HIKMAH DARI SUDUT KEBUN
(sebuah Permenungan)
Mus Mulyadi
Albertus Ruben, Kepala Desa Hale bersama teman-teman Kadernya pada Acara Pemangkasan Kakao di Hale |
Ketika kita mengikuti pertemuan atau diskusi formal di kantor-kantor atau dalam sebuah rapat yang digelar resmi tentunya merupakan hal yang lazim dilakukan dan tidak sedikit orang berkomentar bahwa situasi ini cukup melelahkan.
Ruangan yang gerah, monopoli pembicaraan, perbedaan pendapat tanpa solusi, melebarnya pokok pembicaraan, alhasil melelahkan saraf otak dan akhirnya kadang berdampak buruk pada implementasi yang tidak maksimal usai membuat suatu kesepakatan.
Sebuah metode yang berbeda alah kawan-kawan petani dampingan Wahana Tani Mandiri (WTM). Terkesan sederhana namun berarti. Cerita penuh gelak tawa dan canda ria di balik sepihnya alam terbuka di pondok-pondok, kebun-kebun ataupun di pinggir kali. Namun jangan kira hanya sekedar canda ria yang tidak berarti.
Ada segudang makna disana, persaudaraan, kekeluargaan, terjalinannya hubungan sosial antar sesama dan sederet semangat yang siap dituntaskan.
Bukan cuma itu, mengalirnya inspirasi dari setiap peserta menjadi topik hangat, yang kemudian menjadi coretan rencana kerja kelompok.
Yah, tentu berbeda ketika berhadapan dengan sahabat tani, mereka butuh sebuah penjelasan yang mudah dicerna dengan suasana santai. Penjelasan disertai praktek adalah jawaban pasti untuk setiap persoalan.
Seperti cerita dari sahabat tani Desa Hale, Kecamatan Mapitara dibawa dampingan kader tani Albertus Ruben, Antonius Teysen dan Gerfasius Alfred yang telah menerapkan metode ini mengakui telah ada perubahan semangat di tingkat anggota kelompok tani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar