Maumere, KN. Evaluasi dan perencanaan adalah sebuah rutinitas kelembagaan yang tersistem dalam kelembagaan. Bahwa setiap akhir bulan, tim kerja WTM bertemu untuk membicarakan tentang aktifitas sebulan dan membuat perencanaan sebagai panduan kerja dalam sebulan. Selain itu juga dilakukan breaving staf yang difasilitasi staf yang dipercayakan membawakan materi yang disepakati dalam pertemuan sebelumnya.
Dengan demikian, kegiatan evaluasi, perencanaan dan breaving bulan November dilakukan di kantor WTM, yang dipimpin oleh Herry Naif (Koordinator Program). Pada pembukaan, para staf diajak untuk melihat dampak dari perkembangan aktifitas program yang dilakukan. Apabila kegiatan program yang dilakukan itu tidak memberi dampak positif kepada kelompok tani, maka kita tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang selama ini dikritik, sinisnya.
Presentasi staf diawali oleh Mus Mulyadi (Fasilitator Lapangan) mensharingkan tentang aktifitas di desa Natakoli dan Wilayah Mego. Dalam presentasinya disinggung tentang proses advokasi yang dilakukan terutama tentang pendistribusian polibag dan ayam bagi anggota kelompok tani. Bahwa setiap petani dampingan berhak mendapatkan 550 polibag. Sedangkan ayam, didistribusikan 3 ekor per anggota kelompok.
Dari proses ini, kemudian menimbulkan riak perdebatan karena pendistribusian ayam itu banyak yang mati sehingga mendapat banyak komplain dari kelompok tani yang sudah menerima ayam. Menanggapi permasalahan itu, Herry menjelaskan bahwa dalam kontrak kita jelas diatur bahwa ayam yang mati saat pendistribusian itu dan akan diganti oleh suplaier. Yang terpenting itu data jelas.
Kemudian, Gabrial Maryanto dan Marianus Mayolis yang juga fasilitator lapangan wilayah Mapitara mensharingkan aktifitas lapangan terutama soal studi pengelolaan sumber daya alam yang sedang dilakukan. Tentang penelitian ini, Yolis mengutarakan bahwa pengambilan data dengan kelompok tani di desa Hebing sudah dilakukan, sehingga siap dianalisa agar dipresentasikan agar bisa disempurnakan menjadi profil ekologi.
Sedangkan Martinus Maju dan Maria Marta Muda yang biasa disapa Erryn mengutarakan tentang kegiatan lapangan di Wilayah Mego, Tanawawo dan Magepanda. Bahwa, kegiatan lapangan yang dilakukan disesuaikan dengan perencanaan kelompok tani. Martinus mengungkapkan tentang kegiatan pengelolaan hasil Kibi dan kopi di wilayah Bu Selatan.
Bukan hanya staf lapangan, bagian keuangan Misserior (Getrudis Dari) menjelaskan tentang keuangan program dan kelembagaan. Udis mengatakan bahwa hingga hari ini keuangan program Misserior masih pada taraf normal, sedangkan keuangan kelembagaan pun masih normal hanya saja harus diatur agar penggunaannya efektif dan efisien. Sedangkan Ernesita Dua Sina (keuangan CEPF) pun menyampaikan tentang sistem keuangan yang dibangun selama ini. Pada kesempatan itu juga Ernest menyampaikan agar penggunaan uang harus didukung dengan alat-alat bukti agar tidak mengalami permasalahan dalam pelaporan. Prinsipnya uang yang dipakai harus dibuktikan dengan kuitansi dan beberapa administrasi pendukung.
Aleks Bambang, Koodinator Advokasi pertanian mengungkapkan tentang aktifitas yang dilakukan baik di kantor maupun di lapangan. Bahwa perannya belum efektif di lapangan karena harus ada pembenahan data base di sekretariat.
Begitupun Wihelmus Woda, mensharingkan tentang advokasi pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang mengalami kelambatan karena hingga hari ini belum ada RK-HKm (Rencana Kerja Hutan Kemasyarakatan). Dari beberapa penemuan diduga kuat bahwa permasalahan lambatnya pengelolaan HKm bukan hanya akibat perubahan kebijakan dimana kewenangan pengelolaan Hutan diambilalih oleh Pemerintan Provinsi tetapi juga disebabkan oleh konsolidasi para pemegang Ijin Usaha Pengelolaan HKm yang masih rendah.
Menanggapi permasalahan tersebut, Herry Naif (Koordinator Program CEPF) mengemukakan bahwa harus ada konsolidasi lapangan bila perlu ada reorganisasi dan restrukturisasi agar proses itu bisa berjalan. Bila tidak advokasi HKm hanya berada di tempat.
Setelah dua hari dilakukan evaluasi staf dilanjutkan dengan perencanaan bulanan dari setiap staf, sebagai pedoman aktifitas.
Sedangkan pada hari Rabu, 30 November dilakukan breaving staf yang difokuskan pada budidaya ternak ayam yang difasilitasi oleh Maria Marta Muda. Pada diskusi ini, Marta mengutarakan tentang beberapa hal penting yang harus diperhatikan diantaranya: model kandang yang perlu dibangun, dan pengendalian penyakit yang perlu dibangun sejak dini. Menurut Erryn sejauh pengalamannya di Magepanda bahwa pengendalian penyakit dengan potensi lokal seperti: biji pepaya, batu merah, kotoran kambing, daun sawo itu cukup efektif. Ada beberapa anggota kelompok tani yang ayam piaraannya bebas dari serangan tetelo.
Karen itu, saya menegaskan bahwa para kelompok tani harus memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki agar tidak bergantung pada bahan yang didatangkan dari luar, apalagi dengan menggunakan zat kimia, ujar putri nagi.
Menutup acara evaluasi staf dan breaving, Carolus Winfridus Keupang menegaskan bahwa setiap staf harus lebih serius dalam mendorong perubahan di tingkat petani agar tercapai dampak positif dari dampingan kita. Bila tidak, WTM tidak berbeda dengan PPL yang datang senin kamis. Saya berharap bahwa staf lapangan harus berada bersama petani setiap waktu, dan hendaknya mengunjungi kebun petani untuk melihat secara langsung apa yang terjadi di kebun petani. Bahwa kita harus memiliki pengetahuan yang riil soal kondisi kebun petani, ujar Win. (Tim - KN)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar