WTM, BURUNG INDONESIA DAN CEPF LAKUKAN WORKSHOP:
PARADIGMA PERWUJUDAN PENGELOLAAN
KAWASAN EGON ILIMEDO
YANG EKO-POPULIS
Maumere, KN. Dalam upaya penyelamatan dan perlindungan kawasan Egon
Ilimedo perlu dibangun sinergisitas kinerja antar para pihak. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya
dengan Burung Indonesia dan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF)
menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan tema: “Paradigma Perwujudan Pengelolaan Kawasan
Egon Ilimedo yang Eco-Populis” di pelataran Gereja Paroki Hebing (23/08).
Kegiatan
ini dibuka oleh Paulus Nong Susar Wakil Bupati Sikka, didampingi oleh Theresia
M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dan Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM)
dan para Panelis, yakni: Vitalis Nong Fendi (Kepala UPT-KPH Sikka), Agustinus
Dj. Koreh (Kepala BKSDA Unit Flores bagian Timur), Romo Tasman Ware (Pastor
Paroki Renya Rosari Hebing), Rafael Raga (Ketua DPRD Sikka), Markus Dua Lima
(Wakili Kepala Dinas Pertanian Sikka) dan Yunida Polo (Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Sikka), Yohanes Suban Kleden (Fasilitor dari PBH Nusra), Kapolsek Bola,
Para Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua Kelompok Tani, Kader Tani.
Carolus
Winfridus Keupung (Direktur WTM) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kawasan lindung Egon Ilimedo merupakan
salah satu kawasan hutan di Kabupaten Sikka yang memiliki luas 19.456,80 ha
atau 78,6% dari total luas kawasan hutan kabupaten Sikka 24,738,43 ha. Kawasan ini mencakupi beberapa kecamatan,
yakni: Waigete, Mapitara, Doreng, Talibura,
Waiblama, Bola, dan Hewokloang yang telah menjadikan kawasan hutan Egon Ili Medo sebagai susu dan madu
bagi hidupnya.
Bahwa,
Pemberian alam seutuhnya dijadikan sebagai hakikat
dasar dalam pengelolaan sumber daya alam yang mana dijadikan sebagai pusat
hidup mereka (kosmosentris). Tidak heran, bila warga pada empat (4) desa di
kecamatan Mapitara, yakni: Natakoli, Egon Gahar, Hale dan Hebing berusaha
mempertahankan hidup dan eksistensinya, struggle for life and struggle for
existence di tengah perdebatan akan tapal batas 1932 dan 1984 yang
berdampak pada sempitnya dan ketidakpastian ruang kelola mereka.
Hutan dipahami sebagai sebuah ruang
penting bagi kehidupan manusia yang mana memberi nilai keseimbangan ekologi. Fungsi dan peran kawasan hutan Egon
Ilimedo seharusnya memberikan layanan alam yang baik dan nyaman mulai
terganggu. Hal ini disebabkan berbagai perilaku negatif, seperti: perambahan
hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras
sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan
kawasan Egon Ilimedo. Atau secara umum, dilihat bahwa penyebab
kemerosotan kualitas lingkungan, seperti adanya destructive logging,
persoalan pal batas yang belum tuntas, kesadaran ekologis masih rendah dan
masyarakat di kawasan sebagai objek, sebelum adanya perubahan paradigma
pengelolaan hutan. Fakta-fakta ini diidentifikasi sebagai situasi yang terberi
dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak pada
nilai-nilai eco-humanis, ungkap Win.
Theresia
M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dalam sambutannya mengatakan bahwa kita di
sini belum banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan dan bagaimana
pentingnya kawasan Egon Ilimedo bagi kita. Bahwa, Kalau bapak menanam maka ibu
merawatnya. Kalau kita rawat dengan baik maka kenikmatan itu akan dinikmati
generasi ke generasi. Mari kita mulai pola hidup sehat dan cinta lingkungan,
ajak Ibu Silmeta.
Paulus Nong Susar (Wakil
Bupati Sikka) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kegiatan ini mengingatkan saya
akan kerja WTM ketika zaman bupati Lorens Say hingga sekarang. Untuk itu, saya
mewakili pemerintah kabupaten Sikka mengucapkan terimakasih kepada LSM (WTM)
yang bekerja dalam penyelamatan lingkungan.
Pemerintah
daerah akan membuat perda pengelolaan sumber daya alam. Dalam kaitan dengan pengelolaan
lingkungan ini kita dari pemerintah perlu memberi bimbingan dan edukasi seperti
menertibkan mereka yang membangun rumah di dalam kawasan. Kemudian ada program
yang kita kenal dengan HKM. Itu adalah ruang yang diberi pemerintah kepada
masyarakat untuk mengelolah hutan dengan baik. Sedangkan Bapak-Ibu guru bisa
memasukan ini sebagai Materi Mulok untuk diajarkan di Sekolah-sekolah, harap
Nong Susar.
Pertemuan
hari ini dan besok kita coba mengecek kondisi kebunnya masing-masing dan
menceritakan. Lalu pemerintah melihat pada hutan yang bukan hanya berdampak
pada lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial. Hari ini sampai besok menjadi
waktu yang sangat bermanfaat untuk kita diskusikan bersama dalam rangka penyelamatan lingkungan alam,
ajak Wabup Sikka.
Setelah
ceremonial pembukaan para panelis mempresentasikan materi sesuia dengan topik
yang dipercayakan. Diskusi panel ini dipandu
oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar