Maumere, KN. Pelatihan Budidaya Ternak diselenggrakan
Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja sama dengan Critycal Ecosystem
Partnership Fund (CEPF) dalam program “Peningkatan Pendapatan Masyarakat dalam
Mendukung Menejemen Ekositem Berkelanjutan di Kawasan Egon Ili Medo”. Kegiatan pelatihan itu dihadiri 15 peserta,
utusan dari Desa Natakoli, Hale, Hebing dan Egon Gahar difasilitasi Maria Marta
Muda, Kristoforus Gregorius dan Carolus Winfridus Keupung di Puskolap Jiro –
Jaro, Tana Li, desa Bhera, Kec. Mego (14 – 16) Juli 2016
Direktur Wahana Tani Mandiri (WTM), Carolus
Winfridus Keupung mengatakan bahwa selama
ini kita sudah terlibat dalam kegiatan pembudidayaan tanaman umur panjang
berupa komoditi dan penghijauan di sumber mata air, namun ada hal-hal teknis tertentu yang belum
kita lakukan secara baik dan benar. Sekarang kita mencoba untuk membenahi
teknis yang ada.
Teman
teman kader diharapkan bisa memotifasi teman-teman petani di lapangan. Kadang-kadang
kita tidak dipercayai di lapangan, karena dianggap kita tidak punya kemampuan
yang memadai, karena itu WTM secara kelembagaan bertanggung jawab untuk selalu
mendalami pengetahuan. Hal-hal teknis yang diberikan WTM selama ini juga kami
gali dari teman teman petani. Mungkin, selama ini kita menggantungkan
pendapatan kita pada Kakao. Kenapa kita tidak berpikir untuk menggantungkan
hidup dari ayam atau kambing dan ternak lain? Sebenarnya sangat bisa karena
peluang usaha sangat banyak. Tinggal bagaimana kita kembangkan itu, demikian
ulas Win Keupung.
Sedangkan,
Herry Naif (Koordinator Program) secara terpisah mengatakan bahwa selama
seminggu, kita akan bersama-sama berefleksi bersama tentang apa yang kita telah
jalani selama ini. Teman-teman fasilitator akan mengarahkan teman-teman kader
untuk melakukan motifasi hal-hal teknis. Hal-hal ini yang kita tekankan
sehingga selama dua tahun ke depan ini kita bisa membantu memfasilitasi
teman-teman petani di wilayah kita masing-masing. Teman-teman bisa menyebarkan
atau mensosialisasikan hal-hal teknis pertanian ke petani lain di wilayah kita
masing-masing. Selama satu tahun delapan bulan ke depan, kita akan selalu
bertemu untuk saling membenahi.
Kami
akan berusaha sedapat mungkin membawa teman-teman keluar untuk memotret desa
atau wilayah kita dari luar untuk memberdayakan petani. Mengapa demikian? Hal
ini berkaitan dengan nilai rasa yang berbeda dan keyakinan yang berbeda.
Kadang-kadang orang merasa biasa saja tetapi ketika kita keluar rasa percaya
diri itu otomatis memberi
keyakinan bagi kawan-kawan kader tani. WTM melihat bahwa selalu kalah dalam akses
ekonomi dan menggantungkan diri pada orang lain. Padahal begitu banyak peluang
bisa dimanfaatkan petani sebagai potensi untuk dikembangkan. Misalnya, ternak
ayam. Hampir semua kita punya ayam tetapi ayam dipelihara tidak melalui sebuah
analisa usaha tani sehingga bisa memprediksi berapa besar pendapatan setahun, demikian kata putra kefa yang sedang berkipra bersama WTM.
Mengawali pelatihan ini, Win Keupung membawakan
materi pertanian berkelanjutan. Berkelanjutan yang dimaksud adalah secara
ekologi harus diciptakan agar petani berdaulat secara ekologis seperti proses
pemupukan itu tidak tergantung pada pupuk kimia tetapi bagaimana dibuat agar
dalam kebun itu sendiri ada proses pemenuhan kesuburan tanah dari
tanaman-tanaman yang bisa dijadikan pupuk hijau.
Bahwa dulu petani memakai sistem berpindah.
Situasi hari ini tidak bisa dipertahankan. Untuk itu, secara teknis harus sudah
memulai dengan pertanian yang menciptkan unsur hara dalam kebunnya. Maka sudah
harus mencoba dengan kebun menetap. Kita harus ciptakan supaya kebun itu
dikerjakan sepanjang waktu dan hasilnya stabil. Petani harus menyiapkan usaha tani yang menjaga
kondisi ekologi baik, ujar mantan Direktur Walhi NTT.
Lebih lanjut Kristoforus Gregorius
memfasilitasi tentang analisa usaha tani, dengan membuat perencanaan yang
didasarkan pada analisa. Karena analisa ini akan memastikan berapa besar
pendapatan yang diperoleh dalam usaha tani. Pertama; dibuat analisa biaya,
pengeluaran setahun dalam keluarga.
Ajak Kristo, mari kita berhintung. Berapa
besar pengeluaran keluarga setahun? Mulai dari biaya rumah tangga, seperti:
pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan, komunikasi, penerangan,
listrik, air, transportasi, adat, dll. Dari hasil perhitungan ternyata
diperkirakan setahun, pengeluaran setahun bisa mencapai 50-an juta.
Setelah diperhitungkan pengeluaran, peserta
diajak untuk membuat analisa pendapatan dari potensi yang dimiliki petani.
Misalnya dari sebidang tanah, apa yang mau dibuat dalam sebidang tanah, mau
usaha apa dengan membaca peluang pasar. Agar kemudian petani mampu memenuhi
segala kebutuhannya. Mulai dari penanaman pangan, komoditi, ternak, dll. Bila
semua dilakukan dalam perencanaan tentunya petani sudah bisa memprediksi berapa
pendapatan setahun, demikian ulasan Kristo.
Sedangkan, Kristina Krist (kader tani) dari
Natakoli terheran-heran setelah dihitung pengeluaran dan pemasukan. Ia
mengatakan bahwa kami petani sebetulnya tidak miskin. Hanya saja selama ini
kami sekedar menjadi petani tanpa pernah melakukan perhintugan pengeluaran dan
kemudian membuat analisa pendapatan dari segala aktifitas yang dilakukan di
kebun seperti yang digambarkan dalam kebun impian kami petani.
Ini menjadi bekal saya dalam memotifasi
petani di kampung Natakoli agar kami mulai dengan sebuah usaha tani yangn
diasaskan pada analisa usaha tani. Lebih
dari itu, semoga bisa dalam materi ternak babi, kambing dan ayam memberi nilai
tambah agar dapat mampu membudidayakan ternak secara secara baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar