Oleh : Mus Muliadi, fasilitator lapangan di Wahana Tani mandiri (WTM)
Nusa Tenggara Timur (NTT) dikategorikan menjadi salah satu propinsi yang masyarakatnya berada di bawah garis kemiskinan entah sampai kapan. Lantas, menjadi pertanyaan bagi kita, Mengapa? Ini masih dilihat secara umum untuk seluruh lapisan sosial masyarakat di NTT. Belum lagi kita menengok ke lapisan masyarakat secara mayoritas. Siapa mereka? Tentunya di sini adalah Petani. Para petani seharusnya menjadi objek yang perlu mendapat perhatian fokus dalam roda pembangunan ekonomi masyarakat keseluruhan karena, sejatinya petani adalah nadi kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Kita tidak ingin seringkali petani diberi gelar miskin, padahal ada sesuatu yang paling mendasar yang belum diketahui oleh petani itu sendiri yakni pengetahuan dalam mengelola usaha taninya.
Pantaskah petani mendapat predikat miskin?
Benarkah petani menjadi objek yang harus selalu menyandang predikat miskin? Pandangan orang tertentu, menganggap petani miskin itu karena malas bekerja. Kita perlu berpikir kritis atas pemahaman sempit yang dibarengi dengan argumentasi yang tidak mendasar itu. Prinsipnya, adalah tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Begitu pula dengan masalah kaum tani yang selama ini selalu dihantui dengan berbagai bentuk kegagalan yang dihadapinya. Deretan persoalan, seperti cura hujan yang tak menentu, panas berkepanjangan, hama tanaman, gagal panen, berbagai penyakit yang menyerang ternak dan banyak lagi masalah lain yang kemudian berujung pada rendahnya pendapatan. Selain dihadapi dengan setumpuk persoalan tersebut, kebijakan negara seringkali tidak memihak pada rakyat yang kemudian menambah beban persoalan. Lalu apakah tumpukan persoalan tersebut menjadi jalan buntuh bagi para petani untuk menuju sebuah kehidupan lebih baik? Tentunya petani menginginkan sebuah perubahan, namun hal ini tidak terlepas dari pengetahuan petani itu sendiri. Jika petani dibekali dengan pengetahuan yang cukup baik secara teknis maupun manajement, tentunya predikat miskin itu tidak melekat dalam diri petani. Dengan demikian pengetahuan menjadi penting bagi petani demi mengelola usaha taninya sendiri menuju kemandirian.
Apakah petani malas bekerja, ini fakta lapangan
Berbeda dengan pekerja kebanyakan, misalnya seorang pegawai kantoran yang bekerja pada instansi pemerintahan akan berbeda jam kerjanya dengan seorang petani. Seorang pegawai akan masuk kerja jam 08.00 pagi sampai jam 05.00 atau pkl. 17.00 sore dalam 5 hari kerja, itu pun masih ada waktu istirahatnya. Bagaimana dengan kerja seorang petani? Hampir semua petani tidak pernah mengeluh dengan jam kerja mereka. Mereka harus bangun pagi jam 05.00 bahkan jam 04.00 untuk memulai aktivitasnya dari mengurus makan buat anak-anak sekolah, memberi makan ternaknya lalu pergi ke kebun hingga pulang diatas jam 05.00. Apakah kita masih memberi predikat untuk kaum tani dengan kata malas? Tentu ini hanyalah anggapan keliru bagi orang-orang yang sesungguhnya lupa akan kaum pemberi kehidupan.
Apa alasan mendasar petani selalu miskin?
Hampir seluruh petani NTT bertani secara tradisional dengan keterbatasan pengetahuan yang tradisional pula. Bagi saya, alasan inilah yang kemudian memasung petani dalam satu kondisi yang sulit berubah sepanjang sejarah. Tentunya perubahan dimaksud adalah perubahan positip menuju ke arah peningkatan pendapatan usaha tani. Memang bertani tradisional ada hal-hal positip yang perlu dikembangkan terkait kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur. Namun tentunya petani membutuhkan pengetahuan yang lebih dalam bertani yang baik seperti soal manajemen, sarana produksi yang baik, hal teknis dan tentunya jaringan atau relasi dengan pihak lain. Bukan hanya itu, lemahnya analisis usaha tanijuga menjadi salah satu problem di tingkatan masyarakat tani. Hal inilah kemudian membuat para petani kita selalu mendapat predikat miskin sepanjang abad.
Bukan pergi mendata lalu pulang menghilang
Wahana Tani Mandiri memberikan solusi
Tim Wahana Tani Mandiri (WTM) dibekali dengan kapasitas yang cukup dan nantinya bersama kader tani akan mendampingi secara serius untuk kelompok tani dampingan. Memang tidak mudah merubah keadaan, ada tahapan proses yang kita lalui dari mendata kelompok tani, analisis usaha, rencana kerja, aksi dan evaluasi yang akan kita lalui bersama. Dengan demikian kami membutuhkan kerja sama dan partisipasi dari sahabat tani semuanya . Adapun hal yang akan diberikan dalam pendampingan nanti terkait pengetahuan petani dari perencanaan kelompok, analisis usaha, manajement hingga hal-hal teknis dalam bertani. Dengan demikian harapan besar akan sebuah perubahan tentunya menjadi sebuah cita-cita kita dapat diraih.
Sallom..........
"Datanglah kepada rakyat, Tinggalah bersama mereka, dan mulailah dari apa yang mereka punya" (Lao Tse).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
<marquee>WTM LAKUKAN VAKSIN AYAM DI 3 KELOMPOK TANI DI EGON GAHAR</marquee>
Ansel Gogu (Kader Tani WTM) sedang Vaksin ayam anggota Kel. Tani Egon Gahar, KN , Dalam rangka mendorong sebuah pola budi daya ternak t...
-
PROGRAM : PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG MANAJEMEN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI KAWASAN EGON 1. LATAR BELAKANG ...
-
Secara historis-kultural, padi merupakan sebuah tanaman yang diyakini sebagai dewi. Atau dalam sebutan orang sikka dua nalu pare...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar