Selestina Sanggo, lahir di Duli sebuah dusun kecil, desa Rero Roja, Kecamatan Magepanda, pada tanggal 13
Maret 1976. Di kampung ini ia biasa sapa dengan nama Sanggo. Mama Sanggo memiliki 3 orang anak, 2 puteri dan 1 orang putera. Ibu berkacamata memiliki postur tubuh tinggi, dan ia pun selalu membantu siapa saja yang membutuhkannya. Mama sanggo juga aktif di
bidang kerohanian, selain sebagai tim
relawan dalam program-program bersama
Plan dan Caritas.
Sejak tahun 2015, ia bergabung dengan WTM sebagai salah satu kader. Beliau ini cukup aktif dalam melakukan advokasi, baik dalam kebijakan maupun secara teknis. Ia dimandatkan mendampingi 2 kelompok tani di desa Magepanda; yaitu Kelompok
Rapa Laka dan kelompoknya sendiri Sinar Tani Kawa Su’a.
Selestina Sanggo, Petani Sayur Organik di Pasar Alok-Mof |
Dalam diskusi tentang pengembangan tanaman
pangan dan sayuran, bersama Fasilitator Lapangan WTM, Maria Martha Muda yang mengutarakan tentang bagaimana seorang petani mampu
merawat kebunnya sendiri dengan mengembangkan keanekaragaman tanaman pangan dan
berbagai jenis sayuran. Diskusi topik ini membuat ia
tertarik, dalam pikirannya mama Sanggo. Beliau kemudian bersama anggota kelompok dampingannya merencanakan bahwa semua anggota harus memiliki lahan sayur.
Dalam
pertemuan itu juga sempat ia sampaikan bahwa untuk pengembangan sayur sangatlah tidak sulit, kita
hanya beli bibitnya saja sedangkan pupuk dan pestisida organik sudah tersedia di kebun sendiri tinggal saja
kita mengelolah. Apa susahnya, kalau kita mulai mencoba.
Diskusi topik ini menjadi titik awal yang memotifasi anggota kelompok dampingannya. Karena begitu penasaran dan penuh semangat mama Sanggo sampai menyewakan lahan kecil dari keluarganya buat usaha tanam sayur. Walaupun miliki lahan berhektar-hektar tetapi diusahakan untuk tanam padi sawah dan ladang.
Diskusi topik ini menjadi titik awal yang memotifasi anggota kelompok dampingannya. Karena begitu penasaran dan penuh semangat mama Sanggo sampai menyewakan lahan kecil dari keluarganya buat usaha tanam sayur. Walaupun miliki lahan berhektar-hektar tetapi diusahakan untuk tanam padi sawah dan ladang.
Menurutnya, tanaman itu untuk kita hidup. Sambil menunggu padi mending, saya manfaatkan
tanaman sayur sehingga uang selalu ada. Waktu
yang begitu singkat untuk mengelola 12 bedeng. Tetapi herannya, permasalahan waktu bukanlah menjadi sebuah tantangan maka waktu ini sunggu dimanfaatkan sehingga secara de facto, bedeng-bedeng ini sudah dipenuhi dengan sayur sawi dan kangkung karena
memang jenis sayur ini masa panennya lebih cepat.
Setiap 2
hari sekali, ia selalu mengunjungi usaha kecilnya itu sekaligus menyiramnya dan tidak lupa memberi pupuk organik secara teratur. Dari hasil pupuk organik
tersebut kondisi sayur sawi daunnya segar dan sehat, batangnya besar begitu pun
kangkung. Pada awal panen pendapatan
yang ia terima sekitar 3 jutaan rupiah, sejak itu panen sering dalam 2 hari
sekali sehingga pendapatan yang ia terima sampai sekarang bisa mencapai belasan
juta rupiah, (Rp 15.650.00). keberhasilan mama sanggo dalam waktu 5 bulan, ia sudah memperoleh pendapatan yang lumayan. Ini adalah sebuah pengalaman yang baginya adalah luar biasa dan menjadi motivasi bagi petani yang lain, ujar Sanggo.
Dari hasil kerja
kerasnya 6 anggota lainnya mendapat
kesejahtraan yang sama pula, paling
tidak bawang sekilo, gula sekilo dan kopi sekilo tersedia di dapur mami. Pada
umunya rata-rata setiap anggota mengembangkan sayur sawi hijau dan kangkung.
Hasil panen ia bawa jual ke pasar Alok-Maumere dan ada beberapa konsumen yang menjadi
pelanggannya.
Sayur dan kangkung organik dari kebunnya menjadi bahan pembanding bagi para konsumen di pasar Alok dan malah ditunggu oleh para pelanggannya. Gara-gara sayur organik membuat Ibu dengan ciri khas berkacamata ini bukan terkenal di kampungnya saja tetapi sudah familiar di kompleks pasar alok - Maumere karena sayurnya yang berorganik dan berhigienis. Produksi sayur organik dari Magepanda menggeser daerah penghasil sayur lainnya seperti Waigete.
Sayur dan kangkung organik dari kebunnya menjadi bahan pembanding bagi para konsumen di pasar Alok dan malah ditunggu oleh para pelanggannya. Gara-gara sayur organik membuat Ibu dengan ciri khas berkacamata ini bukan terkenal di kampungnya saja tetapi sudah familiar di kompleks pasar alok - Maumere karena sayurnya yang berorganik dan berhigienis. Produksi sayur organik dari Magepanda menggeser daerah penghasil sayur lainnya seperti Waigete.
Anehnya apabila mama sanggo belum
muncul di pasar pasti pelanggannya langsung menanyakan belum datangkah ibu yang
kacamata itu. Sayurnya simpan lama tapi masih segar, kita makan tidak rasa
nyiluk, enak dan gurih.