Kerja sama WTM dengan Dompet Duafa dalam Program: "Tak Rela Mereka Lapar" pada tahun 2011 yang mengambil wilayah pengembangan program di Hale - Hebing itu ternyata masih mengisahkan beberapa catatan baik positif maupun negatif.
Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa pada umumnya setiap aktifitas program pasti ada catatan positif dan negatif. Itu adalah hal yang wajar. Begitupun dengan program "Tak Rela mereka Lapar" telah dicatat beberapa hal positif dan negatif seperti yang
diungkapkan para kader tani.
Mengapa
kita gagal? Ini sebuah pertanyaan yang harus didungungkan oleh para pihak. Namun menurut hemat kami, ini karena pihak pelaksana program beriorientas pelaksanaan
program sesuai dengan standar yang kemudian bersama rakyat banyak
berurusan dengan administrasi tetapi mellupakan impak dari program atau
aktifitas tersebut. Karena itu, kalau di WTM sejak awal program selalu
diupayakan agar program itu benar-benar membawahi rakyat.
Sedangkan Sensimus Bajo, Ketua Kelompok Rulaling yang ditemui di Hale, tempat kediamannya menguraikan bahwa pada program WTM dan Dompet Duafaa (2011), setiap anggota kelompok tani diberi 50 pohon setiap anggota. kini, semuanya sedang berbunga. Ini adalah kenangan dari
program dulu (2011) dengan WTM dan Dompet Duafa. Dari kami 21 anggota
yang tergabung dalam kelompok Rulaling itu, yang paling sukses itu
Mauitsius Oresti, hampir semua kakao yang ada dikebunnya sekarang semua
itu didapat dari program waktu itu.
Pada kesempatan itu juga moat
sensi menjelaskan mengenai soal apa itu rulaling. Rulaling itu adalah
padanan kata bahasa sikka yang berarti kerja sama. Dan hingga sekarang
kami masih bergotong royong dalam bekerja kebun dan lain-lain. Semangat
ini belum luntur, demikian ujarnya.
Aktifitas program yang difokuskan pada kedaulatan pangan dengan mendorong benih pangan lokal dan pengadaan beberapa tanaman perdagangan (komoditi) yang disertai pendampigan teknis ini mendorong salah satu kelompok tani yakni Kelompok Tani Rulaling itu terus membangun solidaritas. Program ini praksis berjalan hampir setahun ini memberi sebuah nuansa positif dimana hingga hari ini, masih ada beberapa ubi yang didatangkan dari Pulau Palue. Selain itu, ada anakan pohon kakao, anakan pala, demikian ujar Sensimus Bajo.
Di sisi lain, moat sensi menjelaskan mengenai soal apa itu rulaling. Rulaling itu adalah padanan kata bahasa sikka yang berarti kerja sama. Dan hingga sekarang kami masih bergotong royong dalam bekerja kebun dan lain-lain. Semangat ini belum luntur, demikian ujarnya.
"Datanglah kepada rakyat, Tinggalah bersama mereka, dan mulailah dari apa yang mereka punya" (Lao Tse).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>
Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...
-
PROGRAM : PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG MANAJEMEN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI KAWASAN EGON 1. LATAR BELAKANG ...
-
Secara historis-kultural, padi merupakan sebuah tanaman yang diyakini sebagai dewi. Atau dalam sebutan orang sikka dua nalu pare...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar