawasan-kawasan mata air, ujar Aleks.
Mengakhiri kegiatan brifing kader itu, Carolus Winfridus
Keupung (Direktur WTM) membuat kesimpulan dan penegasan terhadap beberapa
materi yang disampaikan sebelumnya. Bahwa, Penelitian, advokasi dan usaha tani
kita harus dari waktu ke waktu itu membaik dalam rangka memberikan dampak
positif kepada kehidupan petani dan juga kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Petani dalam melakukan usaha tani harus selaras dengan alam. Pertanian organik
sedang menjadi pilihan WTM bersama petani dampingan.
Prinsipnya, pertanian yang tidak selaras dengan alam akan
memanen kerusakan lingkungan dan malah mewarisi kerusakan pada anak cucu, ujar
Win.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar