Herry Naif (Koord. Program WTM presentasi pelaksanaan program |
Program “Improving
Ecosystem Management and Livehoods Around Egon Mountion” kerja sama Wahana
Tani Mandiri dengan Perkumpulan Burung Indonesia dan Critycal Ecosystem
Partnership Fund (CEPF) yang sudah berjalan setahun di wilayah Kecamatan
Mapitara. Ada berbagai aktifitas usaha tani dan advokasi pengelolaan kawasan
hutan yang lestari terus gencar dilakukan WTM itu, dimotoring dan dievaluasi
bersama tim Perkumpulan burung Indonesia dan CEPF.
Karena itu, kegiatan Monitoring dan evaluasi dilakukan selama
dua hari (3-4) Agustus 2017. Pada hari, Kamis 3 Agustus dilakukan diskusi
dengan presentasi program oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF).
Beberapa materi yang dipresentasikan adalah Kegiatan Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam yang telah dilakukan di 4 desa (Natakoli, Egon Gahar, Hale dan
Hebing), Legal Drafting mulai dari pelatihan hingga pada penyusunan Peraturan
Desa (PERDES), yang mana: Perdes Hebing tentang Perlindungan Kawasan Mata Air,
Perdes Hebing tentang Penertiban Ternak; Perdes Natakoli tentang Perlindungan
Kawasan Mata Air dan Perdes Egon Gahar tentang Pengelolaan Air Minum. Bahwa desa
Hebing dan Egon Gahar sudah pada tingkatan Konsultasi ke Pemerintah Kecamatan
sedangkan Hale dan Natakoli pada tingkatan Konsultasi Publik, ulas Herry.
Sedangkan pengelolaan HKm Mapi Detun Tara Gahar sudah pada
tahapan Pembahasan dan Penyempurnaan Rencana Kerja Hutan Kemasyrakatan (RK-HKm)
dan pembersihan lahan, diharapkan awal musim tanam, telah dilakukan penanaman
sesuai dengan design kebun yang sudah direncanakan, harapnya.
Pada tanggal 4 Agustus, dilakukan Kunjungan lapangan ke
Kelompok Tani Lero Bekor I, desa Egon Gahar. Kegiatan kunjungan ini dihadiri
oleh Grand Director CEPF Amerika, Daniel Rohberg, Tiburtius Hani (Perkumpulan
Burung Indonesia), Direktur WTM, Herry Naif Koordinator Program WTM dan para
fasilitator lapangan.
Setelah dilakukan pantau beberapa kebun coklat yang sudah
dilakukan pemangkasan, kebun hortikultura dan kandang ayam, dilakukan diskusi
rombongan yang difasilitasi oleh Herry Naif (Koordinator Program WTM-CEPF).
Dalam diskusi itu, menurut Daniel bahwa ia sangat bangga karena para petani
sudah memulai dengan sebuah pola usaha tani yang menjadikan kelestarian
lingkungan hidup sebagai salah satu hal penting. Lebih dari itu, dia mengakui
bahwa wilayah ini masih sangat hijau, dan malah ia juga mempertanyakan tentang
bagaimana rakyat memenuhi kebutuhan kayu.
Menurut Anselmus Gogu (ketua kelompok tani Lero Bekor yang
sekaligus kader tani) mengucapkan terima kasih kepada CEPF dan WTM yang
bersedia mengunjungi kelompok kami. Bahwa penebangan pohon dilakukan setelah
kami mendapatkan ijin dari Dinas Kehutanan melalui survey lokasi. Namun, kami
juga tidak memungkiri kalau ada yang melakukan ilegal logging karena ada yang
ingin mendapatkan banyak uang. Tetapi hampir sudah setahun aktifitas ilegal logging
tidak ditemukan. semoga hal ini terus terjadi sehingga kawasan Egon Ilimedo,
harapnya.
Kemudian dilanjutkan dengan diskusi Rombongan Kunjungan
lapangan ini dengan para pengurus dari 4 sub kelompok HKm dari HKm Mapi Detun
Tara Gahar yang dilakukan di Kantor desa Egon Gahar yang difasilitasi oleh
Yustinus Yanto.
Hadir dalam diskusi itu Tiburtius
Hani, Daniel Dorthberg (Grant Director CEPF) Yanvitalis Yulianus (Kepdes Egon
Gahar), Win Keupung (Direktur WTM) dan Herry Naif (Koordinator Program
WTM-CEPF).
Win Keupung dalam sambutannya
mengatakan bahwa Kita perlu kembali melihat pengelolaan kawasan HKm yang sudah
mulai berjalan. Ada beberapa aktifitas mulai jalan. Kita sudah punya
kesepakatan melalui RKHKm mengakomodir tentang berbagai hal sebagai pedoman. Kami
juga sudah berkoordinasi dengan desa agar HKm yang sedang berjalan ini terus
dijaga.
Kami memberi apreseasi terhadap dinamika yang sedang terjadi. Terasa
lebih rumit di awal tetapi senang karena sudah mulai berjalan. Kami berharap bahwa ini tugas pemerintah desa
ke depan. Kita berharap juga komunikasi yang sudah dibangun dengan UPT-KPH agar apa yang sudah dibangun selama ini
terjaga baik, ujar Win.
Menurut saya, tanggung jawab penyelamatan
hutan ini bukan hanya tanggung jawab pemeriintah tetapi tanggung jawab warga
dan kita semua. Kita semua perlu mengamankan kawasan ini. Karena kawasan ini
sangat bermanfaat untuk seluruh warga sikka. Karena itu, kami dari WTM kami
menempatkan staf di sini agar HKM di sini lebih aktif agar kita bergerak maju.
Dan ini berdampak positif pada pengelolaan dan kehidupa nkita terutama
kesejahteraan, ujar Direktur WALHI NTT (2007-2010).
Sedangkan Yanvitalis Yulius, Kepdes Egon Gahar mengulas bahwa HKm
itu prosesnya panjang. Sejak 2013,
pengelolaannya mandek. Sejak pendampingan dari WTM pengelolaan HKM mulai
berjalan baik. Wilayah HKm itu ada di popo regang dan Wolon Busur.
Hari ini, saya mewakili
masyarakat desa Egon Gahar menyatakan bahwa kami sangat berbangga dengan
kunjungan CEPF dan Perkumpulan Burung Indonesia. Pak Daniel dari CEPF, pastinya
merasakan sebuah keunikan di wilayah ini, ujar Yulius.
Sedangkan Daniel Rorberg, Grand
Director CEPF Amerika mengatakan bahwa Saya senang sekali bisa melihat tempat
ini. Saya di Amerika duduk di kantor tidak tahu apa yang dikerjakan oleh WTM
dan Anggota Kelompok tani dan HKm di sini.
Hari ini, Saya bisa datang
langsung dan melihat langsung, karena kesannya lebih enak. Kami percaya bahwa
lingkungan dan manusia itu itu penting.
Kemitraan di antara dinas, masyarakat, pada akhirnya hasilnya lebih baik. Saya
bisa mendukung kegiatan-kegiatan ini dengan senang hati.
Ketua Forum HKm Mapi Detun Tara Gahar, Firmus Piru mengatakan bahwa IUP
HKm ada sejak tahun 2013. Tetapi karena tidak ada aktifitas maka tahun 2015 kami
melakukan insiatif untuk mendistribusikan lahan pada anggota namun ditegur
Dinas kehutanan dan dibatalkan. Sampai dengan 2016 juga belum ada.
Namun setelah dilakukan
musyawarah besar HKm Mapi Detun Tara Gahar oleh WTM dan UPT KPH Sikka yang
dihadiri oleh anggota, mulai saat itu kegiatan HKm mulai berjalan sampai hari
ini. Hanya saja saya tidak mengikuti seluruh proses, ujar Kepsek Welin Watu.
Menanggapi diskusi tersebut, Benediktus
Buhe, menceritakan bahwa Saya kerja di areal HKm sesuai dengan pembagian. Saya
sudah buat pondok. Di Welin Watu kami sedang kerja di Popo Regang. Kami ada
20an anggota melakukan kegiatan di sana. Hingga hari ini beberapa anggota di
arealnya sudah punya teras, ujar Bene.
Gonzales, anggota BPD Egon Gahar
mengatakan bahwa kita gunakan areal HKm itu untuk menghijauhkan. Kita harus menunjukkan bahwa secara turun
temurun kita menjaga hutan kita. Kita makan dan minum dari hutan yang ada.
Daniel Rothberg menanggapi
sharing dan diskusi dengan petani, ia mengatakan bahwa Kita punya dasar untuk
lebih maju. Orang sudah mulai mengertinya. Saya melihat bahwa ini sebuah
langkah yang baik, kemitraan yang baik dengan masyarakat dan pemerintah itu
memberikan sesuatu yang baik dan itu mulai berjalan jelas. Kita punya harapan.
Kita sudah dapat IUP, kelola dengan baik.
Sedangkan Tibur Hani dari
Perkumpulan Burung Indonesia mengatakan bahwa Saya mengajak kita semua
untuk menjaga kepercayaan. Di banyak tempat, ada pengalaman negatif mereka
tebang pohon dan kemudian berdampak buruk terhadap keterbatasan dan bahkan
kekeringan air. IUP itu adalah kepercayaan pemerintah kepada kita untuk menjaga
alam.
Kita mendapat berbagai layanan
dari alam. Kalau alam sakti kita tidak bisa mendapatkan pelayanan yang baik,
ujar Tibur.
Yosef Arianto salah satu peserta
dari BKSDA unit Sikka menanggapi bahwa kami sangat mendukung HKm yang
dibangun. Kami lebih fokus kepada hutan
konservasi. Kami tidak mengerti baik tentang HKm. Prinsipnya kami mendukung dan
mendorong pengelolaan yang melestarikan hutan.
Lebih lanjut, Yosef mengungkapkan
bahwa HKm semestinya lebih berkaitan dengan KPH. Egon Gahar menjadi kawasan
penyanggah. Kami juga mendukung kegiatan
HKm. Namun BKSDA fokus pada yang statusnya Suaka Margasatwa. (Rin-KN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar