Kegiatan penelitian “kawin silang” benih padi diselenggarakan Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya dengan Miserior. Kegiatan ini difasilitasi oleh Mathias Pagang, petani peneliti asal Lembor, Manggarai Barat. Acara ini dilakukan pada tanggal 27/28 November 2015 di
Puskolap Jiro-Jaro, Tana Li, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Sikka.
Mathias Pangang petani asal Lembor, Manggarai Barat yang sukses menemukan “Padi Pagang” pada tahun 2007, mengawali kegiatan ini dengan mensharingkan pengalamannya sebagai petani peniliti. Bahwa, sejak tahun 1995 saya sudah melakukan penelitian terhadap benih padi. Saya mendapatkan 12 benih unggul setelah melakukan penilitian selama 12 (duabelas) tahun. Penelitian yang saya lakukan selalu gagal, namun tidak membuat saya putus asa. Hampir duabelas tahun saya terus melakukan penelitian benih padi hingga sampai menemukan padi pagang, demikian tutur sang petani yang berusia 65 tahun.
Menariknya, pada saat memfasilitasi kegiatan tersebut, Pagang menyatakan, bahwa petanit tidak menyadari bila sementara terjadi proses penindasan yang dilakukan oleh perusahaan atau korporasi-korporasi yang mampu membayar para peneliti untuk kemudian menjual benih hasil penemuan benih mereka. Padahal, benih yang ditemukan belum tentu cocok dengan iklim Flores. Untuk itu, saya mengajak kita semua untuk serius melakuan penelitian ini, agar kemudian petani di Sikka bisa menemukan benih padi unggul, demikian kata bapa yang sudah berumur 68 tahun.
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini: pertama: menghargai pentingnya keanekaragaman padi, terutama kekayaan karakteristik pada jenis padi tradisional yang cocok dengan wilayah pengembangannya; kedua, Mempelajari langkah dan persyaratan dasar membuat percobaan adaptasi, dokumentasi dan pengelolaan padi lokal dan melakukannya di kebun sendiri; Ketiga, Berdiskusi tentang berbagai metode dan praktek produksi padi organik terutama dari pengalaman MASIPAG yang kemudian ditularkan kepada sesama anggota kelompok tani; Keempat, Menjadikan diri sebagai subjek dalam menentukan arah dan teknis pertanian yang mau dikembangkannya.
Kegiatan ini dihadiri oleh Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) beserta kedelapan staf dan delapan utusan Petani Peneliti dari kelompok dampingan yang tersebar di wilayah kecamatan Mego, Magepanda dan Tana wawo. Para peserta terlihat sangat serius dan antusias dalam mengikuti seluruh rangkaian proses kegiatan, karena bagi mereka hal ini merupakan pengalaman baru yang sangat menarik dan malah bisa dilakukan oleh seorang petani.
Herjon, salah satu peserta dari Renggarasi yang sempat ditemui, mengatakan bahwa “kegiatan ini merupakan sesuatu yang sangat mahal. Tidak mudah untuk memperoleh pengetahuan yang begitu berarti seperti ini dalam waktu yang singkat. Apalagi bagi kami yang masih awam dalam kegiatan penelitian merasa begitu bahagia sekaligus bangga. Oleh karena itu, kami perlu memberi apresiasi kepada pihak WTM yang telah memberikan kesempatan kepada kami (petani) untuk terlibat dalam penelitian ini.
Kegiatan seperti ini akan selalu memacu kami untuk selalu berusaha untuk memperbaiki kualitas kami sebagai petani dari waktu ke waktu, “ tutur Hejron, seorang tokoh muda desa Renggarasi.
Hal yang sama, dipertegas oleh Yosep Siprianus Rehing, kader tani muda dari desa Bu Selatan mengatakan bahwa “penelitian ini menjadi daya pacu sekaligus pembelajaran bagi kami dalam menemukan sebuah varietas baru yang cocok dengan wilayah kami, yang penting kami sabar dan tekun. Karena semangat melakukan penelitian ini harus dibarengi dengan kesabaran,” demikian tutur sipri.
Setelah pembelajaran sehari dalam ruang, para peserta dilatih untuk melakukan praktek lapangan dengan melakukan pemilihan malai padi, lalu dilakukan pengebirian padi pada malai/bulir yang hendak dilakukan kawin silang dalam waktu sehari.
Pada akhir kegiatan tersebut, para peserta merencanakan untuk setiap peneliti melakukan penelitian benih pada wilayahnya di setiap kelompok tani. Ada yang berencana juga melakukan kawin silang jagung karena prinsipnya sama. Selain itu, peserta juga diminta mengidentifikasi padi lokal yang ada diwilayah masing-masing. Dari hasil indentifikasi ada 9 varietas padi lokal diantaranya: pare nida, pare bebo naja, pare menge, pare daga, pare laka, pare nggoru, pare kera, pare lama lera, pare 100 hari.
Kesembilan varietas ini akan dikawinkan petani peneliti pada musim ini agar mendapatkan varietas unggul dan sesuai dengan apa yang diinginkan peneliti. Para staf WTM pun telah menyiapkan benih padi lokal yang mau dikawinkan agar menjadikan WTM sebagai pusat laboratorim padi di Sikka, demikian tutur Kristo Gregorius (Koordinator Lapangan WTM). (Tim KN)
"Datanglah kepada rakyat, Tinggalah bersama mereka, dan mulailah dari apa yang mereka punya" (Lao Tse).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>
Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...
-
PROGRAM : PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG MANAJEMEN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI KAWASAN EGON 1. LATAR BELAKANG ...
-
Secara historis-kultural, padi merupakan sebuah tanaman yang diyakini sebagai dewi. Atau dalam sebutan orang sikka dua nalu pare...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar