Pertemuan dengan Kel. Tani Kasih Ibu, Dobo |
Setelah itu, para fasilitator Lapangan diberi kesempatan untuk melakukan kunjunga belajar (magang) di wilayah program WTM kerja dengan Miserior yakni di kecamatan Mego dan Tanawawo yang sudah berjalan 3 tahun. Kegiatan belajar ini dipimpin oleh Kristoforus Gregorius (Koordinator Teknis Pertanian), (Rabu - Kami, 11-12 Mei 2016)
Tidak semua wilayah dampingan WTM dikunjugi, tetapi hanya beberapa wilayah dampingan yang dikunjungi sesuai dengan perencanaan bulanan dari staf WTM, misalnya di wilayah Dobo dan Kowi (Mego) dan Renggarasi dan Bu Selatan (Tanawawo).
Kunjungan belajar (magang) ini dimaksudkan agar staf baru melihat sendiri kondisi petani yang sedang didampingi lembaga dan bagaimana proses yang terjadi di lapangan. Setalah proses belajar lapangan ini, kembali dibahas di kantor WTM dan pembenahan kapasitas dan manajemen agar pelaksanaan program itu tidak mengalami kendala.
Dari hasil kunjungan belajar itu ada beberapa pembelajaran diungkapkan beberapa hal postif yang ditemukan dilapangan diantaranya; pertama, pendampingan WTM di sana cukup memberi manfaat dimana bagi petani terutama pertanian organik yang kelestarian lingkungan menjadi perhatian petani. Kedua, petani sudah didorong untuk melakukan penelitian benih (pemulian benih). Ini adalah suatu hal baru yang ditemukan, dan belum dilakukan di tempat lain, ungkap Mus Mulyadi.
Lebih lanjut, Mus Mulyadi, mantan ketua LMND mengatakan bahwa selain pertemuan dengan beberapa kelompok tani, kami juga mengunjungi beberapa kawasan mata air untuk memantau kondisi terakhir.
Sedangkan Gabriel Maryanto, menemukan bahwa petani di wilayah Bu Selatan sudah mulai dengan pembibitan tanaman pohon mata air yang dilakukan secara mandiri. Ini sebuah pembelajaran menarik, yang mana petani juga memikirkan tentang pemulihan kawasan mata air. Selain itu juga kami menemukan hal negatif yang mana partisipasi kelompok tani dalam diskusi masih lemah, dan secara keseluruhan petani belum memiliki kelender musim yang tentunya menjadi panduan. Karena, perubahan musim ini cukup signifikan yang akan berpengaruh terhadap proses pertanian.
Menanggapi beberapa hasil belajar yang ditemukan Carolus Winfridus Keupung (Direkut WTM) mengatakan bahwa para staf magang itu ke sana belajar soal teknik memfasilitasi. Karena bila fasilitator salah dalam memfasilitasi maka kita sulit mendapatkan hasil yang baik. Bila dalam perjalanan program kami menilai masih ada yang kurang maka, kami akan mengusulkan untuk kawan-kawan belajar lagi, demikian ungkapnya.
Sedangkan, Herry kemudian mempresentasikan beberapa hal penting yang harus menjadi target program CEPF sebulan ke depan adalah soal kepastian manajemen kelompok tani, rekruitmen kader tani, identifikasi sumber mata air. Selain itu, ditegaskan bahwa sikap kerelawanan yang dilandasi pada kreatif-inovatif harus menjadi basis pelaksanaan program agar kita tidak terpaku dengan aktifitas program yang ada. Tetapi ada sebuah nilai tawar yang akan menjadi pembelajaran publik.
Setelah pertemuan, dilakukan persiapan-persiapan administratif yang perlu disertakan dalam aktifitas program di Mapitara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar