Lebih dari sekedar bicara, pria hitam
manis berjanggut mirip orang timur tenga yang mempunyai nama lengkap Albertus
Ruben asal Desa Hale, Kecamatan Mapitara ini memang sudah lama mencintai
aktifitas pertanian. Yang menarik bagi orang sekampungnya adalah ia memang
sosok pekerja yang rajin, ulet dalam usaha kecilnya, bukan sekedar bicara.
Ruben menghabiskan 2 setengah tahun bersekolah di salah satu SMA di Jakarta dan
kemuadian memutuskan untuk kembali ke Flores dan akhirnya mengakhiri studinya
di SMK Tawatana, Maumere. Ia sebenarnya punya keinginan untuk melanjutkan studi
ke jenjang berikutnya, dan ia berminat mengambil jurusan pertanian, namun
karena satu dan lain hal terpaksa back to
vilage alias pulang kampung.
Namun pria dengan sapaan manis orang
sekampungnya “Nong” atau bagi orang muda kampung biasa memanggilnya “Akang
Ewok” karena janggutnya, memang tidak patah semangat. Setelah berkeluarga
dengan kondisi apa adanya, ia mencoba dengan memulai usaha kecil-kecilan bersama
istrinya, Ety. Mulai dari berjualan di pasar dan usaha lainnya seperti ternak
kambing dan ayam yang ia kerjakan di kebun kecilnya. Dari usaha yang dijalankan
belum begitu menopang keluarganya, namun semangat dan kerja kerasnya serta
dorongan dari kedua orangtua yang masih hidup mengalakan rasa putus asa.
Tahun 2014, ia terus melakukan
usahanya dengan menanam sayur di pekarangan rumahnya sambil beternak babi,
hasilnya cukup memuaskan. Dalam perjalanan usaha kecilnya ini, ia pun berhasil
membeli mesin penggiling padi yang beroperasi hingga hari ini. Mengingat waktu
kerjanya cukup padat, ia mulai fokus dalam usaha kecilnya ini dengan beternak
babi dan operasi mesin giling serta aktifitas lainnya di kebun.
Sungguh tidak egois, walaupun kerjaan
menumpuk, selain sibuk dengan usahanya dan saat ini ia juga terpilih sebagai
anggota BPD Desa Hale, pria yang sudah dikaruniai 3 orang anak ini (Jose, Putri
dan Wulan) sejak mendengar Wahana Tani Mandiri (WTM) merekrut kader tani di
Desa Hale, Juni 2016 ia pun semangat untuk bergabung dengan WTM. Menurutnya, ia
senang bergabung karena ada beberapa tujuan anatara lain; ia mau belajar
pertanian dan mau mendorong orang sekampungnya dalam hal bertani yang benar,
dan menurutnya hal ini akan dilakukan sesuai dengan apa yang diperoleh dari
WTM.
Pria hitam manis ini, memang sudah
pernah melakukan advokasi sendiri dan
membentuk sebuah kelompok tani yang cukup solid di tahun 2013 yang aktif
sekitar 1 tahun, sejak masih berada di kampung sebelahnya Kaborbuluk. Namun
sejak memboyong istri bersama anak pertamanya, Putri ke Enbatun kampung
ayahnya, rupanya kelompok yang dibentuknya kehilangan sosok ruben dan perlahan
nama kelompok itu pun menghilang. Dan saat ini sejak dengan WTM, Ruben kembali
sudah membentuk tiga kelompok dampingan di desanya dibawa bimbingan WTM, antara
lain kelompok, Suka Tani, Maju Tani dan Tani Lestari. Ia juga terlibat sebagai
ketua kelompok di salah satu kelompok yakni Tani Lestari.
Sejak bergabung dengan WTM sebagai
Kader Tani, Ruben mengaku senang dan berniat untuk mendampingi petani
sekampungnya terkhusus kelompok tani yang dibentuknya untuk mencapai
kemandirian sesuai platform WTM. Ruben mengaku senang dengan WTM yang salah
satunya menerapkan pola pertanian organik yang memang sesuai dengan
keinginannya. Selain itu, menurutnya pola pendekatan yang dilakukan WTM memang
menarik, karena WTM bukan memberikan sumbangan material melainkan sumbangan
pengetahuan teknis dan mendorong petani melakukannya sendiri. (MM-Tim KN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar