Bess (Massipag) memfasilitasi evaluasi penelitian benih padi |
Maumere, KN. Penelitian kawin silang padi yang dilakukan oleh beberapa petani dampingan WTM setelah berjalan setahun atas kerja sama Wahana Tani Mandir (WTM) dengan Miserior Jerman itu dilakukan evaluasi bersama kader tani, para peneliti dan Massipag Filipina yang dilakukan di Puskolap Jiro-Jaro WTM, 20 - 22 Agustus 2016. Kegiatan ini dihadiri oleh Elisabt Curada (Konsultan Massipag), Lucille Ortiz (Koordinator Penelitian Massipag - Filipina) dan Darius Goranggo (Peneliti dari Massipag) dan Christopel (Konsultan Miserior Jerman wilayah Indonesia).
Dalam pembukaan acara tersebut, Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) mengatakan bahwa penelitian ini sedang dilakukan oleh beberapa petani peneliti, ada yang gagal dalam proses dan ada yang gagal setelah mendapatkan bulir padi hasil kawin. Namun bagi kami, yang terpenting bahwa petani sudah mulai mencoba untuk melakukan penelitian dan sampai hari ini Beatriks Rika, Peneliti yang sukses dalam membuat kawin silang, padi chiherang dan padi kupa.
Herry Sedang presentasi tentang penelitian yang dilakukan WTM |
Sedangkan ruang penelitian yang sedang dikembangkan petani peneliti difokuskan pada tiga ruang yakni: Masalah apa saja yang dihadapi petani dalam mengembangkan benih padi lokal. Mencatat
setiap fase perkembangan padi agar mengetahui permasalahan agar bisa mengetahui
faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan dalam menemukan benih varietas padi
lokal yang unggul. Dan, bagaimana solusi atas permasalahan yang dihadapi petani dalam upaya pemenuhan bibit/benih padi?
Lebih lanjut, diungkapkan Herry bahwa penelitian ini bertujuan untuk menyediakan
informasi yang holistik tentang varietas padi lokal dan karakter masing-masing
varietas yang diidentifikasi dan dikawinkan. Kegiatan ini juga hendaknya menjadikan
Petani sebagai peneliti dalam meningkatkan kapasitas terutama penemuan varietas baru
(pemulian) padi. Selain itu diharapkan penelitian ini kemudian memperdalam hasil penelitian benih demi terciptanya laboratorium padi lokal di Puskolap Jiro-Jaro.
Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi dari kedelapan peneliti. Presentasi itu diawali oleh Beatriks Rika yang sudah terpublikasi sebagai peneliti yang sukses dalam perkawinan silang padi.
Beatriks Rika, presentasinya diawali dari penanaman, proses kawin silang sampai pada penanaman kembali. Ia mempresentasi secara runut sesuai dengan tahapan dan fase perkembangan padi dan apa yang dilakukannya sebagai petani. Malah untuk menghindari hama, padi yang sudah ditanam di areal persawahan ditutup dengan kelambu, agar padi F1 itu tidak diganggu hama, kata Beatriks.
Sedangkan peneliti yang lain adalah Sipri Rehing (Bu Selatan), Hendrikus Hende (Napugera), Yosep Dara, Agus Tiga, Kanis Garu. Beberapa peneliti ini pun menyampaikan tentang proses penelitian yang dilakukannya. Dalam presentasi mereka disampaikan tentang berbagai hama yang menyerang tanaman padi. Selain itu diungkapkan soal kegagalan mereka. Menurut Sipri, saya hanya sukses mengembangkan kaji terap terap pada yang didatangkan dari filipina varietas Pili Tapol. Sedangkan penelitian saya soal padi Gogoransa dan Gorotuna sebetulnya sudah sampai pada proses pengeringan benih tetapi kemudian dimakan habis oleh ayam. Ini adalah tantangan bagi saya dalam mengembangkan penelitian kawin silang.
Setelah itu, Kegiatan difasilitasi oleh Herry dan Bess sapaan dari Elisabet dengan nara sumber Darius Goranggo. Kegiatan ini harus mengalami beberapa terjemahan, yakni: bahasa Tagalog, Inggris dan Indonesia. Tetapi kondisi ini tidak menjadi kendala selama proses evaluasi dan pelatihan berlangsung. Malah, memaksa para petani untuk mengerti tentang apa yang sedang dipresentasikan oleh petani dari Filipina.
Menurut, Thomas Didimus salah satu kader tani desa Dobo Nuapuu menyatakan bahwa permasalahan yang dialami petani di sana tidak jauh berbeda dengan petani di Sikka. Malah dalam forum itu, Didi menyarankan agar Massipag juga membawa petani yang paham tentang pengembangan tanaman kakao, cengkeh, vanili biar kami bisa belajar bersama.
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan acara penutup yang mana ada sepata kata dari Mikhaela Adelinde (Kader Tani desa dobo) mewakili perempuan dan Hendrikus Hende (Kader Tani desa Napugera) dan sebaliknya juga dari Darius Goranggo dan Lusia Ortiz dan diakhir kegiatan diambil foto bersama. (Tim KN)
Kegiatan ini kemudian ditutup dengan acara penutup yang mana ada sepata kata dari Mikhaela Adelinde (Kader Tani desa dobo) mewakili perempuan dan Hendrikus Hende (Kader Tani desa Napugera) dan sebaliknya juga dari Darius Goranggo dan Lusia Ortiz dan diakhir kegiatan diambil foto bersama. (Tim KN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar