Mengakhiri
semester I, Program Peningkatan
Kapasitas Masyarakat Tani dalam
Adaptasi Perubahan
Iklim lewat
Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi
dilakukan
evaluasi semesteral yang dihadiri oleh 25 Kader Tani dampingan Wahana
Tani Mandiri (WTM). Kegiatan ini dilakukan WTM dalam kerjasamanya
dengan Miserior Jerman di Pusat Sekolah Lapangan (PUSKOLAP) Jiro-Jaro
(01/02).
Direktur
Wahana Tani Mandiri (WTM) Winfridus Keupung dalam pembukaan acara
mengatakan bahwa “terkait dengan
situasi kita saat ini, kita sudah banyak melakukan kegiatan. Jika ada
kendala di lapangan kita akan membahas bersama. Namun, kita juga harus
memikirkan tentang situasi Sikka saat ini terkait dengan kemarau
panjang. Hampir semua daerah NTT sudah mengumumkan darurat bencana,
hanya Sikka yang belum membuat pernyataan sikap mengenai permasalahan ini.
Lebih lanjut, Win menggambarkan bahwa beberapa diskusi kami di beberapa
forum resmi, kekeringan menjadi sorotan banyak pihak yang mana
berdampak luas seperti apa yang dilihat kawan-kawan di lapangan.
Untuk itu, saya mengharapkan bahwa diskusi hari ini difokuskan pada
beberapa
poin penting yaitu, lingkungan Hidup, pendapatan masyarakat, dan
apa respon kita?
Kegiatan yang difasilitasi oleh Herry Naif, Koordinator Advokasi,
Riset, Pengelolaan lingkungan dan Hasil WTM, mencoba menghantar
diskusi agar para peserta memberikan sebuah potret ekologi di
wilayahnya. Dengan demikian gambaran akan dampak kekeringan
dapat dilihat tentang apa yang sudah direspon warga dapat ditindaklanjuti pemerintah lokal (desa) dan Pemkab Sikka.
Pada acara ini pun, Herry menyinggung soal wacana akan adanya Pertambangan Emas di wilayah Liakutu, Parabubu. Artinya sejak dini harus sudah dipikirkan mengenai strategi dan penguatan bagi warga. Mendengar informasi itu, para peserta menyatakan bahwa kami tidak mau wilayah kami digaruk seperti yang terjadi di tempat lain. Karena tambang hanya meninggalkan masalah bagi rakyat.
Pada acara ini pun, Herry menyinggung soal wacana akan adanya Pertambangan Emas di wilayah Liakutu, Parabubu. Artinya sejak dini harus sudah dipikirkan mengenai strategi dan penguatan bagi warga. Mendengar informasi itu, para peserta menyatakan bahwa kami tidak mau wilayah kami digaruk seperti yang terjadi di tempat lain. Karena tambang hanya meninggalkan masalah bagi rakyat.
POTRET EKOLOGI
Dari diskusi tersebut, para peserta dari kecamatan Mego
mengidentifikasi perilaku yang tidak berperspektif penyelamatan
lingkungan, seperti: kebakaran Hutan dan lahan pada musim kemarau,
kebakaran hutan secara sengaja dan tidak disengaja, Penebangan pohon
secara serampangan, Pengambilan material C yang berlebihan tanpa
UKL/UPL. Melemahnya aturan adat serta peranan struktur dan lembaga
adat tidak berfungsi secara baik.
Herry sedang fasilitisasi Diskusi Kelompok Kecamtan Mego |
Begitupun dengan para peserta dari Kecamatan Magepanda, Kondisi
lingkungan kurang teratur (pemukiman tidak tertata, kebersihan
kampung tidak terjaga) dan tanaman pohon kurang. Banyak ternak yang
dilepas karena baru sebagian yang memiliki kandang. Lahan untuk hutan
lindung sudah tidak ada lagi, karena kawasan sudah dijadikan lahan
garapan masyarakat. Banyak lahan miring yang tidak ditanami pohon.
DAMPAK KEKERINGAN
Di wilayah kecamatan Magepanda kondisi sangat panas sehingga banyak
tanaman yang mati, seperti tanaman perkebunan seperti kakao, kelapa
dan pisang. Musim tanam di persawahan terlambat, bahkan gagal panen.
Benih terlanjur tua karena kekurangan air bahkan tidak ada air.
Selain itu, di kecamatan Mego masyarakat kekuarangan air untuk
mengairi sawah dan air minum untuk konsumsi sehari-hari. Fakta yang
ditemukan, di kecamatan Mego bahwa banyak sumber mata airu yang
mengalami penurunan debit di enam titik yakni, Ae Sule, Ae Mude, Ae
Leko Ta’a, Ae Piri, Eko Watu Api dan Ae Ngaja, Gomo Rena (kering).
Sedangkan di Dobo Nuapu'u, ada tiga mata air yang kondisinya baik dan
terawat yakni, Ae Lera, Ae Sie, Ae Gare. Di desa Desa Dobo: ada dua
mata air yakni Ae Sule dan Nio Sasi.
Sedangkan di Kecamatan Tanawawo, dapat diidentifikasi bahwa ada lima
mata air yakni Watu Reta Jawa yang masih dipakai untuk
masyarakat Nualako. Pohonya kurang tetapi airnya masih bisa dipakai
untuk memenuhi kebutuhan warga sehingga perlu adanya penghijauan.
Mata air Ae Rio (terdapat di kampung Nua Muri) yang
bermanfaat bagi masyarakat Nua Muri, Watu Gana, Wolonio, Rategatu,
Wolo Oja, Wolosoko, Wolosambi dan Nua Gudu. Mata air Ae Wolofai
yang terdapat di Wolofai dan dipakai masyarakat Wolofai dan Wologana.
Mata air Ae Bebo Kaki yang terdapat di Bebho dan digunakan di
kampung Naka Boko. Mata air Lia Niki dan Ae Lokaroka
yang ada di Lokaraka dan dikonsumsi oleh masyarakat setempat.
Di Desa Loke ada sumber mata air Rate Bito, Ae Lowo Gomo yang ada di
Ratelabhu (musim panas debitnya berkurang), Ae Jita Lo’o, Ae Bubu
yang ada di Loda lolo dan merupakan air yang paling bersih, dan Ae
Lowo Kenda yang ada di Lia Ju yang debitnya selalu stabil walaupun di
musim panas. Sedangkan di desa Renggarasi Mata
air Ae Re’a yang
ada di Mbeja yang dipakai oleh masyarakat kampung Mbeja, Wurundari
dan Lamba Lero. Mata air Udu Kana yang ada di Wolo Kepo dan dipakai
oleh masyarakat Wolofeo, Watu Teke, Watu Kuku, Nua tol dan Lia
Bheke. Mata air Udu Rongge yang ada di Detu Mage dan digunakan untuk
masyarakat Nua Tol. Mata air Lowo wumbu ada di desa
Sedangkan di Kecamatan Magepanda; Desa Done ada 10 mata air: Mata
air Lewolere: sudah direalisasikan penanaman dan perawatan secara
baik dari pendampingan Wethlands bersama WTM. Kondisi debit air di
musim kemarau biasanya mmenurun. Mata air Bajone dan Mata
air Ae Au sudah direalisasikan penanaman dan perawatan secara
baik. Debit airnya sangat sedikit sehingga di musim hujan pun debit
airnya sangat sedikit, sedangkan di musim kemarau Kairnya mengering.
Di Desa Reroroja ada 4 mata air; seperti Wolo Koli, Wela Timba, Ae
Kepo dan Tenda Ki. Selain itu ada sumber mata air ae keti, ae au, ae
owo, di Dusun Koro. Sedangkan di desa Desa Kolisia B dan sumber mata
air; Koja deka dan Lengga
REKOMENDASI:
- Pembuatan dan perbaikan bendungan dan saluran Irigasi untuk daerah-daerah potensi persawahan di kabupaten Sikka;
- Pengadaan sarana pengelolahan hasil sebagai pengembangan usaha-usaha alternatif petani dalam upaya peningkatan pendapatan ekonomi petani;
- Penanaman pohon di daerah mata air dan daerah-daerah yang gundul dan kawasan tangkapan air dengan mengidentifikasi pohon lokal yang mendatangkan air;
- Perlindungan dan Proteksi terhadap bibit lokal masyarakat dengan melakukan proses pemulian benih;
5. Menjadikan pertanian selaras alam dengan mengembangkan usaha pertanian terpadu;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar