PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DALAM
MENDUKUNG MANAJEMEN EKOSISTEM BERKELANJUTAN
DI KAWASAN EGON
1.
LATAR BELAKANG
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan berisi
sumber daya alam hayati yang didominanasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, dimana satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan. Hutan didominasi pepohonan yang
berukuran besar dan tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun bahkan beratus
tahun.
Secara biofisik, hutan dikenal sebagai
wilayah yang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lainnya dengan kerapatan tertentu,
sehingga terbentuk iklim setempat yang berbeda dengan sekitarnya. Hutan dapat
ditemukan di daerah tropis, sub tropis maupun daerah beriklim dingin, serta
dataran rendah maupun di pegunungan. Hutan terdapat di wilayah-wilayah yang
luas di dunia, namun sekarang terus berkurang secara drastis. Padahal hutan
memiliki fungsi vital sebagai penyedia oksigen, penyimpan karbon dioksida (carbondioxide
sink), habitat hewan, menjaga sistem hidrologi (penyimpanan air),
konservasi tanah, dan fungsi-fungsi lainnya yang menentukan keberlangsungan
bumi ini. Hutan dapat menyerap air
ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di
celah-celah perakaran, kemudian melepaskannya secara perlahan melalui daerah aliran sungai. Akan tetapi jika hutan mulai
rusak maka keseimbangan ekologi akan terganggu.
Penyebab kerusakan hutan biasanya
dilatari oleh dua faktor yakni alam dan manusia. Dari kedua faktor tersebut,
kerusakan yang lebih besar justru disebabkan oleh ulah manusia dibanding dengan
kerusakan yang disebabkan bencana alam. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh
aktifitas manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan, seperti perusakan hutan
dan alih fungsi hutan yang berdampak pada banjir dan kekeringan.
Banjir terjadi di akibat hutan
yang dirusak manusia.
Selain itu, bahaya kekeringan hingga kebakaran terjadi dimana-mana ketika musim kemarau datang, termasuk kabupaten Sikka.
2.
POTRET HUTAN EGON
ILIN MEDO DAN PEMANFAATANNYA
Saat ini kawasan Egon Ilimedo sedang mengalami ancaman yang sangat besar, yaitu ancaman letusan
gunung Egon dan berbagai persoalan lain yang berpengaruh terhadap fungsi dan
peran kawasan itu sendiri.
Fungsi dan peran kawasan Egon
yang seharusnya memberikan layanan yang baik dan nyaman mulai terganggu. Hal ini disebabkan oleh berbagai aktifitas seperti:
perambahan hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan
dan layanan kawasan Egon.
Pada kawasan ini sering
terjadi erosi, banjir dan menurunnya debit air di beberapa sumber mata air. Selain itu, Iklim mikro di wilayah ini pun terganggu. Padahal iklim mikro dibutuhkan untuk memberi
kenyamanan pada manusia dan perkembangan tanaman yang lebih baik
pada wilayah yang terbatas, khususnya kawasan Egon Ilimedo maupun kabupaten Sikka.
Permasaalahan utama di kawasan
egon adalah: terjadinya perambahan hutan atau pembukaan lahan kebun dalam
kawasan hutan dan penebangan pohon.
Dari catatan Dinas Kehutahan Sikka, aktifitas
perambahan ini dilakukan hampir setiap saat dan berdampak luas pada rusaknya
280 ha hutan di Kecamatan Mapitara wilayah Egon Ilimedo desa Hale (130 Ha),
Egon Gahar 100 Ha, Natakoli (50 Ha) yang menimbulkan debit 8 mata air menurun yaitu mata air, Wair Oridar,
Napun Urut (Natakoli), Napun Ewa, rejo gajot (Egon Gahar) Napun Dagar (Hebing),
Wair Heni, Wari Boto (Hale). Pada Wilayah desa Hale, Hebing dan Egon Gahar,
perambahan sudah mendekati puncak Gunung Egon.
Sedangkan dari pemantauan Wahana Tani Mandiri (WTM) bahwa ada beberapa kerusakan
hutan yangn terjadi di kawasan Egon. Untuk mengetahui
secara pasti, Tim WTM melakukan pengambilan data secara formal melalui
pemerintahan desa. Tetapi lewat langkah ini, WTM kemudian tidak mendapatkan
data.
Merespon kondisi tersebut, WTM kemudian secara
kelembagaan memilih metode investigatif di desa-desa agar bisa merekam semua
kerusakan yang terjadi di sana. Tujuan pengambilan data adalah untuk menganalisa
sejauhmana kondisi terakhir potret
kerusakan hutan yang ada di empat (4) desa di Kecamatan Mapitara.
2.1
DESA NATAKOLI
Desa Natakoli terdiri dari 3 dusun yaitu dusun
Natakoli, Umatawu dan Wolomotong. Dari ketiga dusun terdapat wilayah dusun yang
bersingungan dengan kawasan hutan, yaitu dusun Wolomotong. Selain masyarakat dusun
ini yang merambah kawasan hutan, juga terdapat warga dari dusun lainnya yang
terlibat dalam perambahan ini. Aktifitas perambahan di kawasan dalam desa ini
terbilang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena warga dusun dusun Wolomotong
juga berada dalam kawasan hutan.
Dari pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui
wawancara dengan warga di desa Natakoli, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 111
pohon yang ditebang dengan menghasilkan 77 kubik kayu. Motif penebangannya
beragam, tetapi pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan uang dalam mendukung
kehidupan rakyat di Natakoli.
Sedangkan, ada sumber informasi diperoleh pada saat pertemuan kelompok
tani Kajo Wair (Umatawu), Namang Hebar (Natakoli)
dan Bola Wair(Wolomotong) bahwa:
- Penebangan hutan masih saja terjadi terutama di kawasan hutan Area 84. Bagi rakyat Natakoli area ini merupakan area kelola usaha tani yang mana terbukti dengan pembayaran pajak.
- Penebangan pohon terjadi karena kebutuhan pembangunan rumah tinggal dan bangunan-bangunan umum di wilayah desa.
- Hampir terjadi penebangan setiap tahun dan dalam kurun waktu satu tahun terjadi penebangan mencapai 10 pohon.
2.2 DESA HEBING
Desa Hebing terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Hebing,
Galit dan Watubaler. Dusun yang bersingungan dengan kawasan hutan yaitu dusun
Watubaler. Selain masyarakat dusun ini yang merambah kawasan hutan, juga
terdapat warga dari dusun lainnya yang terlibat dalam perambahan ini. Aktifitas
perambahan di kawasan dalam desa ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat
setempat terutama warga yang berada di pinggiran kawasan.
Dari pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui
wawancara dengan warga di desa Hebing, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 16
pohon yang ditebang dengan menghasilkan 21,5 kubik kayu.
Motif penebangannya beragam, tetapi pada prinsipnya
adalah untuk mendapatkan uang dalam mendukung kehidupan rakyat di Natakoli.
2.3
DESA EGON GAHAR
Desa Egon Gahar terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Baokrenget,
Welin Watu dan Ragasoru. Ketiga dusun ini tersebut bersingungan dengan kawasan
hutan. Aktifitas perambahan di kawasan
dalam desa ini terbilang cukup tinggi.
Pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui wawancara dengan warga di
desa Egon Gahar, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 103 pohon yang ditebang dengan
menghasilkan 47 kubik kayu.
Selain itu,
ada sumber informasi diperoleh pada saat kunjungan ke HKm 2 , Desa Egon Gahar,
Dusun Welin Watut.
- Masih terjadi penebangan di Dusun Welin Watut, menurut informasi kelompok tani masih ada 3 unit chein sow milik masyarakat setempat yang digunakan untuk operasi penebangandi area Welin Watut dan sekitarnya.
- Adapun kayu olahan tersebut, menurut informasi dipesan oleh seorang untuk pembangunan usaha dagang di Geliting (sehiter pelabuhan Geliting)
- Pada bulan Mei kemarin terjadi penangkapan saat mobilisasi tujuan Maumere oleh pihak kepolisian Waigete dan selanjutnya diserahkan ke Polres Sikka.
- Info yang diperoleh soal surat izin tebang karena lokasi izin tebang berbeda dari izin yang dikeluarkan.
2.4.
DESA HALE
Desa Natakoli terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Glak,
Hale dan Napu Kontas. Dari ketiga dusun ini
terdapat 2 dusun yang bersingungan dengan kawasan hutan yaitu dusun Glak
dan Napun Kontas. Malah dusun Glak lagi direkomentasikan Dinas Kehutanan Sikka
kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar wilayah ini dijadikan
sebagai daerah enclave
Selain
masyarakat dusun ini yang merambah kawasan hutan, juga terdapat warga dari
dusun lainnya yang terlibat dalam perambahan ini.
Dari pemantauan WTM dan hasil investigasi melalui
wawancara dengan warga di desa Hale, bahwa dalam 3 tahun terakhir, ada 65 pohon
yang ditebang dengan menghasilkan 34 kubik kayu.
Motif penebangannya beragam, tetapi pada prinsipnya adalah untuk
mendapatkan uang dalam mendukung kehidupan rakyat di Hebing dan terutama
pemenuhan pembangunan rumah rakyat.
3.KESIMPULAN
Ini adalah data pemantauan yang menjadi
titik awal dalam pemantauan kondisi hutan Egon Ili Medo di 4 desa program. Data
ini juga menjadi bahan analisis untuk memotret kondisi hutan yang mana dalam
penglihatan dan perspektif publik telah terjadi kerusakan hutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar